Analisis pemilihan, kebutuhan dan pengalokasian alat perontok padi mekanis di kabupaten Batang Jawa Tengah

Abstract

Perontokan padi merupakan salah satu kegiatan pasca panen. Perontokan padi diartikan sebagai usaha melepaskan atau memisahkan gabah dari malainya. Kehilangan hasil pada tahap perontokan mencapai 1 % dengan menggwlakan alat perontok padi mekanis, sedangkan pada keseluruhan kegiatan pasca panen padi, besar susutnya mencapai 11.88% dari total hasil. Perontokan padi dapat dilakukan dengan cara tradisional (gebyok), semi mekanis (pedal thresher) dan mekanis (power thresher). Tujuan penelitian ini adalah Wltuk menentukan jenis alat perontok padi mekanis yang layak u!ltuk dimiliki petani besar di Kabupaten Batang, menentukan jumlah alat perontok padi mekanis terpilih di tiap kecamatan, serta menentukan alokasi penempatanjenis alat perontok padi mekanis di tiap kecamatan. Pemilihan alat perontok padi mekanis yang akan ditempatkan di tiap kecamatan ditentukan dengan menggunakan metode pengambilan keputusan Bayes. Parameter yang digWlakan adalah kapasitas perontokan padi, efisiensi perontokan, investasi awal, Net Present Value (NPV), B/C ratio, dan IRR. Penentuan jumlah alat yang ditempatkan di kabupaten Batang didasarkan atas j umlah produksi padi yang disesuaikan dengan kapasitas alat dengan mempeltimbangkan faktor koreksi di lapang. Alokasi penempatan alat perontok padi mekanis terpilih ditentukan oleh besamya produksi padi di tiap kecamatan. Penetuan pola alokasi alat perontok padi mekanis terpilih antar kecamatan didasarkan pada kelebihan produksi padi atau kekurangan produksi padi dari masing-masing kecamatan dengan tujuan meminimalkan biaya pengangkutan. Penyelesian masalah ini menggunakan program linier dengan bantuan paket program ABPOM. Alat perontok padi mekanis yang diprioritaskan di Kabupaten. Batang adalah alat perontok padi mekanis jenis TH 6 B. Alat tersebut mempunyai kapasitas perontokan 360.936 tonitahun, investasi awal Rp 7 500 000, efisiensi 98%, B/C Ratio 1.1 ,NPV Rp 6 516 177,- dan IRR 69%. Berdasarkan faktor koreksi pada masing-masing kecamatan dan produksi total sebesar 162 211 ton dari 12 kecamatan di Kabupaten Batang diperJukan jumlah optimal alat perontok padi tambahan sebanyak 190 unit. Agar ke1ebihan prod1lksi padi di ·seluruh Kabupaten Batang dapat dirontok secara efisien dengan alat perontok yang ditambahkan maka dibuat dua pola (model) alokasi alat perontok. Berdasarkan dua model ini dipilih pala alokasi yang membutuhkan biaya minimum. Model pertama didasarkan pada tujuh kecamatan, yaitu Bandar, B1ado, Baw"ng, Tersono, Subah, Batang, dan Warungasem sebagai kecamatan kelebihan kapasitas alat perontok, sedang model kedua menggunakan enam kecamatan, yaitu Wonotunggal, Bandar, Tersono, Limpung, Subah, dan Warungasem sebagai kecamatan kelebihan kapasitas alat perontok. Berdasarkan analisis menggunakan metoda transportasi didapat bahwa . alokasi model pertama membutuhkan biaya pengangkutan yang minimum, yaitu sebesar Rp 4 845 000. Pada model alokasi terpilih ini, Bandar menyediakan kelebihan 15 hari efektif ke Wonotunggal, Blado menyediakan kelebihan 13 dan tujuh hari efektif masing-masing ke Wonotunggal dan Reban, Tersono menyediakan kelebihan tujuh dan 11 hari efektif masing-masing ke Gringsing dan Limpung, Subah menyediakan kelebihan 13 hari efektif ke Tulis, Batang menyediakan kelebihan enam dan 14 hari efektif masing-masing ke Wonotunggal dan Tulis, dan Warungasem menyediakan kelebihan tujuh hari efektif ke Wonotunggal. Pada model ini di Kecamatan Bawang juga terjadi kelebihan satu hari efektif, tetapi tidak perlu disediakan untuk kecamatan manapun.