Please use this identifier to cite or link to this item: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/162318
Full metadata record
DC FieldValueLanguage
dc.contributor.advisorHartoyo, Sri
dc.contributor.advisorSasongko, Hendro
dc.contributor.authorPratama, Putra Fajar
dc.date.accessioned2025-06-05T08:51:09Z
dc.date.available2025-06-05T08:51:09Z
dc.date.issued2011
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/162318
dc.description.abstractSistem keuangan terdiri dari lembaga keuangan, pasar keuangan, serta infrastruktur sistem keuangan. Bank merupakan suatu bagian dari sistem keuangan tersebut Berdasarkan komposisi aset lembaga keuangan, sebanyak 79,5 persen dari total aset lembaga keuangan dimiliki oleh bank umum komersial Jika dikaitkan dengan peran dan fungsi bank, maka fungsi yang utama ialah melakukan fungsi intermediasi. Pihak yang kelebihan dana akan menyalurkan dananya kepada bank, dan kemudian bank sebagai lembaga intermediasi akan menyalurkannya kepada pihak yang membutuhkan dana dalam bentuk kredit. Peningkatan penyaluran kredit dapat menjadi indikator berjalannya fungsi intermediasi. Bank Indonesia menyatakan bahwa permasalahan dalam intermediasi dapat diselesaikan apabila kondisi efisiensi tercapai. Dengan kondisi bank yang lebih efisien, suatu bank akan mampu bertahan dan terus mengembangkan usahanya meskipun dalam persaingan yang semakin ketat Jika melihat dari penyaluran kredit yang semakin meningkat, temyata proses intermediasi masih belum sesuai dengan harapan Bank Indonesia. Menurut penilaian dari Bank Indonesia, proses intermediasi yang dilakukan oleh perbankan masih terhambat oleh kondisi inefisiensi. Data Bank Indonesia pada akhir 2009 memperlihatkan bahwa rasio biaya operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO) perbankan Indonesia masih 81,6 persen. Selain dilihat dari rasio BOPO-nya, efisiensi dari segi intermediasi juga terlihat dari rasio LDR (Loan to Deposit Ratio). Bank yang efisien dalam penyaluran kredit akan memiliki LDR yang semakin tinggi, artinya besamya peningkatan kredit yang disalurkan harus lebih besar dari besarnya dana pihak ketiga yang masuk ke bank tersebut. Jika dilihat menurut LDR, maka rata-rata LDR bank umum persero dari tahun 2007 sampai tahun 2010 masih tergolong rendah jika dibandingkan dengan kelompok bank lain. Rata-rata LDR bank umum persero dari tahun 2007 sampai 2010 sebesar 69,46 persen. Kondisi inefisiensi menurut rasio BOPO dan LDR ini juga menjadikan suatu permasalahan tersendiri, apakah memang ukuran efisiensi yang digunakan yaitu BOPO cukup baik dalam menghitung efisiensi. Menurut Novarini (2008), konsep rasio keuangan yaitu dengan menggunakan metode BOPO menilai bahwa dengan meminimalisasi biaya operasional, maka kondisi efisiensi dapat tercapai. Hal inilah yang seringkali dapat memunculkan bias dalam analisis, yaitu ketika biaya telah diminimalisasi kondisi efisiensi belum pasti akan tercapai. Oleh sebab itu, diperlukan metode yang lebih efektif dalam pengkajian mengenai aspek efisiensi dalam perbankan. Penelitian ini bertujuan untuk: (1). menganalisis efisiensi bank umum persero di Indonesia, (2). menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi inefisiensi bank umum persero di Indonesia.....dst.
dc.publisherIPB Universityid
dc.subject.ddcManajemen Keuanganid
dc.titleAnalisis Efisiensi Bank Umum Persero Di Indonesiaid
dc.subject.keywordEfisiensiid
dc.subject.keywordBank Umum Perseroid
dc.subject.keywordData Envelopment Analysisid
dc.subject.keywordFrontierid
dc.subject.keywordBopoid
dc.subject.keywordNet Interest Marginid
Appears in Collections:MT - Business

Files in This Item:
File SizeFormat 
R4211PFP.pdf
  Restricted Access
1.66 MBAdobe PDFView/Open


Items in DSpace are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.