Please use this identifier to cite or link to this item: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/162260
Full metadata record
DC FieldValueLanguage
dc.contributor.advisorMulyanto, Budi
dc.contributor.advisorIsa, Iwan Taruna
dc.contributor.authorDewi, Ika Arsianti
dc.date.accessioned2025-06-05T07:16:11Z
dc.date.available2025-06-05T07:16:11Z
dc.date.issued2011
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/162260
dc.description.abstractIndonesia merupakan negara agraris dimana sebagian besar penduduknya hidup dari sektor pertanian. Swasembada beras semestinya terjadi di Indonesia karena menjadi sumber pangan dominan, tetapi pada kenyataannya produk pangan domestik tidak bisa memenuhi permintaan konsumen akan beras. Luas areal persawahan yang ada tidak mencukupi untuk mewujudkan swasembada beras karena produkivitasnya rendah. Permasalahan lain adalah lahan sawah yang ada mengalami penyusutan secara terus menerus. Oleh sebab itu perlu adanya upaya-upaya perlindungan dan pengendalian terhadap tanah-tanah pertanian yang produktif. Upaya-upaya tersebut dapat dilakukan melalui 3 (tiga) strategi yaitu memperkecil peluang terjadinya konversi, mengendalikan kegiatan konversi tanah, dan yang ketiga, adanya instrumen pengendali konversi tanah. Saat ini, salah satu instrumen utama dalam pengendalian pemanfaatan ruang untuk mencegah konversi lahan sawah adalah Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) dan mekanisme perijinan misalnya izin lokasi. Namun demikian, pada kenyataannya laju konversi tanah sawah irigasi masih terus berlangsung. Oleh karena itu, penting untuk dilakukan kajian sejauh mana efektifitas RTRW sebagai instrumen dalam mempertahankan keberadaan tanah sawah. Sosialisasi dari pemerintah tentang RTRW beserta kebijakannya harus dilaksanakan secara berkala, karena keberhasilan suatu pembangunan dan implementasi kebijakan pemerintah dalam hal ini RTRW tidak akan berhasil pelaksanaannya jika tidak mendapat dukungan dari masyarakat sebagai pelaku hukum tersebut. Hal ini sangat diperlukan untuk membentuk persepsi masyarakat. Kabupaten Bekasi sebagai salah satu hinterland wilayah Jakarta telah menjadi daerah limpahan perluasan kawasan perkotaan untuk sektor pemukiman, industri dan pariwisata. Secara demografis, jumlah penduduk kabupaten Bekasi mengalami peningkatan yang sangat pesat. Disamping itu terdapat jalan tol Jakarta-Cikampek yang menunjang aksesibilitas kegiatan industri yang berkembang. Sebagai akibatnya konversi lahan sawah terjadi dengan cepat. Penelitian ini bertujuan untuk: (a) Menganalisis faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya perubahan penggunaan lahan sawah menjadi non pertanian; (b) Menganalisis efektifitas instrumen tata ruang sebagai upaya menekan penyusutan tanah sawah; (c) Menganalisis persepsi masyarakat tentang instrumen tata ruang; (d) Menganalisis persepsi masyarakat tentang adanya alih fungsi sawah. Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan deskriptif melalui metode survey. Teknik pengambilan sampel dengan menggunakan teknik purposive sampling untuk responden ahli/praktisi, sedangkan untuk responden petani .....dst.
dc.publisherIPB Universityid
dc.subject.ddcManajemen Strategiid
dc.titleAnalisis Efektifitas Tata Ruang Sebagai Instrumen Pengendali Perubahan Penggunaan Lahan Sawah Menjadi Penggunaan Lahan Non Pertanian Di Kabupaten Bekasiid
dc.subject.keywordTata Ruang Alih Fungsi Lahanid
dc.subject.keywordKonversi Lahan Sawahid
dc.subject.keywordRtrwid
dc.subject.keywordPerubahan Penggunaan Lahan Sawahid
dc.subject.keywordKabupaten Bekasiid
Appears in Collections:MT - Business

Files in This Item:
File SizeFormat 
R4211IAD.pdf
  Restricted Access
5.45 MBAdobe PDFView/Open


Items in DSpace are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.