Please use this identifier to cite or link to this item:
http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/162246| Title: | Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keberhasilan Pengembalian Kredit Usaha Mikro Di Swamitra (Studi Kasus: Swamitra Yogyakarta) |
| Authors: | Maulana, Agus Retnaningsih Djanoko, Moch. |
| Issue Date: | 2011 |
| Publisher: | IPB University |
| Abstract: | Kegagalan konglomerasi di dalam mengatasi krisis ekonomi yang efek dan akibatnya masih dirasakan bersama, telah mengubah konsentrasi pembangunan perekonomian kepada Usaha Kecil dan Mikro (UKM). UKM mampu memberikan perbaikan atas kondisi perekonomian nasional dengan memberikan kontribusi positif seperti pertumbuhan ekonomi, penyerapan tenaga kerja yang sangat besar dan jaring pengaman sosial khususnya dalam penyediaan pangan dan penampungan karyawan yang terkena pemutusan hubungan kerja. Bangsa Indonesia sebagai negara berkembang mayoritas penduduknya hidup dari kegiatan usaha yang berkaitan dengan sektor pertanian, serta jumlah pengusaha mikro dan kecil sangat besar yaitu sekitar 56 juta (Statistik UKM, 2009), maka sudah seharusnya Pemerintah memberi perhatian yang lebih besar terhadap usaha mikro dan kecil. Sektor UKM ini juga telah terbukti mempunyai andil besar untuk menjaga eksistensi Bangsa Indonesia dalam menghadapi krisis yang berkepanjangan, maka sudah sepantasnya sektor ini dikembangkan dan diberdayakan. Namun usaha mikro dan kecil selalu mengalami kesulitan untuk akses permodalan ke perbankan untuk pengembangan bisnisnya. Jawaban yang tepat atas kondisi ini adalah mengembangkan Lembaga Keuangan Mikro (LKM) di pedesaan dan di daerah-daerah. Koperasi Simpan Pinjam (KSP)/Unit Simpan Pinjam (USP) merupakan Lembaga Keuangan Mikro (LKM) yang layak dikembangkan. Jika dilihat kembali potensi dari UKM serta kendalanya dalam mengakses modal, sejak diluncurkan Swamitra pada pertengahan tahun 1997 sampai dengan tahun 2009 telah berhasil didirikan sebanyak 488 gerai Swamitra yang tersebar di 115 kota, dengan jumlah anggota yang terlayani sebanyak 328.181 orang. Percepatan pendirian Swamitra terjadi karena pola kemitraan ini sudah semakin dikenal masyarakat dan telah berhasil memenuhi harapan peningkatan pelayanan kepada para anggotanya, yang terdiri dari para petani, pedagang, pengrajin dan pengusaha kecil pada umumnya. Tumbuhnya kepercayaan kepada Swamitra telah berhasil memobilisasi dana, yang tercatat dari Rp 300 milyar pada tahun 2007 menjadi Rp 449 milyar pada posisi Desember 2009. Pinjaman yang diberikan Swamitra ke anggota meningkat dari Rp 523 milyar pada tahun 2007 menjadi Rp 846 milyar pada Desember 2009. Sedangkan total sisa hasil usaha Swamitra secara keseluruhan meningkat dari sebesar Rp 27,78 milyar pada tahun 2007 menjadi Rp 54,01 miliar pada Desember 2009. Posisi tahun 2007 secara keseluruhan Swamitra di Indonesia memiliki nilai Bad Debt Ratio (BDR)nya hampir mencapai 19%. Meskipun nilai BDR Swamitra mengalami penurunan dari tahun ke tahun sampai dengan angka 12,77%, angka tersebut masih dirasakan tinggi. Sehingga untuk penyaluran pinjaman diperlukan analisa dan evaluasi yang tepat untuk mengetahui penyebab utama anggota Swamitra menunggak. Ketimpangan persentase BDR di masing-masing cabang memerluka perhatian khusus dari manajemen dalam mengantisipasi resiko yang lebih besar. Oleh karena itu, Bank Bakopin perlu mengidentifikasi pelaksanaan pemberian kredit usaha mikro di Swamitra-swamitra di Yogyakarta dan menganalisa faktor-faktor yang mempengaruhi...dst. |
| URI: | http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/162246 |
| Appears in Collections: | MT - Business |
Files in This Item:
| File | Size | Format | |
|---|---|---|---|
| E30MOD10.pdf Restricted Access | 6.39 MB | Adobe PDF | View/Open |
Items in DSpace are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.