Strategi Program Coporate Social Responsibility (Csr) Pt Sari Lembah Subur Riau Terhadap Keberlanjutan Usaha Petani Kelapa Sawit

Abstract

Kelapa sawit merupakan komoditi perkebunan yang pertumbuhannya sangat pesat dan meningkat sekitar 11% per tahunnya, serta kapasitas produksinya meningkat sekitar 9.4% per tahun. Pada tahun 2006 produksi CPO Indonesia mencapai 16 juta ton. Seiring dengan pertumbuhan tersebut berdampak pada semakin berkurangnya lahan hijau yang kemudian dipermasalahkan oleh lembaga non pemerintah maupun negara-negara maju. Mereka mengajukan protes kepada industri kelapa sawit dan menekan melalui lembaga RSPO (Roundtable Sustainable on Palm Oil) agar industri kelapa sawit lebih memperhatikan lingkungannya. Prinsip yang disyaratkan oleh negara-negara maju tersebut sesungguhnya telah diterapkan dalam UU No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas pada bab 5 pasal 74 mengenai tanggung jawab sosial dan lingkungan. Tanggung jawab sosial dan lingkungan ini lebih dikenal dengan nama Corporate Social Responsibility (CSR). Pelaksanaan CSR pada PT Sari Lembah Subur (SLS) saat ini terdiri dari program kemitraan, pendidikan dan program keberlanjutan usaha kelapa sawit. Kendala dan tantangan yang ditemukan adalah waktu pelaksanaan replanting sudah dekat dan peningkatan mutu serta kualitas kelapa sawit terutama petani mandiri. Pertanyaan yang muncul adalah apakah kegiatan tersebut akan berdampak pada keberlanjutan usaha para petani, sehingga rumusan masalah dari penelitian ini adalah strategi apa yang bisa dilakukan oleh perusahaan untuk meningkatkan mutu dan produktivitas kelapa sawit agar kegiatan usaha petani dapat berkelanjutan. Tujuan umum penelitian ini adalah merumuskan strategi alternatif untuk program CSR PT. Sari Lembah Subur bagi keberlanjutan usaha petani kelapa sawit. Metode penelitian yang digunakan adalah metode wawancara menggunakan kuesioner atau daftar pertanyaan yang sifatnya terbuka untuk kemudian dipaparkan menggunakan analisis deskriptif dan dapat menggambarkan rantai nilai industri kelapa sawit di PT Sari Lembah Subur. Dari hasil wawancara tahap pertama tersebut akan didapat informasi mengenai kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman perusahaan yang kemudian diolah dalam matriks SWOT untuk mendapatkan alternatif strategi perbaikannya. Kuesioner tahap kedua dilakukan dengan melakukan pembobotan menggunakan metode Analytical Hierarchi Process (AHP) sehingga didapat hasil prioritas program CSR yang disarankan kepada perusahaan. Rantai nilai industri kelapa sawit di PT. Sari Lembah Subur Riau meliputi pemasok bibit, petani kelapa sawit plasma dan mandiri, buruh tani yang mengerjakan dan merawat lahan kelapa sawit sampai dengan proses panen, pengumpul Tandan Buah Sawit (TBS), pabrik kelapa sawit yang akan mengolah TBS menjadi Crude Palm Oil (CPO) dan Palm Kernel Oil (PKO), pengolah CPO/PKO yang mendapatkan bahan baku melalui eksportir atau melalui mekanisme lelang, pedagang besar, pengecer sampai pembeli akhir sebagai rantai nilai berikutnya. Permasalahan pada rantai nilai tersebut diantaranya adalah (a) adanya pemasok perorangan yang langsung menjual bibit dan pupuk kepada para petani mandiri khususnya dengan mutu yang tidak terjamin; (b) Pengelolaan kelapa sawit yang baik dan benar belum seluruhnya diketahui oleh buruh tani. Sedangkan mayoritas lahan petani mandiri dirawat dan dikerjakan oleh para buruh tani. Sehingga TBS petani mandiri kemungkinan besar tidak dapat mencapai mutu yang tinggi. Penyuluhan yang dilakukan oleh perusahaan dan pemerintah baru sampai ke petani, namun banyak petani tidak menyampaikan hasil penyuluhan kepada para buruh taninya. Usulan perbaikan adalah mengumpulkan para buruh tani tersebut kedalam suatu asosiasi atau organisasi yang ikut melakukan kontrol terhadap langkah pekerjaan yang dilakukan oleh para buruh tani agar sesuai Good Agricultural Practices budidaya kelapa sawit. Bilamana diperlukan adanya sertifikasi bagi para buruh tani sebagai suatu nilai tambah baik bagi buruh tani, petani mandiri maupun pabrik kelapa sawit sebagai konsumen; (c) perlunya penyesuaian harga TBS petani mandiri. Program CSR PT. Sari Lembah Subur ditujukan kepada petani plasma kelapa sawit meliputi (1) kemitraan, (2) pendidikan dan (3) sosial. Namun, petani mandiri dapat memperoleh manfaat secara tidak langsung dari program keberlanjutan usaha kelapa sawit yang telah dijalankan perusahaan diantaranya (1) Astra Green Company, (2) Good Agricultural Practices, (3) Environmental Friendly, (4) High Conservation Value Forest, (5) PROPER dan (6) Pest Management. Prioritas strategi alternatif program CSR yang utama adalah aspek sosial karena responden berpendapat hal tersebut diharapkan akan meningkatkan mutu dan produktivitas yang kemudian akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar atau petani kelapa sawit pada khususnya. Perusahaan diharapkan dapat lebih mengintensifkan penyuluhan dan pendampingan kepada petani plasma dan mandiri melalui program CSR. Aspek keuangan (profit) dan aspek lingkungan (planet) tidak menjadi perhatian utama karena responden merasa perusahaan sudah dan senantiasa melakukan program yang terkait dengan aspek keuangan dan lingkungan. Program CSR PT. Sari Lembah Subur disarankan diterapkan secara lebih merata pada wilayah petani plasma dan mandiri. Beberapa usaha peningkatan mutu dan produktivitas hasil kelapa sawit petani rakyat melalui program CSR adalah: (a) Penyuluhan mengenai pentingnya penggunaan serta penyediaan bibit kelapa sawit yang bermutu oleh PT Sari Lembah Subur bagi petani kelapa sawit plasma dan mandiri; (b) Memastikan ketersediaan pasokan bibit dan pupuk sesuai kebutuhan para petani mandiri dengan harga yang terjangkau; (c) tindakan tegas pemerintah terhadap produsen dan pemasok bibit palsu; (d) penyuluhan tentang Good Agricultural Practices (GAP) mengenai budidaya kelapa sawit kepada petani dan buruh tani.