Please use this identifier to cite or link to this item:
http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/162225| Title: | Analisis Strategi Pengembangan Rantai Nilai Ekowisata Kebun Raya Bogor |
| Authors: | Daryano, Arief Purwadaria, Hadikaria Yusri, Doni |
| Issue Date: | 2010 |
| Publisher: | IPB University |
| Abstract: | Saat ini banyak negara di dunia tengah mereposisi basis perekonomiannya dari yang selama ini bertumpu pada perekonomian berbasis manufaktur (brand-based economy) bergeser pada perekonomian berbasis kesan yang dirasakan konsumen (experience economy). Salah satu sektor perekonomian yang berbasis experience economy adalah sektor pariwisata. World Tourism Organization (WTO) yakin bahwa pariwisata di masa yang akan datang akan menjadi industri terbesar di dunia. WTO memprediksi pada tahun 2010 industri pariwisata akan menyumbang US $ 283 milyar dan menyerap 26,6 juta lapangan pekerjaan di Asia Tenggara. Data Depbudpar RI (2009) menunjukkan produksi total pariwisata Indonesia sebesar Rp 499,67 trilyun, sama dengan 5,06% dari total produksi nasional atau setara dengan 4,70% PDB Indonesia dengan serapan tenaga kerja 7,02 juta orang. Angka-angka tersebut diyakini akan terus bergerak naik di masa akan datang seiring makin kondusifnya situasi nasional. Salah satu potensi wisata yang dapat diandalkan oleh Indonesia adalah ekowisata. Indonesia memiliki sumber daya alam dengan keanekaragaman hayati yang terbesar di dunia. Salah satu objek ekowisata yang potensial untuk dikembangkan sebagai atraksi wisata alam adalah Kebun Raya Bogor (KRB). Keberadaan KRB yang sudah cukup dikenal di nusantara maupun internasional merupakan salah satu potensi dayasaing selain jumlah tumbuhan koleksi yang besar dan langka yang hanya bisa ditemukan di KRB. Namun demikian, KRB belum digarap secara optimal khususnya dalam rangka keberlanjutan dari KRB tersebut. Padahal apabila dikelola dengan optimal, akan menimbulkan multiplier effect yang besar. Berdasarkan hal tersebut, KRB harus meningkatkan daya saingnya, salah satu cara yang dapat dilakukan adalah mengaktifkan interaksi antar rantai nilai (value chain) dalam kegiatan pariwisatanya, terutama penghantaran (delivery) wisatawan. Permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini adalah bagaimana membangun sistem rantai nilai Kebun Raya Bogor yang terintegrasi serta strategi apa saja yang dapat digunakan dalam rangka mengembangkan model sistem rantai nilai tersebut? Penelitian ini memiliki tujuan sebagai berikut: 1) mengembangkan sistem rantai nilai ekowisata Kebun Raya Bogor, 2) memberikan saran strategi pengembangan rantai nilai Kebun Raya Bogor, 3) merumuskan saran untuk meningkatkan nilai tambah (pendapatan) sistem rantai nilai Kebun Raya Bogor terutama Usaha Mikro, Kecil dan Menengah dalam Rantai Nilai. Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari Juni 2010 dengan menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan survey dan wawancara tatap muka dengan responden pakar. Pengambilan sampel menggunakan metode judgment sampling dengan jumlah responden pakar sebanyak 14 responden termasuk 6 responden pakar untuk analisis SWOT dan AHP. Konsep pemikiran dalam penelitian ini adalah menghasilkan rekomendasi strategi pengembangan rantai nilai ekowisata KRB. Dengan urutan tahap penelitian diawali observasi dan survey untuk mendeskripsikan hubungan aktor-aktor dalam rantai nilai. Tahap berikutnya mengidentifikasi faktor internal dan eksternal rantai nilai. Data dan informasi yang diperoleh dianalisis untuk dirumuskan alternatif strategi pengembangan. Tahap akhir adalah penetapan strategi pengembangan rantai nilai. Analisis yang digunakan adalah Analisis deskriptif, Analisis rantai nilai, Analisis SWOT dan AHP. Analisis deskriptif digunakan untuk menjabarkan gambaran umum dari anggota (sampel aktor) rantai nilai. Analisis rantai nilai digunakan untuk menjabarkan kaitan atau kerjasama antar rantai nilai. Analisis SWOT digunakan untuk mengidentifikasi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman rantai nilai dan formulasi rumusan alternatif strategi. Analisis AHP digunakan untuk menetapkan prioritas alternatif strategi dalam rangka meningkatkan (up grading) perbaikan hubungan antar rantai nilai yang terkait ke belakang (backward linkage) serta keterkaitan ke depan (forward linkage), dan nilai tambah yang diperoleh. Kesimpulan hasil analisis deskriptif dalam penelitian ini bahwa kerjasama atau kaitan antar rantai nilai menunjukan derajad yang tidak sama, salah satu konsekuensinya adalah rantai yang secara ekonomis diuntungkan seperti aktor restoran dan makanan dan ada yang miskin mendapatkan nilai tambah seperti aktor shopping. Berdasarkan analisis SWOT dari faktor lingkungan internal rantai nilai maka kekuatan utama adalah keberadaan KRB yang sudah cukup dikenal di mancanegara, sedangkan kelemahan utama adalah investasi yang cukup besar dalam pengembangan rantai nilai. Dari faktor lingkungan eksternal rantai nilai, maka peluang yang mendapat respon besar adalah dukungan pemerintah pusat dalam hal ini LIPI maupun dukungan pemerintah kota Bogor terhadap keberadaan KRB. Ancaman yang mendapat respon yang besar adalah bermunculannya objek dan daya tarik wisata yang sifatnya massal maupun minat khusus. Berdasarkan analisis struktur AHP yang terdiri dari 4 level hirarki yakni level faktor, aktor, tujuan dan alternatif strategi, maka diperoleh faktor yang sangat penting dalam pengembangan rantai nilai adalah keberadaan Kebun Raya Bogor, dengan aktor pengelola KRB menjadi aktor yang penting dibanding aktor lainnya. Tujuan yang yang lebih penting dari pengembangan rantai nilai ini adalah keberlanjutan rantai nilai dengan prioritas strategi yakni peningkatan pemasaran bersama KRB sebagai tempat ekoeduwisata plus (MICE). Terdapat lima rumusan strategi pengembagan rantai nilai yakni pertama, fokus pada keunggulan KRB untuk menjadi Pusat Ekoeduwisata. Kedua, peningkatan kualitas SDM di setiap rantai nilai. Ketiga, peningkatan investasi rantai nilai. Keempat, peningkatan pemasaran bersama KRB sebagai tempat ekoeduwisata plus. Kelima, perkuatan aliansi strategis/sinergisme rantai nilai ekowisata. Dengan dibangunnya rantai nilai ekowisata yang sinergis maka diharapkan akan berdampak pada peningkatan derajad kerjasama dan mendongkrak pendapatan dari aktor shopping dalam hal ini usaha mikro, kecil dan menengah yang selama ini keberadaannya dinilai paling lemah. Penelitian ini membawa implikasi manajerial salah satunya aktor-aktor yang terkait rantai nilai harus melakukan penelitian, pengembangan, seminar bahkan workshop dan membentuk aliansi strategis untuk merumuskan strategi pengembangan rantai nilai. Aktor -aktor yang termasuk dalam rantai nilai dan stakeholders seperti pemerintah pusat ataupun daerah selain melakukan perbaikan dan perawatan infrastruktur juga aktif mensosialisasikan destinasi wisata alam Kebun Raya Bogor agar lebih dikenal lagi dan mendatangkan wisatawan seperti yang diinginkan. |
| URI: | http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/162225 |
| Appears in Collections: | MT - Business |
Files in This Item:
| File | Size | Format | |
|---|---|---|---|
| E3110DNYR.pdf Restricted Access | 11.98 MB | Adobe PDF | View/Open |
Items in DSpace are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.