Profil Produsen Semen Beku di Indonesia serta Komparatif Analisis Penilaian Motilitas dan Konsentrasi Spermatozoa secara Konvensional dan Menggunakan AndroScope

Abstract

Semen beku yang diproduksi oleh produsen semen beku nasional dan daerah menghasilkan kualitas semen beku berbeda-beda yang dapat memengaruhi keberhasilan inseminasi buatan (IB). Implementasi operasional seperti sumber daya manusia laboratorium dan peralatan pada masing-masing produsen semen beku berbeda sehingga menghasilkan variabilitas pada penilaian mutu semen beku yang diproduksi. Pengujian secara konvensional memiliki subjektifitas dan human error serta variabilitas yang tinggi. Penilaian menggunakan computer assisted sperm analysis (CASA) dinilai lebih objektif. Tujuan dari penelitian ini ialah menggambarkan profil produsen semen beku di Indonesia dan melakukan komparatif analisis penilaian motilitas dan konsentrasi spermatozoa semen beku secara konvensional dan menggunakan CASA portable AndroScope. Pengumpulan data performa produsen semen beku dilakukan menggunakan metode survei melalui kuesioner (via Google form) oleh laboran produsen semen beku berjumlah 21 orang berasal dari 21 produsen semen beku nasional dan daerah. Data profil produsen semen beku di Indonesia dianalisis secara deskriptif, ditampilkan dalam bentuk jumlah dan persentase. Pengujian motilitas dan konsentrasi spermatozoa dilakukan secara konvensional (manual dan menggunakan Neubauer chamber) dan menggunakan AndroScope dengan lima kali ulangan. Data penilaian konsentrasi dan motilitas spermatozoa ditampilkan sebagai rata-rata±SD. Gambaran profil produsen semen beku berdasarkan hasil yang diperoleh sangat bervariasi. Jumlah sumber daya manusia (laboran) berkisar mulai dari satu sampai >5 orang, dengan latar belakang pendidikan terbanyak yaitu Sarjana Peternakan (54,29%). Jumlah pejantan yang dipelihara bervariasi mulai dari <50 (90,48%) hingga >200 (9,52%) dengan rumpun sapi terbanyak campuran eksotik dan lokal (76,19%). Pengencer yang umumnya digunakan yaitu tris-kuning telur (42,86%), skim-kuning telur (28,57%) dan pengencer komersial (28,57%). Teknik pengenceran yang dilakukan yaitu pengenceran satu tahap (57,14%). Perhitungan konsentrasi spermatozoa semen segar dilakukan menggunakan Photometer SDM atau Accucell dan dilakukan kalibrasi internal oleh 71,43% produsen. Pengujian mutu kualitas semen beku yang dilakukan yaitu motilitas post-thawing (100%), dan hanya 61,90% produsen yang melakukan perhitungan konsentrasi spermatozoa. Sebanyak 52,38% produsen melakukan pengujian tambahan viabilitas dan morfologi spermatozoa, dan hanya 4,76% produsen melakukan pengujian integritas membran plasma spermatozoa. Proporsi produk semen beku yang melampaui persyaratan mutu yang ditetapkan dalam SNI Semen beku – Bagian 1: Sapi (SNI 4869.1:2021) yaitu 14,29%, sesuai SNI sebanyak 80,95% dan di bawah SNI yaitu 4,76%. Hasil perbandingan penilaian motilitas spermatozoa yang diperoleh menunjukkan perbedaan yang signifikan (p<0,05) antara pemeriksaan secara konvensional dan menggunakan AndroScope. Hasil perbandingan perhitungan konsentrasi spermatozoa menunjukkan tidak ada perbedaan signifikan (p>0,05) antara perhitungan menggunakan Neubauer chamber dan AndroScope. Pengujian menggunakan AndroScope dinilai reliabel dan dapat menggantikan pengujian secara konvensional dalam penilaian motilitas dan konsentrasi spermatozoa, sehingga meningkatkan dan menstandardisasi pengujian yang dilakukan oleh produsen semen beku.

Frozen semen is produced by many frozen semen producers in Indonesia, resulting in different qualities that can affect the successful artificial insemination (AI) results. Operational implementation, such as laboratory staff and equipment, differs for each frozen semen producer, resulting in variability of the quality assessment of the frozen semen produced. Conventional assessments are subject to subjectivity, human error, and high variability. Evaluations using computer-assisted semen analysis (CASA) is more objective. This study aimed to describe the profile of frozen semen producers in Indonesia and to carry out a comparative analysis of spermatozoa motility and concentration of frozen semen using conventional and the portable CASA (AndroScope). A survey method was used, utilizing a questionnaire (via Google forms) from twenty-one laboratory assistants from 21 national and regional frozen semen producers in Indonesia. The collected data were descriptively analyzed and presented as numbers and percentages. Spermatozoa motility and concentration assessment were performed conventionally (using a Neubauer chamber) and using AndroScope with five replications. The results are presented as the mean ± standard deviation. The study showed that the descriptive profile of frozen semen producers varies. The number of staff in the laboratory ranged from one to more than five people. The educational background of the laboratory staff was predominantly a bachelor's in animal husbandry (54.29%). The number of bulls varied from =50 (90.48%) to =200 (9.52%). The bulls were mainly exotic and domestic (76.19%). The most commonly used diluents were tris egg yolk (42.86%), skimmed milk yolk (28.57%), and commercial diluent (28.57%). Semen dilution was predominantly conducted in a single step (57.14%). The calculation of sperm concentration of fresh semen using Photometer SDM or Accucell and internal calibration was performed by only 71.43% of the producers. The assessment of frozen semen quality was focused on post-thaw motility (100%), with only 61.90% of producers calculating spermatozoa concentrations. However, 52.38% of the producers conducted supplementary assessment of spermatozoa viability and morphology, and 4.76% assessed plasma membrane integrity. The proportion of frozen semen samples was obtained from the Indonesian National Standard (SNI) for frozen cattle semen No. 4869.1:2021, which exceeded the SNI by 14.29%, only 80.95% met the SNI, and did not meet the SNI of 4.76%. The results of the comparison of sperm motility scores obtained showed significant differences (p<0.05) between conventional examination and using AndroScope. The results of the comparison of spermatozoa concentration calculations showed no significant difference (p>0.05) between the calculations using the Neubauer chamber and AndroScope. Assessment with AndroScope is considered reliable and can replace conventional assessment of motility and sperm concentration, thereby improving and standardizing the evaluation carried out by frozen semen producers.