Estimasi Potensi Ghost Gear, Faktor Penyebab dan Upaya Penanggulangan pada Perikanan Bubu di Perairan Asemdoyong Pemalang

Abstract

Abandoned, lost and discarded fishing gear (ALDFG) atau lebih mudah disebut ghost gear adalah alat tangkap yang hilang, dibuang atau terbengkalai di suatu perairan yang berpotensi menjadi sampah lautan dan penyebab ghost fishing. Bubu menjadi penyumbang ghost gear terbesar setelah jaring insang. Mayoritas nelayan rajungan di Perairan Asemdoyong Pemalang menggunakan bubu sehingga potensi terjadinya ghost gear cukup tinggi. Penelitian ini bertujuan mengestimasi jumlah ghost gear, mengetahui faktor penyebab serta merekomendasikan upaya penanggulangan ghost gear pada perikanan bubu di Perairan Asemdoyong Pemalang. Penelitian dilakukan menggunakan metode survei dan wawancara langsung kepada nelayan bubu di Desa Danasari. Analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif dan statistik. Hasil penelitian menunjukkan seluruh nelayan bubu di Desa Dasanari pernah mengalami ghost gear. Diestimasikan jumlah bubu hilang dalam periode satu tahun terakhir sebanyak 27.149 unit dengan kerugian mencapai Rp488.682.000,00. Faktor penyebab ghost gear adalah konflik dengan alat tangkap lain, pelampung tanda hilang, dicuri atau dirusak dan lalu lintas kapal yang padat. Upaya penanggulangan ghost gear yang dapat dilakukan adalah sosialisasi terkait ghost gear, pelaporan alat tangkap yang hilang, penggunaan gear marking, pemberian insentif yang layak, dan implementasi permen KP No. 36 Tahun 2023.

Ghost gear refers to lost, discarded, or abandoned fishing gear in the waters that has the potential to become marine debris and cause ghost fishing. Traps are the most significant contributor to ghost gear after gillnets. Most crab fishermen in Asemdoyong Pemalang Waters use traps, so the potential for ghost gear is relatively high. This study aims to estimate the quantity of ghost gear, determine the factors that cause ghost gear, and recommend efforts to handle ghost gear for trap fisheries in Asemdoyong Pemalang Waters. The research was conducted using a survey method and direct interviews with fishermen in Danasari Village. The study used descriptive and statistical analysis. The results showed that all trap fishers in Dasanari Village had experienced ghost gear. The estimated number of traps lost in the last one-year period was 27,149 units with a total loss of Rp488,682,000.00. The main factors causing ghost gear were conflicts with other fishing gear, lost, stolen, or vandalized mark buoys, and heavy vessel traffic. Efforts to handle ghost gear that can be implemented are socialization related to ghost gear, reporting lost fishing gear, using gear marking, providing proper incentives, and enforcing marine and fisheries regulations.