Aplikasi Berbagai Sumber Pupuk Nitrogen (Amonium dan Nitrat) Melalui Fertigasi pada Tanaman Bawang Merah

Abstract

Praktik budidaya di Indonesia sebagian besar masih menggunakan amonium sebagai satu-satunya sumber nitrogen (N), padahal konsentrasi amonium pada tingkat tertentu dapat menimbulkan toksisitas bagi tanaman. Pemilihan bentuk N (NH4+ dan NO3-) yang tepat, khususnya melalui metode fertigasi, diharapkan dapat meningkatkan efisiensi pemupukan N dan produktivitas bawang merah. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mendapatkan sumber dan metode (teknis aplikasi dan pembagian dosis) NH4+ dan NO3- yang sesuai untuk meningkatkan produksi serta efisiensi pemupukan pada bawang merah. Penelitian dilakukan dalam dua kali percobaan. Percobaan pertama dilakukan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) non-faktorial dengan empat ulangan dan enam perlakuan nitrogen yaitu: tanpa N, urea (365 kg ha-1), ZA (799,52 kg ha-1), kalsium nitrat (1083,23 kg ha-1), NPK Mutiara 16-16-16 (1049,38 kg ha-1), dan CAN (621,85 kg ha-1). Semua perlakuan mengandung N dalam jumlah yang setara, yaitu 167,9 kg N ha-1. Adapun percobaan kedua disusun secara split plot menggunakan RAK dengan empat ulangan dan terdiri dari dua faktor, yaitu teknis aplikasi (NH4+ diawal dan NO3- diawal) sebagai petak utama dan pembagian dosis N (20% pre-plant + 80% drip, 50% pre-plant + 50% drip, dan 80% pre-plant + 20% drip) sebagai anak petak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian ZA dapat meningkatkan kandungan klorofil daun dan %N jaringan tanaman, sementara kalsium nitrat mampu meningkatkan ukuran umbi dan bobot (segar dan askip) per tanaman. Efisiensi serapan hara dan efisiensi agronomi tertinggi diperoleh pada pemupukan ZA, sedangkan efisiensi fisiologi dan faktor produktivitas parsial tertinggi diperoleh pada pemupukan kalsium nitrat. Aplikasi pupuk NH4+ di awal pertumbuhan (pre-plant) diikuti dengan pupuk NO3- melalui drip menghasilkan produktivitas dan umbi grade A tertinggi, sedangkan pembagian dosis 80% pre-plant + 20% drip menurunkan jumlah anakan, serta jumlah dan proporsi umbi grade A.

Cultivation practices in Indonesia mostly still use ammonium as the sole source of nitrogen (N), whereas ammonium concentrations at certain levels can cause plant toxicity. The selection of the suitable form of N (NH4+ and NO3-), especially by the fertigation method, is expected to increase the efficiency of N fertilization and shallot productivity. This research aimed to obtain the appropriate source and method (application technique and dosage distribution) of NH4+ and NO3- to increase production and efficiency of fertilization in shallots. The research was conducted in two experiments. The first experiment used a non-factorial Randomized Complete Block Design (RCBD) with four replications and six nitrogen treatments: without N, urea (365 kg ha-1), ZA (799.52 kg ha-1), calcium nitrate (1083.23 kg ha-1), NPK Mutiara 16-16-16 (1049.38 kg ha-1), and CAN (621.85 kg ha-1). These fertilizers contain N in equivalent doses, 167.9 kg N ha-1. The second experiment used a split-plot design within the RCBD with four replications, consisting of two factors, namely application technique (ammonium followed by nitrate, nitrate followed by ammonium) as the main plot and dosage distribution (20% pre-plant + 80% drip, 50% pre-plant + 50% drip, and 80% pre-plant + 20% drip) as sub-plots. The results showed that ZA increased the chlorophyll content of leaves and N content of plant tissue, while calcium nitrate increased bulbs' size and weight (fresh and dry) per plant. The highest recovery and agronomy efficiency were obtained in the ZA application, while the highest physiological efficiency and partial factor productivity were in calcium nitrate. Ammonium, followed by nitrate, produced the highest productivity and number of grade A bulbs, while the 80% pre-plant + 20% drip dosage decreased the number and proportion of grade A bulbs.