Please use this identifier to cite or link to this item:
http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/161350| Title: | Perbandingan Perlakuan Fiksasi Formalin, Aseton, dan PBS Terhadap Takizoit Toxoplasma gondii untuk Deteksi Seropositif IgG dan IgM. |
| Authors: | Cahyaningsih, Umi Nugraha, Arifin Budiman Valinata, Sisca |
| Issue Date: | 2025 |
| Publisher: | IPB (Bogor Agricultural University) |
| Abstract: | Toxoplasma gondii merupakan protozoa obligat intraseluler yang menyebabkan penyakit zoonosa. Prevalensi toksoplasmosis pada manusia di Indonesia berkisar antara 9,7-70%. Parasit ini sulit ditemukan di jaringan, oleh karena itu pengujian serologis merupakan metode yang paling umum untuk mendeteksi antibodi terhadap Toxoplasma. Antibodi yang sering digunakan sebagai kriteria pengujian adalah IgG dan IgM. Penelitian terdahulu menyatakan terdapat perbedaan hasil pengujian aglutinasi dengan takizoit yang difiksasi aseton dan formalin. Takizoit yang difiksasi aseton hanya positif untuk infeksi akut, sedangkan takizoit yang difiksasi formalin bereaksi terhadap antibodi kronis. Tujuan dari penelitian ini adalah melihat perubahan mikroskopis takizoit yang difiksasi aseton, formalin dan PBS, mendapatkan gambaran profil protein dengan pemberian fiksasi aseton dan formalin, serta mendeteksi protein spesifik untuk IgG dan IgM terhadap toksoplasmosis. Takizoit difiksasi dengan aseton (A), formalin (F) dan PBS (P). Selanjutnya, setelah proses fiksasi takizoit dibuat preparat ulas untuk melihat morfologi dan disonikasi untuk mendapatkan Soluble Toxoplasma Antigen (STA). STA dikarakterisasi proteinnya dengan SDS PAGE dan western blot . Panjang dan lebar takizoit diukur menggunakan aplikasi ImageJ dan dilanjutkan dengan analisis deskriptif menggunakan Microsoft Excel. Berat molekul protein menggunakan aplikasi ImageJ dan dibuat regresi poliniomial pada Microsoft Excel. Selanjutnya dilakukan analisis hierarchical clustering metode Ward linkage menggunakan SPSS 26.0. Fiksasi dengan PBS adalah yang paling mendekati morfologi takizoit tanpa perlakuan. Takizoit yang difiksasi aseton memiliki dimensi terbesar, dinding sel tidak terlalu tegas dan warna inti yang samar. Fiksasi dengan aseton memengaruhi hilangnya lipid yang merupakan penyusun membran maupun organel. Bentuk takizoit yang difiksasi formalin tampak lebih kecil dibandingkan dengan takizoit lainnya, dengan dinding takizoit tampak tegas, takizoit menjadi berwarna lebih gelap. Hal tersebut dikarenakan formalin mengakibatkan kondensasi sel. Fiksasi menggunakan formalin mengakibatkan takizoit sulit dipecahkan dengan sonikator, sehingga tidak ada protein yang dihasilkan saat dilakukan SDS PAGE. Penggunaan fiksasi aseton mengakibatkan sedikit perubahan pita protein yaitu pada protein ukuran 56 dan 91 kDa yang tidak ada pada hasil SDS PAGE. Walaupun terjadi sedikit perubahan, takizoit yang difiksasi aseton juga dapat mendeteksi IgG berdasarkan hasil analisis hierarchical clustering. Pita protein yang dapat digunakan sebagai penanda seropositif IgG pada pengujian western blot yaitu pita berukuran 20, 24, 27, 73, 110 kDa, dan protein ukuran 24 kDa adalah yang terbaik. Kombinasi penggunaan fiksasi aseton dengan konjugat anti goat IgM untuk mendapatkan pita spesifik seropositif IgM yaitu 86 kDa. |
| URI: | http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/161350 |
| Appears in Collections: | MT - Veterinary Science |
Files in This Item:
| File | Description | Size | Format | |
|---|---|---|---|---|
| cover_B3501222020_bd9eb409b702473dbc8c77b47fd97ec7.pdf | Cover | 2.39 MB | Adobe PDF | View/Open |
| fulltext_B3501222020_46d6ba3a3bc14f6a8c3417e5196ca432.pdf Restricted Access | Fulltext | 1.08 MB | Adobe PDF | View/Open |
| lampiran_B3501222020_71390f1d51f546eea80ef4c652c4fbd3.pdf Restricted Access | Lampiran | 592.65 kB | Adobe PDF | View/Open |
Items in DSpace are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.