Formulasi Mikroorganisme dengan Bahan Pembawa Talek dan Molase untuk Proses Biodrying Sampah Organik

Abstract

Indonesia merupakan salah satu negara penyumbang sampah terbesar di dunia, dengan jumlah yang terus meningkat setiap tahunnya akibat strategi pengelolaan yang kurang efektif. Hal ini menjadi permasalahan yang serius karena berdampak buruk terhadap lingkungan. Salah satu solusi untuk pengelolaan sampah yang bisa diterapkan adalah dengan menggunakan metode biodrying. Biodrying adalah teknik yang biasa diterapkan dalam pemanfaatan sampah organik sebagai bahan bioenergi yang bertujuan untuk mengurangi kadar air, meningkatkan nilai kalor, dengan menaikkan suhu sampah, sehingga menjadikannya sumber energi terbarukan yang potensial. Penelitian ini bertujuan mengaplikasikan formulasi konsorsium mikroba dengan tambahan talek dan molase dalam proses biodrying sampah organik, dan menguji pengaruh bahan pembawa terhadap efektivitas biodrying. Konsorsium mikroba yang digunakan terdiri atas: Bacillus thuringiensis SAHA 12.12, Lactiplantibacillus plantarum IN05, Rhizobium sp. RIKG, Saccharomyces cerevisiae L1, Streptomyces sp. A4J, dan Trichoderma sp. T2J, yang merupakan koleksi Laboratorium Mikrobiologi, Departemen Biologi, FMIPA, IPB. Penggunaan konsorsium mikroba dalam bahan pembawa ini dapat memengaruhi hasil biodrying, yang diukur melalui parameter seperti nilai kalor, kadar air, dan penurunan bobot. Formulasi bahan pembawa molase menunjukkan peningkatan efisiensi biodrying hingga 0,57, peningkatan nilai kalor sebesar 118%-129%, pengurangan kadar air hingga 56%, penurunan bobot sebesar 34,5%, rasio C/N sebesar 32, dan suhu yang lebih tinggi dibandingkan bahan pembawa lainnya. Selain itu, formulasi dengan talek memiliki masa simpan yang lebih lama dibandingkan molase. Secara keseluruhan, formulasi berbasis molase efektif meningkatkan efisiensi biodrying, sementara talek mendukung viabilitas konsorsium mikroba dalam jangka panjang.

Indonesia is one of the largest waste producing countries in the world, with the amount continuing to increase every year due to ineffective management strategies. This is a serious problem because it has a negative impact on the environment. One solution for waste management that can be applied is by applying biodrying method. Biodrying is a technique that is commonly applied in the utilization of organic waste as a bioenergy material that aims to reduce water content, increase calorific value, and by increasing the temperature of the waste, making it a potential renewable energy source. This study aimed to apply the formulation of a microbial consortium with talcum and molasses for the biodrying process of organik waste and measure the effect of carrier materials on the effectiveness of biodrying. The microbial consortium used was Bacillus thuringiensis SAHA 12.12, Lactiplantibacillus plantarum IN05, Rhizobium sp. RIKG, Sacharomyces cerevisiae L1, Streptomyces sp. A4J, and Trichoderma sp. T2J from the collection of the Laboratory of Microbiology, Department of Biology, Faculty of Mathematics and Natural Sciences, IPB University. The use of microbial consortium can affect the results of biodrying organic waste based on some parameters including calorific value, water content, and weight loss. Formulation with molasses increased biodrying efficiency (0.57) and calorific value (118%-129%), while it caused water content reduction (56%), weight loss (34.5%), C/N ratio of 32, and higher temperature compared to the liquid carrier material. The formulation in the form of talcum has a longer shelf life than molasses. Therefore, formulation with talcum carrier material can potentially increase biodrying efficiency and shelf life of microbial consortium.