Please use this identifier to cite or link to this item:
http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/160635| Title: | Manajemen Risiko Reputasi terkait Kesejahteraan Hewan di Taman Safari Indonesia |
| Other Titles: | Reputation Risk Management related to Animal Welfare at Taman Safari Indonesia |
| Authors: | Jahroh, Siti Ramadyanto, Widodo Hastuti, Yohana Tri |
| Issue Date: | 2025 |
| Publisher: | IPB University |
| Abstract: | Taman Safari Indonesia (TSI) adalah lembaga konservasi yang berbentuk modern zoo atau taman safari, merupakan habitat (kawasan pelestarian) untuk keanekaragaman flora (alam tumbuhan) dan fauna (alam hewan) sekaligus sebagai destinasi wisata edukasi yang memiliki tanggung jawab besar dalam menjaga kesejahteraan hewan (animal welfare) yang dikelola. Animal welfare berperan dalam mencapai pembangunan yang berkelanjutan (Sustainable Development Goals (SDGs)) sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan perekonomian negara. Kesejahteraan hewan adalah inti (core) dari segala aktivitas, merupakan aspek penting yang memengaruhi reputasi lembaga konservasi terutama di tengah sorotan publik dan media. Reputasi yang buruk dapat berdampak pada penurunan jumlah pengunjung, pendapatan, dan dukungan dari pemangku kepentingan. Sebaliknya, reputasi positif dapat diperoleh melalui penerapan standar kesejahteraan hewan yang tinggi, yang dapat meningkatkan kepercayaan publik. Isu kesejahteraan hewan di TSI sering menjadi perhatian publik, terutama karena informasi yang viral di media sosial misalnya dugaan perlakuan tidak layak terhadap hewan dapat dengan cepat mencoreng nama baik institusi.
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi risiko dan penyebab risiko reputasi, menganalisis tingkat risiko reputasi, dan merumuskan mitigasi risiko reputasi terkait kesejahteraan hewan di TSI. Dengan pendekatan manajemen risiko reputasi, penelitian ini memberikan kerangka kerja untuk menjaga kepercayaan publik dan memastikan keberlanjutan operasional lembaga konservasi ini. Penelitian dilaksanakan pada September 2023 hingga Januari 2024 di TSI-Cisarua, Bogor, Jawa Barat. Data yang digunakan terdiri dari data primer dan sekunder. Data primer internal diperoleh melalui kuesioner berdasarkan SEAZA Welfare Certification Audit Checklist dan wawancara mendalam dengan staf TSI (perawat hewan, manajer, dokter hewan, dan komisi etika). Sedangkan data primer eksternal diperoleh dari survei daring menggunakan Zoo Ethical Reputation Survey (ZERS) yang melibatkan 152 responden dari berbagai pemangku kepentingan (pengunjung, mitra, pemerintah, media, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), dan asosiasi. Data sekunder diperoleh melalui dokumen perusahaan seperti laporan operasional dan finansial, literatur pendukung dari jurnal, buku, dan sumber daring terkait. Penilaian risiko dimulai dengan identifikasi risiko menggunakan daftar pertanyaan SEAZA dan survei ZERS. Kemudian risiko yang teridentifikasi dianalisis tingkat risiko reputasinya melalui pengukuran tingkat risiko kemudian memetakan tingkat risiko kedalam peta risiko. Tingkat risiko yang didapatkan kemudian dievaluasi risiko dengan analisis penerimaan risiko. Mitigasi risiko dilakukan dengan memperhatikan hubungan penyebab, pencegahan, kontrol mitigasi dan dampak dengan analisis Bowtie serta melakukan pengukuran respon risikonya.
Hasil penelitian identifikasi risiko internal dari 66 pertanyaan standar SEAZA, ditemukan 51 potensi risiko reputasi, termasuk risiko terkait kualitas pakan (nutrisi), kualitas air, dokumentasi program pelatihan, dan pengelolaan kesehatan. Sedang identifikasi risiko eksternal dari 33 pertanyaan ZERS, teridentifikasi 3 risiko yaitu ketidaktransparanan informasi, komunikasi yang tidak jujur, dan ketidaksesuaian harga tiket dengan pengalaman pengunjung.
Analisis tingkat risiko internal menunjukan 30 tingkat risiko sangat rendah (very low), 13 tingkat resiko rendah (low), 5 tingkat risiko sedang (medium), 3 tingkat risiko tinggi (high), dan tidak ditemukan risiko sangat tinggi (very high). Sedangkan analisis tingkat risiko eksternal menunjukan 1 tingkat risiko sangat rendah (very low), 1 tingkat risiko tinggi (high) dan 1 risiko tingkat risiko sangat tinggi (very high). Hasil evaluasi 51 risiko internal terdapat risiko yang memiliki tingkat penerimaan yaitu 43 risiko dapat diterima (acceptable) dan 8 risiko tidak dapat diterima (unacceptable). Delapan (8) risiko yang tidak dapat diterima ini dilakukan penanganan untuk menurunkan tingkat risiko. Sedangkan hasil evaluasi 3 risiko eksternal terdapat risiko yang memiliki tingkat penerimaan: 1 risiko dapat diterima (acceptable) dan 2 risiko tidak dapat diterima (unacceptable). Dua (2) risiko yang tidak dapat diterima ini dilakukan penanganan untuk menurunkan tingkat risikonya. Dari total 51 risiko internal dan 3 risiko eksternal yang teridentifikasi, terdapat 10 risiko yang menjadi prioritas TSI untuk dilakukan tindakan mitigasi risiko. Sepuluh (10) risiko tersebut yaitu 5 risiko dengan tingkat risiko sedang (moderate) dan 4 risiko dengan tingkat risiko tinggi (high) dan 1 risiko dengan tingkat risiko sangat tinggi (very high). Sepuluh (10) risiko prioritas tersebut empat (4) risiko bersumber dari internal domain Nutrisi, tiga (3) risiko bersumber dari internal domain Kesehatan, satu (1) risiko bersumber dari internal domain Lingkungan, serta dua (2) risiko bersumber dari eksternal yaitu faktor penggerak kinerja dan faktor penggerak tanggung jawab etis.
Strategi mitigasi risiko yang dapat dilaksanakan untuk risiko Nutrisi meliputi beberapa langkah penting. Pertama, memastikan penggunaan sumber pakan yang terjamin kualitas dan kebersihannya serta dilengkapi dengan sertifikat keamanan pangan untuk mengurangi risiko kontaminasi dan masalah kesehatan hewan. Selanjutnya, melakukan pengujian rutin terhadap pakan guna mendeteksi kemungkinan adanya kontaminasi dan memastikan bahwa kandungan gizinya sesuai dengan kebutuhan hewan. Selain itu, pelatihan bagi petugas mengenai prosedur penyajian pakan yang higienis dan cara menjaga kebersihan juga perlu dilaksanakan secara berkala untuk meningkatkan standar operasional dan meminimalkan risiko yang dapat berdampak pada kesejahteraan hewan. Taman Safari Indonesia (TSI) is a conservation institution functioning as a modern zoo or safari park. It serves as a habitat for preserving biodiversity, encompassing both flora and fauna, while also acting as an educational tourism destination. TSI holds a significant responsibility for ensuring the welfare of the animals under its care. Animal welfare plays a pivotal role in achieving sustainable development goals (SDGs), contributing to national economic growth. It is the core of all activities and a critical factor influencing the institution's reputation, especially under public and media scrutiny. Poor reputation can lead to a decline in visitors, revenue, and stakeholder support, whereas a positive reputation, achieved through high animal welfare standards, fosters public trust. Issues regarding animal welfare at TSI often draw public attention, particularly when negative information circulates on social media, such as allegations of improper treatment, which can tarnish the institution's image. This research aims to identify risks and causes of reputational risks, analyse the levels of reputational risks, and formulate mitigation strategies for reputational risks related to animal welfare at TSI. Using a reputational risk management approach, the study provides a framework for maintaining public trust and ensuring the operational sustainability of this conservation institution. The research was conducted from September 2023 to January 2024 at TSI-Cisarua, Bogor, West Java. The data used includes primary and secondary data. Internal primary data was collected through questionnaires based on the SEAZA Welfare Certification Audit Checklist and in-depth interviews with TSI staff (keepers, managers, veterinarians, and ethics committees). External primary data was obtained through online surveys using the Zoo Ethical Reputation Survey (ZERS), involving 152 respondents from various stakeholders (visitors, partners, government, media, NGOs, and associations). Secondary data was sourced from company documents such as operational and financial reports, literature from journals, books, and related online sources. Risk assessment began with identifying risks using SEAZA and ZERS questionnaires. Identified risks were analysed for their reputational impact, risk levels were measured, and results were mapped on a risk matrix. Risks were then evaluated using risk acceptance analysis. Risk mitigation was carried out by analysing causal relationships, prevention measures, control strategies, and impacts using the Bowtie method, followed by risk response evaluation. The internal risk identification process, based on 66 SEAZA standards, revealed 51 potential reputational risks, including risks related to feed quality (nutrition), water quality, training programme documentation, and health management. Meanwhile, the external risk identification process, based on 33 ZERS questions, identified three risks: lack of transparency, dishonest communication, and ticket price discrepancies with visitor experience. The internal risk analysis showed 30 very low risks, 13 low risks, five medium risks, three high risks, and no very high risks. External risk analysis revealed one very low risk, one high risk, and one very high risk. Of the 51 internal risks evaluated, 43 were deemed acceptable, and eight were unacceptable. Mitigation measures were implemented to reduce the eight unacceptable risks. For the three external risks, one was deemed acceptable, and two were unacceptable, both of which were addressed to lower their levels. From the 51 identified internal risks and three external risks, 10 risks were prioritised for TSI's mitigation efforts. These included five medium risks, four high risks, and one very high risk. Of these, four risks originated from the internal Nutrition domain, three from the Health domain, one from the Environmental domain, and two from external factors related to performance and ethical responsibilities. Mitigation strategies for Nutrition risks involve key steps. First, ensuring the use of feed sources with guaranteed quality, cleanliness, and certified food safety to reduce contamination risks and health issues. Next, conducting routine testing of feed to detect potential contamination and ensure its nutritional content meets the animals' needs. Additionally, training staff on hygienic feeding procedures and cleanliness maintenance should be conducted regularly to enhance operational standards and minimise risks affecting animal welfare. |
| URI: | http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/160635 |
| Appears in Collections: | MT - Business |
Files in This Item:
| File | Description | Size | Format | |
|---|---|---|---|---|
| cover_K1501212255_07a63eaf0880434e937fe097e889edb6.pdf | Cover | 836.47 kB | Adobe PDF | View/Open |
| fulltext_K1501212255_0568c1f236b24a63bd7d88ba8c6c85d4.pdf Restricted Access | Fulltext | 1.77 MB | Adobe PDF | View/Open |
| lampiran_K1501212255_9186c06737bb42b28b98fde8073e1c92.pdf Restricted Access | Lampiran | 775.69 kB | Adobe PDF | View/Open |
Items in DSpace are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.