Please use this identifier to cite or link to this item:
http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/160191Full metadata record
| DC Field | Value | Language |
|---|---|---|
| dc.contributor.advisor | Harianto | - |
| dc.contributor.advisor | Yusman | - |
| dc.contributor.advisor | Harmini | - |
| dc.contributor.author | Suryana, Anggita Tresliyana | - |
| dc.date.accessioned | 2024-12-16T08:45:35Z | - |
| dc.date.available | 2024-12-16T08:45:35Z | - |
| dc.date.issued | 2024 | - |
| dc.identifier.uri | http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/160191 | - |
| dc.description.abstract | Partisipasi Indonesia dalam rantai nilai global (GVC) sangat penting bagi perekonomian negara, namun pengembangan rantai nilai kopi masih menghadapi berbagai permasalahan dan tantangan seperti produktivitas tanaman yang rendah, kemitraan usaha yang belum terpadu, dan kelembagaan petani yang lemah, akses permodalan terbatas, serta rantai perdagangan yang panjang dan inefisien. Lebih dari 90 persen kopi di dunia diekspor dalam bentuk biji kopi kering, sedangkan nilai tambah terkonsentrasi di negara-negara importir yang melakukan pengolahan kopi lebih lanjut. Indonesia perlu mengubah paradigma from volume to value, dari sekedar berorientasi pada jumlah menjadi nilai tambah. Sebetulnya kopi memiliki potensi diferensiasi produk yang besar, di mana penciptaan nilai tambah dapat dilakukan dengan upgrading di berbagai mata rantai. Distribusi nilai tambah pada berbagai aktor sangat terkait dengan bentuk tata kelola rantai, tergantung pada kekuatan dan posisi tawar para aktor, asimetri informasi antar tahapan rantai, dan juga teknologi produksi yang digunakan. Kopi memiliki peran strategis di tingkat nasional, mendorong ekonomi daerah dan menyediakan lapangan kerja dan kesempatan berusaha, serta berpotensi menumbuhkan industri kopi, skala usaha mikro, kecil, dan menengah. Tantangan utama dalam rantai nilai global kopi adalah tidak hanya berpartisipasi dalam rantai nilai global, tetapi juga memastikan pertumbuhan pendapatan aktor rantai yang berkelanjutan. Permasalahan dalam rantai nilai global kopi Indonesia sampai dengan saat ini tidak dapat lagi diselesaikan secara parsial, namun membutuhkan pendekatan sistem secara holistik. Berdasarkan latar belakang dan permasalahan yang ada, penelitian ini bertujuan untuk: (1) Menganalisis dimensi struktur input – output, aktor rantai, dan kelembagaan GVC kopi Indonesia, (2) Menganalisis dimensi struktur tata kelola dan derajat integrasi pada GVC kopi Indonesia, (3) Menganalisis dimensi cakupan geografis dan potensi perdagangan pada GVC kopi Indonesia, (4) Membangun model pengembangan GVC kopi Indonesia dengan pendekatan sistem dinamis, dan (5) Merumuskan rekomendasi kebijakan yang dapat diusulkan dalam upaya pengembangan GVC kopi Indonesia yang berdaya saing dan berkelanjutan. Untuk menjawab tujuan penelitian, sumber data yang digunakan meliputi data sekunder dan data primer. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah kombinasi metode kualitatif dan kuantitatif dengan pendekatan Gereffi yang membagi rantai nilai global menjadi enam dimensi: (1) struktur input-output, (2) aktor rantai nilai, (3) kelembagaan, (4) struktur tata kelola, (5) cakupan geografis, dan (6) upgrading. Dimensi struktur input-output, aktor rantai nilai, dan kelembagaan dianalisis secara kualitatif deskriptif. Struktur tata kelola diukur menggunakan Skala Likert berdasarkan kerangka Gereffi yang mencakup lima tipe tata kelola, yaitu market, modular, relational, captive, dan hierarchy. Untuk mengukur derajat integrasi vertikal dalam rantai nilai, digunakan konsep Arcs of Integration. Proses ini dilakukan melalui Analisis Faktor untuk mengelompokkan aktor-aktor dalam rantai nilai ke dalam kuadran tertentu berdasarkan tingkat integrasi mereka, yaitu inward facing, periphery facing, supplier facing, customer facing, atau outward facing. Cakupan geografis rantai nilai global dianalisis menggunakan regresi data panel untuk mengukur aliran perdagangan antar negara berdasarkan variabel seperti jarak ekonomi, nilai tukar riil, GDP, populasi, daya saing, dan hambatan perdagangan. Kemudian rasio Potensi Perdagangan dihitung dengan menggunakan hasil estimasi model aliran perdagangan. Kemudian, upgrading rantai nilai global kopi Indonesia dilakukan dengan membangun model pengembangan rantai nilai global kopi Indonesia dengan Sistem Dinamis. Model terdiri dari tiga submodel yaitu submodel produksi, pengolahan, dan pasar. Model dianalisis melalui beberapa tahapan penelitian meliputi analisis kebutuhan, formulasi masalah, identifikasi sistem, formulasi model, validasi model dan simulasi model beserta analisis sensitivitas. Kebaruan penelitian ini terletak pada beberapa aspek penting. Pertama, penelitian ini mengkaji secara kuantitatif struktur tata kelola dalam rantai nilai global kopi untuk memahami hubungan antara pelaku, khususnya terkait tingkat koordinasi dan asimetri kekuasaan. Selain itu, penelitian ini menganalisis derajat integrasi vertikal antar aktor dalam rantai nilai, yang memberikan gambaran tentang sejauh mana setiap aktor mengintegrasikan aktivitas bisnisnya. Dimensi cakupan geografis rantai nilai global kopi juga dikaji secara kuantitatif, mencakup aliran perdagangan, faktor-faktor yang mempengaruhinya, serta potensi perdagangan. Selanjutnya, pengembangan rantai nilai global kopi Indonesia dianalisis dengan model sistem dinamis meliputi submodel produksi, pengolahan, dan pasar, yang memprediksi capaian target melalui simulasi skenario kebijakan, sesuai dengan pendekatan upgrading proses, produk, fungsi, dan rantai. Hasil penelitian menunjukkan bahwa struktur input-output pada rantai nilai global kopi Indonesia terdiri dari lima aktivitas utama yaitu produksi, pascapanen dan pengolahan primer, perdagangan, industri pengolahan, dan pemasaran. Aktor utama pada rantai nilai global antara lain petani kecil, pedagang pengumpul, koperasi, industri pengolahan kecil, industri pengolahan besar, eksportir, roastery, ritel, coffee shop, dan konsumen akhir. Tata kelola rantai nilai global kopi Indonesia adalah tata kelola modular yang mencerminkan tingkat koordinasi eksplisit dan asimetri kekuasaan antara pembeli dan pemasok kopi Indonesia masih rendah. Integrasi rantai nilai global kopi Indonesia adalah periphery-facing, yang berarti tingkat integrasi yang moderat dari pemasok hingga ke pelanggan. Dari perspektif cakupan geografis, rantai nilai global kopi memiliki cakupan North – South, dengan negara produsen berada di bumi bagian selatan dan negara konsumen di utara bumi. Tujuan ekspor kopi Indonesia antara lain Amerika Serikat, Malaysia, Mesir, Italia, Jepang, Jerman, Inggris, Rusia, India, Belgia, Vietnam, Kanada, dan Filipina. Faktor-faktor yang memengaruhi aliran perdagangan kopi Indonesia ke negara-negara tersebut antara lain GDP per kapita dan populasi negara importir, nilai tukar riil Indonesia dengan negara importir, daya saing kopi Indonesia di negara importir, dan kebijakan hambatan non tarif dalam perdagangan di negara importir. Potensi perdagangan kopi Indonesia masih berfokus di pasar tradisional (negara konsumen utama kopi) seperti Amerika Serikat, Inggris, dan Kanada. Analisis sistem dinamis menunjukkan bahwa pada kondisi basis, target pemerintah untuk produksi kopi Indonesia sebesar 1.743.330 ton pada tahun 2045 belum tercapai akibat produktivitas rendah dan luas areal yang belum memadai. Penurunan produktivitas ini berdampak pada pendapatan petani, yang menurun menjadi Rp 2.965.298 pada tahun 2045, jauh dari target pemerintah. Selain itu, volume ekspor biji kopi pada tahun 2045 hanya mencapai 222.027 ton, sementara targetnya adalah 682.306 ton, sehingga terdapat kekurangan sebesar 460.279 ton. Penurunan ekspor ini disebabkan oleh ketidakseimbangan antara pertumbuhan produksi yang lambat (1,23% pertahun), sedangkan pertumbuhan konsumsi domestik yang meningkat lebih cepat (2,18% per tahun), yang mengakibatkan penurunan daya saing Indonesia di pasar global. Oleh karena itu, diperlukan kebijakan untuk pengembangan rantai nilai global kopi Indonesia. Alternatif kebijakan dan strategi pengembangan rantai nilai global kopi Indonesia dalam penelitian ini dirumuskan berdasarkan konsep upgrading Gereffi, dalam empat skenario kebijakan dasar dan dua skenario kebijakan kombinasi. Empat skenario dasar tersebut adalah upgrading proses melalui peningkatan produktivitas dan luas areal (skenario 1), upgrading produk melalui peningkatan mutu produk (skenario 2), upgrading fungsi melalui peningkatan teknologi pengolahan (skenario 3), dan upgrading rantai melalui perubahan saluran rantai (skenario 4). Hasil analisis menunjukkan bahwa skenario kombinasi, yang merupakan gabungan dari seluruh skenario yang ada, merupakan pendekatan yang paling baik untuk pengembangan rantai nilai global kopi Indonesia. Skenario ini mencakup upgrading pada proses, produk, fungsi, dan rantai. Dalam skenario ini, langkah-langkah yang diambil mencakup peningkatan produktivitas, perluasan areal tanam, perbaikan mutu kopi, penerapan teknologi pengolahan yang lebih canggih, serta pemilihan rantai yang lebih optimal. Dari skenario dasar, upgrading proses berupa peningkatan produktivitas dan perluasan luas areal menunjukkan dampak yang lebih tinggi dibandingkan dengan ketiga jenis upgrading lainnya. Rekomendasi kebijakan yang dapat dirumuskan meliputi upaya peningkatan produksi kopi melalui peningkatan produktivitas usahatani dengan penerapan Good Agricultural Practices (GAP) yang tepat serta perluasan area pertanaman. Untuk meningkatkan mutu dan nilai tambah kopi, penerapan standar dan sertifikasi produk dapat mendukung peningkatan produktivitas serta kualitas hasil panen. Proses pengolahan kopi juga perlu ditingkatkan melalui penerapan Good Handling Practices (GHP) dan penggunaan teknologi yang lebih modern. Peningkatan pendapatan petani dapat dicapai melalui akses ke pasar premium dengan sertifikasi, optimalisasi rantai nilai, serta peningkatan koordinasi dan integrasi antar pelaku. Penguatan daya saing kopi Indonesia dalam ekspor dapat dilakukan dengan memenuhi persyaratan Non-Tariff Measures (NTM) dan tetap mempertahankan fokus pada pasar tradisional, di samping mengembangkan pasar ke negara-negara potensial. Hal ini mengandung arti bahwa pengembangan hilirisasi produk kopi Indonesia harus dilakukan dari hulu hingga hilir secara terpadu. | - |
| dc.description.abstract | Indonesia's participation in the global value chain (GVC) is important for the nation's economy. However, the development of the coffee value chain still faces various problems and challenges, including low crop productivity, weak farmer unintegrated business partnership and institutions, limited access to capital, and a long, inefficient trade chain. Over 90 percent of coffee globally is exported as dry coffee beans, while the value addition is concentrated in importing countries that process coffee further. Indonesia needs to shift its paradigm from "volume to value," moving from a focus solely on quantity to enhancing value addition. Coffee has significant product differentiation potential, where value creation can be achieved through upgrading at various stages of the chain. The distribution of value addition among different actors is closely related to the governance structure of the chain, depending on the power and bargaining position of actors, information asymmetry across chain stages, and the production technologies used. Coffee plays a strategic role at the national level by driving regional economies, providing employment, and potentially fostering micro, small, and medium coffee industries. The main challenge in the coffee GVC is not only participating in the global value chain but also ensuring sustainable income growth. Issues within Indonesia's coffee global value chain cannot be resolved in isolation and require a holistic systems approach. This study aims to: (1) Analyze the dimensions of input-output structure, chain actors, and institutional aspects of Indonesia's coffee GVC, (2) Analyze the dimensions of governance structure and integration levels within Indonesia's coffee GVC, (3) Analyze the geographical scope and trade potential of Indonesia's coffee GVC, (4) Develop a model for the development of Indonesia's coffee GVC using a system dynamics approach, and (5) Formulate policy recommendations for the development of a competitive and sustainable global value chain for Indonesian coffee. To achieve these research objectives, both secondary and primary data sources are used. The analysis method combines qualitative and quantitative approaches, using Gereffi's framework that divides GVC into six dimensions: (1) input-output structure, (2) value chain actors, (3) institutions, (4) governance structure, (5) geographical scope, and (6) upgrading. The dimensions of input-output structure, value chain actors, and institutions are analyzed descriptively and qualitatively. The governance structure is measured using a Likert Scale based on Gereffi's framework, which includes five types of governance: market, modular, relational, captive, and hierarchy. The degree of vertical integration within the value chain is assessed using the concept of Arcs of Integration. This process involves Factor Analysis to categorize actors within the value chain into specific quadrants based on their level of integration: inward facing, periphery facing, supplier facing, customer facing, or outward facing. The geographical scope of the GVC is analyzed using panel data regression to measure trade flows between countries based on variables such as economic distance, real exchange rates, GDP, population, competitiveness, and trade barriers. The Trade Potential ratio is then calculated using the estimated trade flow model. Additionally, upgrading the Indonesia coffee GVC is done by constructing a development model using System Dynamics. The model consists of three submodels: production, processing, and market. The model is analyzed through various research stages, including needs analysis, problem formulation, system identification, model formulation, model validation, simulation, and sensitivity analysis. The novelty of this research lies in several key aspects. First, it quantitatively examines the governance structure of the global coffee value chain to understand the relationships between actors, particularly in terms of coordination and power asymmetry. Additionally, the study analyzes the degree of vertical integration among actors in the value chain, providing insight into how each actor integrates their business activities. The geographic scope of the coffee global value chain is also examined quantitatively, covering trade flows, influencing factors, and trade potential. Furthermore, the development of Indonesia’s coffee global value chain is analyzed using system dynamics model that includes submodels for production, processing, and markets, predicting target outcomes through policy scenario simulations, in line with the processes, products, functions, and chains upgrading. The study results indicate that the input-output structure of Indonesia's coffee GVC comprises five main activities: production, post-harvest and initial processing, trade, advanced processing, and marketing. Key actors in the GVC include small farmers, collectors, cooperatives, small processing industries, large processing industries, exporters, roasteries, retailers, coffee shops, and end consumers. The governance of Indonesia's coffee GVC is modular, reflecting a low level of explicit coordination and power asymmetry between buyers and Indonesian coffee suppliers. Indonesia's coffee GVC integration is periphery-facing, indicating a moderate level of integration from suppliers to customers. From a geographical scope perspective, the coffee GVC operates on a North-South basis, with producing countries in the Southern Hemisphere and consuming countries in the Northern Hemisphere. Indonesia's coffee export destinations include the United States, Malaysia, Egypt, Italy, Japan, Germany, the United Kingdom, Russia, India, Belgium, Vietnam, Canada, and the Philippines. Factors affecting Indonesia's coffee trade flow to these countries include per capita GDP and population of importing countries, Indonesia's real exchange rate with importing countries, the competitiveness of Indonesian coffee in importing countries, and non-tariff trade barriers in those countries. The trade potential of Indonesian coffee remains focused on traditional markets (major coffee-consuming countries) such as the United States, the United Kingdom, and Canada. System Dynamics analysis reveals that, under baseline conditions, the government's target for coffee production in Indonesia of 1,743,330 tons by 2045 has not been met due to low productivity and insufficient area. This productivity decline impacts farmer income, which decreases to Rp 2,965,298 by 2045, well below the government's target. Additionally, coffee bean export volume in 2045 is only 222,027 tons, while the target is 682,306 tons, resulting in a shortfall of 460,279 tons. This export decline is due to the imbalance between slow production growth (1.23% per year), while domestic consumption growth increased faster (2.18% per year), leading to a decline in Indonesia's global competitiveness. Therefore, policies are needed to develop Indonesia's coffee GVC. Policy alternatives and strategies for developing Indonesia's coffee GVC in this study are formulated based on Gereffi's upgrading concept, including four basic policy scenarios and two combined policy scenarios. The four basic scenarios are process upgrading through increased productivity and area expansion (Scenario 1), product upgrading through improved product quality (Scenario 2), function upgrading through enhanced processing technology (Scenario 3), and chain upgrading through changes in chain channels (Scenario 4). The analysis results show that the combined scenario, which integrates all existing scenarios, is the best approach for developing Indonesia's coffee global value chain. This scenario includes upgrading in process, product, function, and chain, with measures including productivity enhancement, area expansion, quality improvement, advanced processing technology implementation, and optimal chain selection. From the initial scenario, process upgrading involving productivity enhancement and area expansion shows a greater impact compared to the other three types of initial upgrading. The policy recommendations that can be formulated include efforts to increase coffee production by improving farm productivity through the proper implementation of Good Agricultural Practices (GAP) and expanding coffee plantation areas. To enhance the quality and added value of coffee, implementing product standards and certifications will support increased productivity and harvest quality. Coffee processing should also be improved through the application of Good Handling Practices (GHP) and the use of more modern technology. Farmers' income can be increased by accessing premium markets through certification, optimizing value chains, and improving coordination and integration among actors. Strengthening the competitiveness of Indonesian coffee exports can be achieved by meeting Non-Tariff Measures (NTM) requirements while maintaining a focus on traditional markets and expanding to potential new markets. This implies that the development of downstream processing of Indonesian coffee products must be carried out from upstream to downstream in an integrated manner. | - |
| dc.description.sponsorship | Badan Litbang Kementerian Pertanian Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) | - |
| dc.language.iso | id | - |
| dc.publisher | IPB University | id |
| dc.title | Model Pengembangan Rantai Nilai Global Kopi Indonesia: Pendekatan Sistem Dinamis | id |
| dc.title.alternative | Global Value Chain Development Model of Indonesian Coffee: System Dynamic Approach. | - |
| dc.type | Disertasi | - |
| dc.subject.keyword | Global Value Chain | id |
| dc.subject.keyword | rantai nilai | id |
| dc.subject.keyword | tata kelola | id |
| dc.subject.keyword | value chain analysis | id |
| dc.subject.keyword | Kopi | id |
| dc.subject.keyword | sistem dinamis | id |
| dc.subject.keyword | Rantai Nilai Global | id |
| dc.subject.keyword | upgrading | id |
| dc.subject.keyword | intergrasi | id |
| Appears in Collections: | DT - Economic and Management | |
Files in This Item:
| File | Description | Size | Format | |
|---|---|---|---|---|
| cover_H463190101_bcbd14443e2b4f0facd942467652ef03.pdf | Cover | 527.7 kB | Adobe PDF | View/Open |
| fulltext_H463190101_b384b5ed540d4a32bbec1b8113eea64e.pdf Restricted Access | Fulltext | 3.26 MB | Adobe PDF | View/Open |
| lampiran_H463190101_95bde7cc96fa4d7db457c6b7b3bded92.pdf Restricted Access | Lampiran | 1.17 MB | Adobe PDF | View/Open |
Items in DSpace are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.