Please use this identifier to cite or link to this item:
http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/160017Full metadata record
| DC Field | Value | Language |
|---|---|---|
| dc.contributor.advisor | Ma'Arif, Syamsul | |
| dc.contributor.advisor | Gumbira-Sa'Id, E | |
| dc.contributor.author | Utami, Teja Primawati | |
| dc.date.accessioned | 2024-12-05T07:37:19Z | |
| dc.date.available | 2024-12-05T07:37:19Z | |
| dc.date.issued | 2006 | |
| dc.identifier.uri | http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/160017 | |
| dc.description.abstract | Adanya kerja sama di bidang ekonomi antara negara negara di dunia, seperti ASEAN Free Trade Area (AFTA), Asia Pacific Economic Cooperation (APEC) dan World Trade Organization (WTO), telah menciptakan sistem perdagangan dunia yang bebas (free trade) dan global. Hal ini dapat memperluas gerak arus transaksi barang atau jasa melintasi batas wilayah suatu negara. Dampak dari sistem tersebut adalah tuntutan mutu dan daya saing dalam pasar yang bersifat terbuka terhadap barang dan jasa ekspor. Dalam menghadapi kondisi pasar bebas tersebut, PPEI mempunyai peluang yang besar untuk terus mengembangkan pendidikan dan pelatihan di bidang ekspor. Sebagai lembaga pelatihan ekspor milik pemerintah, PPEI dapat membina dan melatih Usaha Kecil dan Menegah (UKM) dan pengusaha di bidang perdagangan internasional. Dengan demikian UKM atau pengusaha di Indonesia dapat bersaing secara kompetitif di dunia internasional. Selain membina SDM di dalam negeri PPEI juga dapat berkiprah secara internasional sesuai dengan visinya yaitu “menjadi lembaga pelatihan yang terkemuka di Asia Pasifik” serta misinya yaitu “mengelola lembaga pelatihan di bidang ekspor secara profesional, berdasarkan kaidah bisnis”. Oleh karena itu PPEI perlu merancang suatu arsitektur strategi dalam mencapai visi dan misinya tersebut di masa yang akan datang. Dalam mewujudkan industri masa depan PPEI, beberapa perumusan masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah faktor-faktor eksternal apa yang dapat mempengaruhi posisi persaingan, pertumbuhan dan perkembangan PPEI, faktor-faktor internal apa saja yang dapat dikembangkan PPEI menjadi suatu kompetensi dalam menghadapi persaingan dan bagaimana mewujudkan sasaran jangka panjang yang akan dicapai PPEI sampai tahun 2011. Tujuan dari penelitian ini adalah pertama menganalisa faktor eksternal yang berpengaruh terhadap kondisi PPEI, kedua menganalisa faktor internal yang dimiliki PPEI saat ini dan ketiga menyusun arsitektur strategi PPEI untuk kurun waktu lima tahun kedepan. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi penentuan strategi PPEI ke depan, sehingga dapat dijadikan pertimbangan penting bagi pihak manajemen PPEI dalam mengambil kebijakan di masa yang akan datang. Penelitian ini dilakukan di lingkungan internal PPEI dengan menggunakan teknik penelitian deskriptif dalam bentuk studi kasus. Jenis data yang digunakan adalah data primer dan sekunder. Metoda pengambilan contoh pada penelitian ini adalah secara sengaja (purposive sampling), yaitu dengan menentukan terlebih dahulu responden yang akan diwawancarai atau diberi kuesioner. Teknik pengolahan data dilakukan dengan menggunakan studi literatur untuk analisis lingkungan makro, teknik Delphi untuk analisis lingkungan mikro, analisis rantai nilai untuk lingkungan internal PPEI dan teknik pengambilan keputusan dengan menggunakan metode Analytical Hierarchy Process (AHP) dalam pertimbangan penentuan arsitektur strategi PPEI. Analisa lingkungan makro meliputi analisa faktor ekonomi, politik dan hukum, sosial budaya dan teknologi. Berdasarkan hasil analisis lingkungan ekonomi, yaitu pesatnya pertumbuhan perdagangan internasional, naiknya nilai ekspor dan impor juga membaiknya iklim investasi, baik PMA maupun PMDN di Indonesia menunjukkan adanya peluang bagi PPEI untuk terus mengembangkan pendidikan dan pelatihan di bidang ekspor. Begitu pula hasil dari analisa faktor politik dan hukum dimana komitmen pemerintah yang serius kepada pemberantasan korupsi memberikan kontribusi yang baik bagi membaiknya citra pemerintah, sehingga PPEI sebagai lembaga pemerintah dapat mengembangkan tugas dan fungsinya untuk terus mengambangkan pendidikan dan pelatihan di bidang ekspor. Selain itu adanya otonomi daerah dapat memberikan kesempatan bagi SDM daerah untuk meningkatkan pengetahuan ekspor yang dibantu oleh cabang PPEI di daerah yaitu Pusat Pendidikan dan Pelatihan Ekspor Daerah (P3ED). Analisa faktor sosial budaya yaitu adanya program dual degree yang sedang tren menunjukkan bahwa PPEI mempunyai kesempatan yang luas dalam memberikan pengetahuan dan pelatihan kepada peserta pelatihan melalui dua keterampilan atau keahlian di bidang ekspor sekaligus, sehingga PPEI dapat merancang silabus sejenis program dual degree dalam rangka meningkatkan kapabilitas peserta di bidang ekspor menjadi setingkat lebih cepat. Dilain pihak berdasarkan analisa faktor teknologi menunjukkan bahwa teknologi informasi akan sangat berperan dalam perdagangan internasional dan perkembangan metoda pelatihan, sehingga penguasaan teknologi dapat menjadikan keunggulan bersaing. PPEI mempunyai keunggulan bersaing dalam mengadakan pelatihan dengan menggunakan metoda pelatihan melalui teknologi video conference. Analisa lingkungan mikro berdasarkan analisa lima kekuatan Porter menunjukkan bahwa intensitas persaingan PPEI berada pada tingkat sedang. Pada kompetensi pengembangan kurikulum dan proses belajar mengajar, kekuatan persaingan pokok didominasi oleh daya tawar calon peserta (3.46). Dengan demikian dalam pembuatan silabus dan metoda mengajar, PPEI perlu mempertimbangkan keinginan dan kebutuhan dari peserta. Sedangkan pada kompetensi pengembangan SDM kekuatan persaingan pokok didominasi ancaman pesaing (3.54), sehingga SDM PPEI masih perlu ditingkatkan profesionalismenya untuk menghadapi ancaman pesaing. Selanjutnya pada kompetensi pengembangan ekspor kekuatan persaingan pokok didominasi oleh ancaman produk substitusi (3.50). Produk substitusi tersebut adalah jasa konsultan ekspor, konsultan ini dapat disewa oleh UKM atau pengusaha dalam melakukan ekspor, sehingga UKM tidak perlu terjun langsung dalam proses ekspor dan tidak perlu mengetahui sendiri prosedur ekspor. Ketiga tingkat intensitas tersebut menujukkan daya tarik industri yang sedang, sehingga memungkinkan untuk memperoleh tingkat laba yang sedang dan stabil. Analisa lingkungan internal dengan menggunakan analisis rantai nilai terdiri dari aktifitas utama dan aktifitas pendukung, Aktifitas utama terdiri dari logistik ke dalam, operasi, logistik ke luar, dan pemasaran dan penjualan. Sedangkan aktifitas pendukung terdiri dari infrastruktur lembaga, manajemen sumber daya manusia dan pengembangan teknologi. Nilai tertinggi tingkat kompetensi dari analisa internal rantai nilai PPEI adalah aktifitas utama logistik yaitu kemampuan dalam merancang produk pelatihan ekspor yang sesuai dengan permintaan peserta (3.70), hal ini sesuai dengan hasil analisa lingkungan mikro bahwa dalam kompetensi pengembangan kurikulum dan proses belajar mengajar perlu mempertimbangkan daya tawar calon peserta. Kemudian aktifitas utama pemasaran dan penjualan yaitu keterampilan dalam mengembangkan jaringan pemasaran (3.60), dan aktifitas utama logistik keluar yaitu pemenuhan program kerjasama pelatihan (3.50). Ketiga hal tersebut dapat dijadikan dasar dalam perancangan arsitektur stratergi PPEI. Analisa AHP yang digunakan dalam penelitian ini mampunyai lima tahapan, yaitu tahapan fokus, faktor, aktor, tujuan dan alternatif. Berdasarkan hasil analisa AHP didapat bahwa dalam fokus merancang arsitektur strategi PPEI, faktor yang perlu diutamakan adalah kompetensi pengembangan kurikulum dan proses belajar mengajar (0.39), aktor yang paling berpengaruh adalah instruktur (0.43), tujuan yang akan dicapai adalah meningkatkan kompetensi SDM ekspor (0.36) dan alternatif yang diambil dalam mewujudkan tujuan tersebut adalah pola kemitraan (0.34), sehingga kerjasama PPEI dengan berbagai pihak merupakan strategi penting dalam meningkatkan pertumbuhan organisasi. Berdasarkan hasil dari analisa lingkungan makro, lingkungan mikro, lingkungan internal rantai nilai dan AHP, untuk mewujudkan industri masa depan dan merancang arsitektur strategi, PPEI dapat melakukan urutan strategi sebagai berikut. 1. Strategi Pengembangan Produk. Strategi ini dipilih berdasarkan hasil analisa sosial budaya bahwa pada saat ini berkembang tren dual degree, sehingga perlu dikembangkan produk yang mempunyai kemampuan dan keterampilan ganda. Selain itu berdasarkan analisa lingkungan mikro yaitu kompetensi pengembangan kurikulum dan proses belajar mengajar dengan kekuatan persaingan daya tawar calon peserta dan hasil analisa internal pada aktifitas utama logistik yaitu kemampuan dalam merancang produk pelatihan ekspor yang sesuai dengan permintaan peserta, menunjukkan bahwa produk PPEI perlu dikembangkan manjadi produk yang sesuai dengan keinginan dan kebutuhan peserta. Dengan demikian instruktur sebagai pembuat silabus dan penentu metoda belajar mengajar menjadi pelaku utama dalam mengembangkan produk pelatihan, hal ini sesuai dengan hasil AHP bahwa aktor utama adalah instruktur. Oleh karena itu salah satu cara yang dapat ditempuh oleh PPEI dalam mewujudkan hal diatas adalah dengan melakukan training need survey. 2. Strategi Diversifikasi Konsentris. Strategi ini ditentukan berdasarkan hasil analisa lingkungan makro faktor ekonomi, dimana semakin pesatnya pertumbuhan ekonomi internasional dan juga hasil analisa lingkungan mikro pada kompetensi pengembangan ekspor dengan kekuatan persaingan pokok yang didominasi oleh ancaman produk substitusi, sehingga PPEI perlu melebarkan sayap tidak hanya berkiprah pada dunia pelatihan ekspor tetapi juga produk jasa lainnya, misalnya jasa konsultasi ekspor. Hal ini dapat direalisasikan dengan membangun sebuah divisi yang khusus yang menangani jasa konsultasi atau business cotact. Selain itu PPEI juga perlu membuat satu seksi khusus bidang penelitian dan pengembangan di dalam struktur organisasinya. 3. Strategi Penetrasi dan Pengembangan Pasar. Strategi ini ditetapkan berdasarkan hasil analisa lingkungan makro politik yaitu adanya otonomi daerah, selain itu hasil analisa rantai nilai yaitu pada aktifitas utama pemasaran dan penjualan dengan fokus keterampilan dalam mengembangkan jaringan pemasaran. Dalam hal ini PPEI dapat memperbanyak cabang P3ED tidak hanya di empat kota (Medan, Surabaya, Banjarmasin dan Makassar), tetapi ditambah lagi di Papua dan Lombok. 4. Strategi Joint Venture. Strategi ini adalah implementasi dari hasil analisa rantai nilai pada aktifitas utama logistik keluar yaitu pemenuhan program kerjasama pelatihan dan hasil analisa AHP pada tahapan alternatif yang paling tinggi nilainya yaitu pola kemitraan. Dengan demikian kerjasama PPEI baik dengan organisasi atau perusahaan di dalam maupun di luar negeri penting untuk dilakukan. Bentuk kerjasama yang dapat dilakukan oleh PPEI adalah dengan P3ED, JICA dan ASEAN. Kerjasama yang dilakukan adalah kerjasama pelatihan dan adopsi Teknologi Informasi guna menyongsong pelatihan dan pendidikan PPEI di masa depan yang berbasis Teknologi Informasi. 5. Pelatihan ekspor impor yang berbasis teknologi informasi yaitu pengembangan metoda pengajaran dan sistem belajar mengajar dengan menggunakan teknologi internet, e-learning dan distance learning. Hal ini sesuai dengan hasil analisa makro faktor teknologi dan hasil analisa rantai nilai pada aktifitas pendukung pengembangan eknologi dengan faktor utama Kemampuan menyerap dan mengembangkan teknologi yang lebih baik. Dengan demikian metoda pelatihan di PPEi dengan menggunakan video conference perlu terus dikembangkan tidak hanya ke Jepang tetapi ke wilayah lain yang lebih luas di benua Amerika, Afrika, Australia dan Eropa. | |
| dc.publisher | IPB University | id |
| dc.subject.ddc | Manajemen Strategi | id |
| dc.title | Arsitektur Strategi Pendidikan dan Pelatihan Ekspor Indonesia (Ppei) Departemen Perdagangan Republik Indonesia | id |
| dc.subject.keyword | Ppei | id |
| dc.subject.keyword | E-Learning | id |
| dc.subject.keyword | Distance Learning | id |
| dc.subject.keyword | Video Conference | id |
| dc.subject.keyword | E-Commerce | id |
| dc.subject.keyword | Lima Kekuatan Bersaing Porter | id |
| dc.subject.keyword | Rantai Nilai | id |
| dc.subject.keyword | Analytical Hierarchy Process (Ahp) | id |
| dc.subject.keyword | Analisis Lingkungan | id |
| dc.subject.keyword | PPEI | id |
| dc.subject.keyword | e-learning | id |
| dc.subject.keyword | distance learning | id |
| dc.subject.keyword | video conference | id |
| dc.subject.keyword | e-commerce | id |
| dc.subject.keyword | lima kekuatan bersaing Porter | id |
| dc.subject.keyword | rantai nilai | id |
| dc.subject.keyword | Analytical Hierarchy Process (AHP). | id |
| Appears in Collections: | MT - Business | |
Files in This Item:
| File | Size | Format | |
|---|---|---|---|
| R2906TPUMI.pdf Restricted Access | 68.17 MB | Adobe PDF | View/Open |
Items in DSpace are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.