Please use this identifier to cite or link to this item: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/159938
Title: Analisis Diversifikasi Usahatani Petani Cassiavera dan Pemasarannya Di Nagari Malalak, Kecamatan Iv Koto Kabupaten Agam, Propinsi Sumatera Barat
Authors: Daryanto, Arief
Fahmi, Idqan
Yohanes
Issue Date: 2005
Publisher: IPB University
Abstract: Pembangunan perkebunan telah lama diusahakan oleh masyarakat Sumatera Barat yang berkaitan langsung dengan aspek ekonomi, sosial dan ekologi. Dari aspek ekonomi, usaha perkebunan telah memberikan peranan yang penting dalam pendapatan masyarakat, sumber ekonomi daerah dan devisa negara. Pada aspek sosial, usaha perkebunan telah mampu menyerap tenaga kerja yang besar, baik sebagai petani pemilik maupun tenaga kerja. Sedangkan pada aspek ekologi, usaha perkebunan mendukung kelestarian sumber daya alam dan lingkungan hidup. Dalam aspek pembangunan secara keseluruhan perkebunan mempercepat perkembangan suatu daerah. Cassiavera merupakan salah satu komoditi ekspor Sumatera Barat yang merupakan komoditi unggulan spesifik yang hanya terdapat di beberapa provinsi di Indonesia. Kegiatan penanaman Cassiavera ini sudah dilakukan oleh petani secara turun-temurun dari para pendahulu karena perawatannya yang sangat mudah dibandingkan dengan tanaman lain dan juga didukung dengan keadaan alam Sumatera Barat yang cocok untuk pertumbuhan tanaman ini. Tanaman Cassiavera pernah merupakan salah satu simbol status sosial bagi masyarakat di Sumatera Barat karena nilai ekonominya yang cukup tinggi. Pemerintah juga giat mendorong minat masyarakat untuk berusahatani Cassiavera karena telah menyatunya dengan kehidupan masyarakat. Berdasarkan data yang dikeluarkan Direktorat Jenderal Perkebunan tahun 2003, produksi tanaman Cassiavera Sumatera Barat menempati urutuan pertama, walaupun dari segi luas menempati urutan ke dua setelah Provinsi Jambi. Menurut Asosiasi Eksportir Casssiavera Indonesia (AECI) Provinsi Sumatera Barat tahun 2003, lebih 70 % ekspor Cassiavera berasal dari Padang. Dalam pemasarannya menghadapi berbagai kendala terutama oleh pembeli di luar negeri. Makin lama harga Cassiavera di luar negeri makin menurun sehingga para pelaku pasar yaitu eksportir yang tergabung dalam AECI Provinsi Sumbar mengalami kerugian dan bangkrut. Pada tahun 2003 jumlah eksportir yang sanggup bertahan hanyalah tiga belas perusahaan, padahal jumlahnya pernah mencapai tiga puluhan perusahaan. Penurunan harga di tingkat eksportir juga berakibat kepada harga di tingkat kabupaten yang pada gilirannya memukul para petani. Sejak tahun 1993 sampai dengan saat ini harga Cassiavera tidak mengalami perubahan yang berarti walaupun telah terjadi krisis ekonomi yang mengakibatkan rendahnya nilai tukar rupiah. Sebagai akibatnya petani malas berusaha, bahkan ada yang membiarkan saja tanaman yang sudah waktunya untuk dipanen. Cassiavera tidak lagi mendatangkan keuntungan dan jaminan kesejahteraan bagi petani. Berdasarkan pengalaman kegagalan dari usahatani Cassiavera petani beralih pada berbagai macam usahatani. Diversifikasi usahatani merupakan salah satu cara penyebaran resiko karena kerugian pada satu usaha dapat ditutupi dengan keuntungan pada usaha lain. Dari uraian tersebut dapat dirumuskan beberapa permasalahan yaitu : 1). Bagaimana usahatani Cassiavera yang dilaksanakan oleh petani. 2). Bagaimana diversifikasi usahatani yang dilaksanakan petani sebagai dampak rendahnya harga Cassiavera dan 3). Bagaimana pemasaran Cassiavera mulai dari petani sampai ke eksportir. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah : 1). Menganalisa usahani Cassiavera yang dilaksanakan oleh petani. 2). Menganalisa diversifikasi usahatani yang dilaksanakan petani sebagai dampak rendahnya harga Cassiavera dan 3). Menganalisa pemasaran Cassiavera mulai dari petani sampai ke eksportir Penelitian yang dilakukan ini diharapkan memberikan manfaat kepada : 1). Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Agam serta Dinas Perkebunan Provinsi Sumatera Barat dalam menentukan kebijakan pengembangan tanaman Cassiavera. 2). Memberikan gambaran kepada para investor tentang peluang bisnis Cassiavera di Sumatera Barat, khususnya Kabupaten Agam dan 3). Sebagai referensi bagi penelitian lebih lanjut tentang Cassiavera. Ruang lingkup penelitian ini dibatasi pada aspek usahatani Cassiavera yang dilaksanakan oleh petani dan pemasarannya mulai dari petani sampai eksportir. Disamping itu juga mengkaji berbagai usaha yang dilakukan oleh petani untuk menghasilkan pendapatan sebagai dampak menurunnya harga Cassiavera di Nagari Malalak Kecamatan IV Koto Kabupaten Agam Provinsi Sumatera Barat. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan jenis penelitian survey, yang dilakukan melalui pengamatan langsung di lapangan dan wawancara dengan menggunakan kuesioner. Jenis data dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data tersebut diperoleh melalui observasi langsung kegiatan petani di lapangan dan pedagang yang terlibat dalam pemasaran mulai dari tingkat petani sampai eksportir di Padang, wawancara, kuesioner dan studi pustaka. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive sampling) terhadap kecamatan yang merupakan sentra produksi tanaman Cassiavera di Kabupaten Agam. Pengambilan sampel dilakukan secara snow ball yang berjumlah 45 orang petani dengan ketentuan sedang melakukan panen dan penjualan pada saat penelitian dilaksanakan. Sedangkan penentuan responden pedagang dilakukan dengan cara mengikuti arus komoditi Cassiavera mulai dari petani sampai tingkat eksportir di Padang. Dari analisis kelayakan usaha Cassiavera seluas 0,25 ha dan periode 13 tahun dengan tingkat suku bunga tabungan 6 % ternyata NPV –934.077,65, IRR -2,17 dan Net B/C –0,18. Sedangkan pada tingkat suku bunga pinjaman 21 % NPV –2.649.119,72, IRR –2,17 dan Net B/C –0,70. Dengan demikian usahatani Cassiavera tidak layak lagi diusahakan baik dengan tingkat suku bunga 6 % apalagi 21 % karena mendatangkan kerugian. Hasil analisis sensitivitas terhadap cassivera, pada tingkat suku bunga 6 % NPV bernilai positif apabila terjadi kenaikan harga 40 % dengan IRR 9,93 dan Net B/C 0,15. Pada tingkat suku bunga 21 % NPV bernilai positif apabila terjadi kenaikan harga 130 % dengan IRR 21,27 % dan Net B/C 0,03. Hasil analisis pemasaran Cassiavera terdapat dua saluran pemasaran yaitu : 1). Petani – Pedagang Pengumpul Kecamatan – Pedagang Kota – Eksportir dan 2). Petani – Pedagang Pengumpul Kabupaten – Eksportir. Margin pemasaran saluran 1 kualitas AA 13,58 % , kualitas KA 15,38 % dan kualitas A 14,75 %. Margin pemasaran saluran 2 kualitas AA 9,76 %, kualitas KA 11,11 % dan kualitas A 10,00 %. Farmer’s share saluran 1 kualitas AA 86,42 % (Rp. 3.500,00), kualitas KA 84,62 % (Rp. 2.750,00) dan kualitas A 85,25 % (Rp.2.600,00). Sedangkan farmer’s share saluran 2 kualitas AA 90,24 % (Rp. 3.700,00), kualitas KA 88,89 % (Rp. 2.800,00) dan kualitas A 90 % (Rp. 2.700,00). Faktor-faktor yang mempengaruhi harga secara nyata yaitu kualitas dan lembaga pemasaran, sedangkan jumlah dan cara pembayaran tidak mempengaruhi secara nyata. Analisis keterpaduan pasar diperoleh nilai IMC =  (tak terhingga) yang berarti tidak ada keterpaduan antara pasar petani dan pasar eksportir. Dampak rendahnya harga Cassiavera petani melakukan diversifikasi usaha. Dari hasil analisis penggemukan sapi 1 ekor dengan periode 4 bulan diperoleh pendapatan atas biaya tunai Rp. 1.066.814,33 dan pendapatan atas biaya total Rp.122.138,61. Analisis R/C ratio atas biaya tunai 1,30 dan atas biaya total 1,03. Analisis usahatani bawang daun seluas 0,25 ha dengan periode pemeliharaan 4 bulan diperoleh pendapatan atas biaya tunai Rp. 1.563.27,75 dan pendapatan atas biaya total Rp. 861.840,74. Analisis R/C ratio atas biaya tunai 3,11 dan atas biaya total 1,60. Analisis usahatani cabe rawit seluas 0,25 ha dengan periode pemeliharaan 6 bulan diperoleh pendapatan atas biaya tunai Rp. 2.643.443,06 dan pendapatan atas biaya total Rp. 1.347.527,30. Analisis R/C ratio atas biaya tunai Rp. 4,18 dan atas biaya total 1,71. Sedangkan analisis usahatani cabe keriting seluas 0,25 ha dengan periode 6 bulan diperoleh pendapatan atas biaya tunai Rp. 3.976.555,25 dan pendapatan atas biaya total Rp. 2.775.082,37. Analisis RC ratio atas biaya tunai 6,65 dan atas biaya total 2,46. Petani disarankan tidak lagi menggantungkan harapan terhadap tanaman Cassiavera, lebih baik dijadikan tanaman sambilan saja. Tanaman yang sudah dipanen jangan ditanam lagi dengan Cassiavera sampai dicapai suatu keseimbangan antara permintaan dan penawaran sehingga harga kembali normal seperti biasa. Sedangkan sebagian lagi tanaman perlu dipertahankan untuk menjaga kelestarian alam serta mencegah terjadinya erosi. Lebih baik mengusahakan komoditi lain yang lebih menguntungkan Kepada instansi terkait terutama Dinas Perindustrian dan Perdagangan agar mencari peluang pemasaran langsung ke konsumen dalam bentuk kerjasama dengan kelompok tani sehingga produk yang dihasilkan sesuai dengan selera konsumen dan nilai tambah produk dapat dinikmati oleh petani. Selama ini perhatian lebih banyak tercurah terhadap usahatani sedangkan pengolahan dan pemasarannya terabaikan sehingga petani tidak menguasai pengolahan sesuai dengan permintaan pasar.
URI: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/159938
Appears in Collections:MT - Business

Files in This Item:
File SizeFormat 
R2705YS.pdf
  Restricted Access
71.76 MBAdobe PDFView/Open


Items in DSpace are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.