Analisis Kepuasan Masyarakat Nelayan Terhadap Pelayanan Di Pangkalan Pendaratan Ikan (Ppi) Muara Angke Jakarta Utara

Abstract

Terwujudnya suatu pelayanan prima di Pelabuhan Perikanan adalah hal yang mutlak harus diusahakan, karena pelayanan merupakan salah satu kegiatan yang menentukan keberhasilan dalam pembangunan agroindustri perikanan secara umumnya dan pelabuhan perikanan secara khususnya. Pembangunan dan pengembangan kawasan Pangkalan Pendaratan Ikan Muara Angke bertujuan untuk meningkatkan fungsi dan peranan pelabuhan perikanan sebagai prasarana ekonomi yang dapat meningkatkan kehidupan nelayan agar lebih layak dan bergairah dalam menjalankan usahanya. Secara geografis Pangkalan Pendaratan Ikan Muara Angke terletak di bagian utara sebelah barat propinsi DKI Jakarta dan berbatasan langsung dengan laut Jawa. Kawasan Muara Angke termasuk dalam wilayah administrasi Kelurahan Pluit, Kecamatan Penjaringan Kotamadya Jakarta Utara yang terletak pada posisi 06° 05' 24"-06° 05' 35" Lintang Selatan dan 106° 46' 06-106° 46' 30" Bujur Timur dengan tinggi rata-rata 0-1 meter di atas permukaaan laut. Posisi yang strategis tersebut dapat dikembangkan sebagai pusat pemasaran komoditas perikanan karena dekat dengan pusat kota Jakarta, dekat dengan pelabuhan udara dan pelabuhan kapal laut yang dapat melancarkan transportasi perdagangan ekspor. Pangkalan Pendaratan Ikan Muara Angke, merupakan salah satu Tempat Pendaratan Ikan yang berada di DKI Jakarta. Secara fungsional Pangkalan pendaratan Ikan Muara Angke sejajar dengan pelabuhan/pangkalan pendaratan ikan yang lain yang tersebar di berbagai daerah di Indonesia. Sesuai dengan tuntutannya, baik internal maupun ekternal sudah saatnya ditingkatkan fungsi dan kinerjanya. Hal ini terutama agar dapat memberikan pelayanan yang profesional sesuai dengan standar mutu pelayanan yang memuaskan pelanggan. Adapun permasalahannya adalah meningkatnya aktifitas penggunaan sarana dan prasarana di Pangkalan Pendaratan Ikan Muara Angke seperti meningkatnya jumlah kapal yang berlabuh dan mendaratkan hasil tangkapan sehingga kapal- kapal kecil menyingkir dan membongkar hasil tangkapannya di luar pelabuhan. Di lain pihak kapal-kapal yang melakukan bongkar muat di Muara Angke tidak terbatas pada 30 GT ke bawah. Sebagian besar adalah yang memiliki bobot rata- rata 50 GT, bahkan ada beberapa yang mencapai 80 GT. Kondisi tersebut membawa dampak terhadap pelayanan di dermaga, yaitu kolam pelabuhan yang tersedia menjadi cukup sempit, sehingga bagi sebagian nelayan PPI Muara Angke sudah terasa padat dengan berbagai kegiatan seperti docking, pengisian bahan bakar dan lain-lain yang mengganggu kelancaran kegiatan pendaratan ikan hasil tangkapan. Meningkatnya aktifitas tersebut menjadi tidak jelas, apakah merupakan hasil pelayanan yang diberikan oleh unit pelaksana teknis atau karena nelayan terpaksa, mengingat kondisi di tempat pendaratan ikan lain yang kurang mendukung. Oleh karena belum adanya kajian tentang kepuasan nelayan di Pangkalan Pendaratan Ikan Muara Angke dan untuk mengetahui apakah pelayanan telah dilaksanakan baik, maka perlu dilakukan penelitian terhadap nelayan yang menggunakan jasa di PPI tersebut. Tujuan penelitian adalah untuk mengkaji harapan dan kenyataan yang dirasakan nelayan untuk berbagai faktor yang mempengaruhi kepuasan pelanggan di PPI Muara Angke, menganalisa tingkat kepuasan nelayan berdasarkan lima dimensi kualitas pelayanan dan merumuskan langkah/upaya yang dapat dilakukan oleh UPT. Pengelola Kawasan Pelabuhan Perikanan untuk meningkatkan kepuasan nelayan terhadap pelayanan di PPI Muara Angke. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dengan pendekatan survey melalui wawancara dan pengisian kuesioner. Responden adalah 100 orang nelayan yang mendaratkan hasil tangkapannya di PPI Muara Angke selama bulan Maret sampai April 2005. Variabel yang diteliti adalah variabel penentu kualitas pelayanan dari lima dimensi tangibles, reliability, responsiveness, assurance dan empathy. Analisis data dilakukan dengan analisis kesenjangan untuk mengetahui harapan dan kenyataan serta tingkat kepuasan nelayan, Importance Performance analysis dan analisis Diagonal Suharjo Split untuk prioritas perbaikan atribut. Berdasarkan hasil penelitian dengan menggunakan metode Servqual (analisis kesenjangan) menunjukkan bahwa kualitas pelayanan yang diterima lebih rendah dari harapan nelayan yang ditandai adanya rata-rata nilai gap yang negatif untuk semua dimensi kualitas pelayanan yaitu 2,60 untuk dimensi tangible, -2,59 untuk dimensi emphaty, -2,51 untuk dimensi responsiveness, -2,26 untuk dimensi reliability dan -2,25 untuk dimensi assurance. Sedangkan untuk tingkat kepuasan nelayan terhadap kinerja pelayanan di PPI Muara Angke dari yang tertinggi sampai yang terendah adalah dimensi emphaty, dimensi assurance, dimensi responsiveness, dimensi reliability dan dimensi tangible. Berdasarkan hasil Importance Performance Analysis, atribut yang harus dipertahankan atau telah memuaskan nelayan yaitu lokasi PPI, tempat pelelangan ikan, cold storage dan gudang alat perikanan (tangible), harga karcis/retribusi sesuai dengan pelayanan, pelayanan sesuai dengan ketentuan yang berlaku (reliability), cepat tanggap bila nelayan punya masalah, petugas berkeinginan membantu nelayan (responsiveness) dan peraturan/tata tertib PPI sudah jelas (assurance). Alternatif upaya yang dapat dilakukan oleh Unit Pelaksana Teknis untuk meningkatkan kualitas/kinerja pelayanan di Pangkalan Pendaratan Ikan Muara Angke berdasarkan Importance Performance Analysis dan analisis Diagonal Suharjo Split adalah atribut toilet, ketersediaan air bersih, kebersihan PPI, saluran drainase/kolam penampungan limbah, musholla dan luas dermaga/kedalaman kolam pelabuhan.