Please use this identifier to cite or link to this item: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/159867
Title: Formulasi Strategi Program Perbenihan Kentang Bersertifikat Propinsi Jawa Barat
Authors: Sanim,Bunasor
Djamaluddin M.D
Tanra,Sukma Pahlawan
Issue Date: 2005
Publisher: IPB University
Abstract: Keadaan alam di propinsi Jawa Barat dimana banyak terdapat dataran tinggi sangat kondusif bagi pertumbuhan tanaman kentang. Keadaan alam tersebut menjadikan Jawa Barat sebagai salah satu propinsi sentra produksi kentang di Indonesia dengan kontribusi produksi secara nasional terbesar yaitu 25,61%. Potensi lahan yang dapat ditanami kentang di Jawa Barat seluas 35.000 hektar, luas tanam rata-rata setiap tahun kurang lebih 23.000 hektar dengan produksi rata-rata 18,7 ton per hektar (nasional : 15,59 ton per hektar). Kebutuhan benih kentang di Jawa Barat rata-rata setiap tahunnya kurang lebih 40.000 ton, dimana baru dapat terpenuhi oleh benih kentang bersertifikat hanya sekitar 7,5 persen. Untuk mencukupi kebutuhan benih kentang di Jawa Barat khususnya dan nasional umumnya, maka di Jawa Barat diadakan program perbenihan kentang bersertifikat yang dimulai sejak tahun 1993. Pada mulanya program ini dilaksanakan atas kerjasama antara pemerintah Republik Indonesia dengan Jepang (sebagai negara yang memiliki teknologi maju dalam perbenihan kentang) melalui Japan International Cooperation Agency (JICA). Namun kerjasama yang telah berlangsung selama 10 tahun itu telah berakhir pada bulan Oktober 2003. Permasalahan yang dihadapi dalam penelitian ini mencakup hal-hal sebagai berikut : (1) apa saja faktor-faktor internal yang menjadi kekuatan dan kelemahan?, (2) apa saja faktor-faktor eksternal yang menjadi peluang dan ancaman?, (3) strategi alternatif apa saja yang perlu dirumuskan dalam program perbenihan kentang bersertifikat Propinsi Jawa Barat?, dan (4) bagaimana formulasi strategi Dinas Pertanian Propinsi Jawa Barat dalam program perbenihan kentang bersertifikat Propinsi Jawa Barat setelah program kerjasama pemerintah Indonesia dengan JICA berakhir dan setelah otonomi daerah dilaksanakan? Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan sebagai berikut : (1) mengidentifikasi faktor-faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi program perbenihan kentang bersertifikat di Propinsi Jawa Barat, (2) memformulasikan strategi alternatif yang perlu dilakukan dalam program perbenihan kentang bersertifikat di Propinsi Jawa Barat, dan (3) melakukan penyusunan prioritas strategi Dinas Pertanian Propinsi Jawa Barat dalam program perbenihan kentang bersertifikat setelah program kerjasama pemerintah Indonesia dengan JICA berakhir dan setelah otonomi daerah dilaksanakan. Jenis penelitian ini adalah studi kasus dengan sifat deskriptif. Dengan menggunakan metode ini diharapkan dapat diketahui gambaran tentang faktor-faktor dan permasalahan yang mempengaruhi program perbenihan kentang bersertifikat sehingga dapat dirumuskan formulasi strategi program perbenihan kentang bersertifikat. Terdapat tujuh kekuatan internal yang dimiliki Dinas Pertanian Tanaman Pangan Propinsi Jawa Barat dalam program perbenihan kentang bersertifikat. Faktor-faktor tersebut adalah : produktivitas benih kentang bersertifikat, sistem sertifikasi benih kentang, sarana dan prasarana produksi, kualitas SDM petugas, kualitas SDM penangkar benih kentang bersertifikat, koordinasi instansi terkait, serta penelitian dan pengembangan. Selain itu, terdapat pula tujuh faktor-faktor strategis yang menjadi kelemahan. Ketujuh faktor tersebut adalah : sosialisasi/promosi benih kentang bersertifikat, harga benih kentang bersertifikat, penampilan dan keamanan kemasan benih kentang bersertifikat, ukuran dan keseragaman benih dalam kemasan, asosiasi penangkar, perencanaan produksi, dan anggaran keuangan. Terdapat enam faktor strategis eksternal yang menjadi peluang. Faktor-faktor tersebut adalah : potensi pasar, harga benih kentang impor, produktivitas benih kentang lokal, kondisi alam Jawa Barat, peningkatan kesejahteraan petani, dan perkembangan teknologi benih. Selanjutnya terdapat enam faktor strategis eksternal yang menjadi ancaman. Faktor-faktor tersebut adalah : pengetahuan petani tentang benih kentang bersertifikat, harga benih kentang lokal, produktivitas benih kentang impor, keberadaan benih kentang bersertifikat palsu, hama dan penyakit, serta kondisi politik dan keamanan. Pada penentuan strategi alternatif dengan menggunakan analisis SWOT, telah diperoleh enam buah strategi yang tersebar dalam strategi SO, ST, WO dan WT. Strategi SO menghasilkan strategi alternatif meningkakan produksi benih bersertifikat untuk memenuhi kebutuhan pasar regional dan pengembangan pasar nasional. Strategi ST menghasilkan strategi alternatif : (1) melakukan sosialisasi kepada petani tentang benih kentang bersertifikat, dan (2) melakukan koordinasi dengan aparat berwajib agar dapat menindak pelaku-pelaku pemalsu benih bersertifikat sesuai undang-undang. Strategi WO menghasilkan strategi alternatif : (1) melakukan efisiensi, memperbaiki kemasan, ukuran dan keseragaman benih sesuai tuntutan pasar, dan (2) mengoptimalkan asosiasi penangkar sebagai wadah komunikasi dan transaksi dengan petani serta untuk mengetahui kebutuhan pasar. Strategi WT menghasilkan strategi alternatif bertahan seperti kondisi terakhir, untuk mempertahankan petani pelanggan setia Pada tahap pengambilan keputusan dengan menggunakan alat analisis QSPM, telah berhasil dibuat urutan prioritas strategi. Prioritas strategi tersebut secara berurutan adalah : (1) melakukan sosialisasi/ promosi kepada petani tentang benih kentang bersertifikat, (2) meningkakan produksi benih bersertifikat untuk memenuhi kebutuhan pasar regional dan pengembangan pasar nasional, (3) bertahan seperti kondisi terakhir, untuk mempertahankan petani pelanggan setia, (4) melakukan efisiensi, memperbaiki kemasan, ukuran dan keseragaman benih sesuai tuntutan pasar, (5) melakukan koordinasi dengan aparat berwajib agar dapat menindak pelaku-pelaku pemalsu benih bersertifikat sesuai undang-undang, dan (6) mengoptimalkan asosiasi penangkar sebagai wadah komunikasi dan transaksi dengan petani serta untuk mengetahui kebutuhan pasar. Untuk lebih memasyarakatkan penggunaan benih kentang bersertifikat, maka upaya sosialisasi/promosi perlu ditingkatkan. Media yang digunakan sebaiknya yang paling banyak diperhatikan atau disimak oleh masyarakat petani yang tinggal di daerah dataran tinggi. Bila melalui media elektronik (radio dan televisi), sebaiknya dilakukan pada jam tayang sore hingga malam hari, karena pada saat-saat tersebut para petani berada dirumah. Untuk lebih meningkatkan daya tarik dan mencegah terjadinya pemalsuan benih kentang bersertifikat, maka perlu dilakukan perbaikan bentuk dan bahan pembuat kemasannya. Bentuk kemasan paling tidak seperti benih kentang impor, sedangkan bahan kemasan terbuat dari kombinasi kayu dan kayu lapis. Sebaiknya kemasan dibuat sedemikian rupa sehingga bila kemasan telah dibuka, maka akan sulit untuk ditutup dengan kondisi seperti semula. Artinya akan tampak dengan mudah secara visual bahwa suatu kemasan pernah dibuka. Karena budaya petani kentang di Jawa Barat khususnya dan Indonesia pada umumnya yang menyukai ukuran benih relatif kecil, maka sebaiknya ukuran benih kentang bersertifikat diusahakan berukuran S (15-35 gram) dan M (36-70 gram). Teknologi yang relatif murah dan mudah diterapkan adalah dengan merapatkan jarak jarak tanam. Dengan jarak tanam yang rapat maka produksi umbi per hektar akan berukuran kecil-kecil dan kuantitas yang besar. Memfasilitasi pembentukan lembaga asosiasi penangkar benih tingkat propinsi, karena asosiasi yang ada saat ini baru diikuti oleh para penangkar Kabupaten Bandung saja. Sebagai tahap awal dapat dikerahkan tenaga penyuluh lapangan untuk menghubungi para penangkar benih kentang di seluruh Propinsi Jawa Barat. Kemudian mengajak mereka untuk bergabung dengan asosiasi yang telah ada dan mengembangkannya menjadi asosiasi tingkat propinsi. Untuk mencegah terjadinya kelebihan persediaan benih kentang bersertifikat, perlu dilakukan upaya memprediksi kebutuhan benih kelas G4/Benih Sebar. Dengan diketahuinya jumlah kebutuhan benih tersebut, maka dapat dilakukan perencanaan jumlah produksi yang tepat untuk kelas-kelas benih di atasnya, yaitu kelas G3/Benih Pokok, G2/Benih Dasar, G1/Benih Dasar 1, dan G0/Benih Penjenis. Caranya adalah dengan mengumpulkan data para petani dan jumlah benih kentang yang dibeli dari para penangkar benih kentang seluruh Jawa Barat setiap musim tanam. Berdasarkan data-data dari para penangkar ini, dapat diketahui total jumlah benih kentang kelas G4/benih sebar yang dibutuhkan petani setiap musimnya.
URI: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/159867
Appears in Collections:MT - Business

Files in This Item:
File SizeFormat 
R3005SPTA.pdf
  Restricted Access
81.15 MBAdobe PDFView/Open


Items in DSpace are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.