Please use this identifier to cite or link to this item: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/159814
Full metadata record
DC FieldValueLanguage
dc.contributor.advisorSaptono, Imam Teguh
dc.contributor.advisorSiregar, Hermanto
dc.contributor.authorMustofa, Yanuar
dc.date.accessioned2024-12-05T06:41:27Z
dc.date.available2024-12-05T06:41:27Z
dc.date.issued2004
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/159814
dc.description.abstractKekuatan Tawar menawar Pembeli, nasabah Bank X ini sangat besar dengan jumlah rekening penabung 6.784.464 untuk sampai dengan akhir tahun 2003, serta memiliki distribution channel melalui Phone Banking, ATM dan mobile Banking. Kekuatan Tawar menawar Pemasok, dapat mempengaruhi industri dengan kemampuan untuk menaikkan suku bunga atau menurunkan kualitas barang atau jasa yang dibeli. Pemasok dalam industri perbankan adalah Teknologi Informasi dan jumlah nasabah baik giro, tabungan, deposito yang dimiliki Bank X. Ancaman Pendatang baru pada pertumbuhan industri perbankan relatif kecil mengingat banyak hambatan bagi pendatang baru untuk memasuki industri perbankan khususnya layanan Phone Banking. Pada industri perbankan hambatan utamanya adalah peraturan pemerintah, infrastruktur dalam mendirikan industri perbankan. Ancaman produk substitusi perbankan datang dari perusahaan multi finance seperti GE Finance dan MBF Finance, yang menawarkan produk dan jasa dengan berbagai kemudahan serta kemasan pemasaran yang begitu indah sehingga produk dan jasa menjadi daya tarik untuk menarik nasabah. Intensitas perseteruan di antara perusahaan bersaing cenderung meningkat kalau jumlah pesaing bertambah. Yang dimaksud dengan pesaing disini adalah semua perbankan baik Bank pemerintah maupun Bank swasta. Tidak banyak Bank yang mempunyai unit Phone Banking sehingga ancaman terhadap bisnis ini relatif kecil. Analisis Value Chain, dalam kegiatan pengelolaan dan pengembangan Phone Banking tersebut terbagi dalam dua kegiatan utama yaitu strategi dan pengembangan meliputi kegiatan Procurement, dan Product Development and Marketing, dan kegiatan pengelolaan meliputi Aplication Processing and Activation, Layanan Phone Banking, Accounting, Kliring dan RTGS. Evaluasi proses manajemen resiko operasional Bank X sudah cukup baik, namun saat ini manajemen resiko operasional Bank X belum sampai pada tahap penghitungan alokasi modal untuk menutupi resiko operasional. Bank X memiliki resiko operasional yang tinggi, sehingga manajemen perlu memberikan perhatian khusus pada resiko operasional, dengan melakukan Manajemen Resiko Operasional yang efektif, disamping sebagai salah satu syarat yang ditetapkan oleh Bank Indonesia yang mengharuskan setiap bank untuk menyusun pedoman manejemen resiko di banknya masing-masing. Pada tahap awal metodologi self assessment ini memang yang paling efektif, mengingat infrastruktur manajemen resiko operasional baru terbentuk.
dc.publisherIPB Universityid
dc.subject.ddcManajemen Strategiid
dc.titleAnalisa Kinerja Bank Bni Kcu Pasar Mayestik Pasca Penggabungan Jaringan Hub/Kiosk/Spokeid
dc.subject.keywordBank Bni Kcu Pasar Mayestikid
dc.subject.keywordBalanced Scorecardid
dc.subject.keywordRasio-Rasio Keuanganid
dc.subject.keywordRespondenid
dc.subject.keywordChi Squareid
dc.subject.keywordBank BNI KCU Pasar Mayestikid
dc.subject.keywordBalanced Scorecardid
dc.subject.keywordRasio-rasio Keuanganid
dc.subject.keywordRespondenid
dc.subject.keywordChi Square.id
Appears in Collections:MT - Business

Files in This Item:
File SizeFormat 
E13YMFA.pdf
  Restricted Access
4.35 MBAdobe PDFView/Open


Items in DSpace are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.