Please use this identifier to cite or link to this item:
http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/159800| Title: | Analisis Kepuasan Kerja Guru Relawan Terhadap Tempat Kegiatan Belajar Mandiri Yayasan Sekolah Rakyat |
| Authors: | Sumarwan, Ujang Suroso, Arief Imam Machmud, Yanuar Arif |
| Issue Date: | 2004 |
| Publisher: | IPB University |
| Abstract: | Di tengah keterpurukan masyarakat Indonesia dalam beberapa bidang, khususnya pendidikan, perlu ada pelopor yang mau menjalankan suatu peran sosial yang bertujuan untuk mengajak masyarakat untuk bahu membahu mengatasi permasalahan pendidikan yang tak dapat ditangani oleh pemerintah sendirian. Adanya lebih dari tiga 3 juta tamatan SD yang tidak tertampung di SMP setiap tahun (menurut data sensus Pendidikan 2002), harus mendapat perhatian serius dari berbagai pihak. Sampai saat penulisan tesis ini, SMP Terbuka belum mampu memperluas akses pendidikan untuk menjangkau semua masyarakat yang kurang beruntung dari segi ekonomi, sosial, tempat dan waktu, yang tersebar di berbagai pelosok tanah air. Namun demikian, jika sosialisasi kepada masyarakat dijalankan dengan baik, ada harapan bahwa upaya yang dilakukan oleh Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), dalam hal ini Yayasan Sekolah Rakyat, akan ditiru oleh masyarakat luas. Jika ini terjadi, maka akan lebih banyak anak-anak kurang beruntung yang dapat melanjutkan sekolah. Masalah utama yang ada saat ini adalah (1) tingginya tingkat putus sekolah dari SD ke SMP, (2) belum optimalnya SMP Terbuka dalam menjangkau anak- anak putus sekolah, (3) rendahnya kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan dan (4) rendahnya peran serta masyarakat dalam mendukung proses pendidikan. Setelah masalah diketahui, maka dapat dibuat rumusan masalah yang akan dijadikan sebagai acuan dalam penelitian. Adapun rumusan masalah tersebut adalah sebagai berikut: (1) bagaimana meningkatkan motivasi relawan LSM dalam mendukung pendidikan? (2) faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kepuasan kerja guru relawan? (3) bagaimana meningkatkan kepuasan guru relawan terhadap Yayasan Sekolah Rakyat. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk (1) menganalisis motivasi guru dalam pengelolaan Tempat Kegiatan Belajar Mandiri (TKBM) (2) menganalisis kepuasan kerja guru relawan terhadap pelayanan penyelenggaraan program TKBM (3) merekomendasikan alternatif strategi untuk meningkatkan kepuasan guru relawan. Metodologi penelitian yang digunakan adalah metode studi kasus dengan survey yaitu mengambil sampel dari suatu populasi dengan menggunakan kuesioner untuk mengumpulkan data. Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui hasil kuesioner dari 633 orang responden yang menjadi Koordinator Tempat Kegiatan Belajar Mandiri Yayasan Sekolah Rakyat. Data sekunder diperoleh dari Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas) dan literatur lain yang berkaitan dengan penelitian ini. Pengambilan contoh dilakukan dengan metode multi-stage purposive sampling. Alat analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah (1) Analisis Deskriptif; (2) Tabulasi Silang; (3) Uji Chi Square, (4) Analisis Regresi Logistik; (4) Analisis Cluster. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 75% responden adalah laki-laki dan 24% perempuan. Berdasarkan kelompok umur, tiga kelompok umur responden terbesar adalah yang berusia antara 26-30 tahun (29%), antara 31-35 tahun (23%), dan antara 21-25 tahun (20%), Berdasarkan tingkat pendidikan, 52% adalah Diploma-III, Sarjana dan Pasca Sarjana. Sedangkan latar belakang bidang pendidikannya 30% adalah agama, 29% sosial, 29% keguruan dan 8% teknik. Berdasarkan pekerjaan, mayoritas adalah guru (51%). Berdasarkan status perkawinan, 66% sudah menikah dan 28% belum menikah. Berdasarkan tingkat penghasilan, mayoritas kurang dari Rp. 500.000,- per bulan (60%). Berdasarkan status tempat tinggal, rumah sendiri (46%), rumah keluarga (40%) kontrakan (7%), dan rumah dinas (3%). Motivasi responden yang utama adalah karena agama (66%), dan tujuannya adalah untuk mendapatkan pahala (64%). Disamping itu ada juga yang bertujuan untuk mencari pengalaman (20%). Sumber informasi utama guru relawan adalah dari teman (92%), sedangkan sisanya dari majalalı (3%), surat kabar (2%), dan radio/tv (2%). TKBM sebagian besar memanfaatkan gedung sekolah/madrasah (53%), tempat ibadah (19%), rumah penduduk (13%) dan gedung lain milik masyarakat, desa atau pemerintah (11%). 50% responden menyatakan bahwa jumlah buku panduan yang diberikan oleh Departemen Pendidikan Nasional masih kurang, sedangkan 44% menyatakan cukup. Dari sisi efektivitas, 38% responden menyatakan sangat efektif, 29% menyatakan efektif, dan hanya 1% yang menyatakan tidak efektif. Dari TKBM yang ada, 47% terletak di tengah masyarakat miskin, 35% di tengah masyarakat sederhana. Namun ada juga 5% yang terletak di kawasan masyarakat yang relatif kaya dan 9% di kawasan masyarakat menengah. Pekerjaan utama dari orang tua murid adalah petani (53%) dan buruh miskin (37%). Sarana transportasi dari dan ke TKBM bervariasi, 45% menyatakan baik, 35% menyatakan kurang. dan 13% menyatakan buruk. Dari keadaan itu semua, kendala utama yang menghambat kegiatan belajar mengajar adalah keterbatasan sarana tempat belajar. (38,7%), buku pelajaran dan alat tulis (26,4%) dan dukungan Pemerintah Daerah (12,6%). Secara umum responden puas kepada Yayasan Sekolah Rakyat. Ini ditunjukkan dengan hasil penelitian, yaitu 16% menyatakan sangat puas, 75,5% menyatak puas, dan hanya 4,6% yang menyatakan kecewa. Hasil tabulasi silang menunjukkan bahwa kepuasan responden terhadap Depdiknas 76%, terhadap Pemerintah Daerah 44%, terhadap SMP Induk 69,1%, terhadap Yayasan Sekolah Rakyat 91,5%, terhadap Koordinator TKBM 91,9%, terhadap masyarakat 82.6%, terhadap orang tua murid 80,2%, terhadap kemajuan anak didik 84,5%, dan terhadap mutu buku panduan 77,2%. Hasil tabulasi silang juga menunjukkan bahwa walaupun tidak puas, umumnya responden akan terus mengajar. Dari 24% responden yang kecewa terhadap Depdiknas, hampir semuanya akan mengajar kembali (atau 23,3% responden). Demikian pula dari 52,3% yang kecewa terhadap Pemerintah Daerah, hampir semuanya akan mengajar kembali (atau 51,5% responden). Hal serupa juga terjadi untuk faktor kepuasan yang lain. Ini menunjukkan bahwa kepuasan tidak menjadi faktor dominan dalam pengambilan keputusan untuk mengajar kembali, karena ada faktor lain yang lebih kuat, yaitu motivasi karena agama. Hasil analisa regresi menunjukkan bahwa responden yang berpenghasilan kurang dari Rp.500.000,- cenderung akan terus mengajar, karena berharap mendapat penghargaan dalam bentuk lain. Sedangkan sedangkan responden yang pengeluarannya di atas Rp.500.000,- cenderung akan terus mengajar. Ini diduga, mereka sudah mendapatkan sumber penghasilan lain atau lebih mapan secara ekonomi, sehingga berkenan meluangkan waktunya untuk mengajar. Dengan analisa cluster, responden dapat dikelompokkan berdasarkan demografi, motivasi dan kepuasan. Berdasarkan demografi, kelompok responden dapat dibagi tiga dengan karakteristik yang berbeda-beda, yaitu (1) Responden dengan usia 30 tahun, status berkeluarga, pendidikan terakhir lebih dari SLTA/D1, latar belakang bidang studi adalah keguruan, pekerjaan adalah guru, dengan penghasilan kurang dari Rp. 500.000,-, pengeluaran > RP. 500.000 dan termpat tinggal pada rumah sendiri; (2) Responden dengan usia < 30 tahun, status tidak/belum berkeluarga, pendidikan terakhir kurang dari SLTA/DI, latar belakang bidang studi adalah umum sosial, pekerjaan adalah selain guru, dengan penghasilan kurang dari Rp. 500.000,-, pengeluaran < RP. 500.000 dan tempat tinggal pada rumah keluarga, dan (3) responden dengan usia 30 tahun, status berkeluarga, pendidikan terakhir lebih dari SLTA/DI, latar belakang bidang studi adalah lainnya, pekerjaan adalah selain guru, dengan penghasilan kurang dari Rp. 500.000,-, pengeluaran lebih dari Rp. 500.000 dan tempat tinggal pada rumah keluarga. Berdasarkan motivasi, kelompok responden dapat dibagi tiga dengan karakteristik yang berbeda-beda, yaitu (1) Responden dengan dorongan karena masyarakat dan karena faktor gaji; (2) Responden dengan dorongan karena agama dan untuk mendapatkan pahala; (3) Responden dengan dorongan karena organisasi dan untuk mencari pengalaman. Berdasarkan kepuasan, kelompok responden dapat dibagi tiga dengan karakteristik yang berbeda-beda, yaitu (1) Responden yang puas terhadap semua pihak yang terkait; (2) Responden yang tidak puas terhadap Pemerintah Daerah, SLTP Induk, Masyarakat sekitar TKB, Orang tua murid, dan Kemajuan anak didik; (3) Responden yang tidak puas terhadap Depdiknas Pusat, Pemerintah Daerah, SLTP Induk, dan Mutu buku panduan siswa. Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah bahwa agarna adalah faktor utama yang memotivasi responden, sehingga ketidakpuasan yang cukup tinggi, tidak membuat responden berhenti mengajar. Disamping itu, manajemen pengelolaan SMP Terbuka masih kurang baik, dan perlu dilakukan sosialisasi, penataran dan penyediaan sarana pendukung pendidikan yang..dst. |
| URI: | http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/159800 |
| Appears in Collections: | MT - Business |
Files in This Item:
| File | Size | Format | |
|---|---|---|---|
| E14YAMH.pdf Restricted Access | 3.48 MB | Adobe PDF | View/Open |
Items in DSpace are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.