Please use this identifier to cite or link to this item:
http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/159737Full metadata record
| DC Field | Value | Language |
|---|---|---|
| dc.contributor.advisor | Gumbira-Sa'Id, E. | - |
| dc.contributor.advisor | Harianto | - |
| dc.contributor.author | Fatriasari, Widya | - |
| dc.date.accessioned | 2024-12-05T06:29:03Z | - |
| dc.date.available | 2024-12-05T06:29:03Z | - |
| dc.date.issued | 2004 | - |
| dc.identifier.uri | http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/159737 | - |
| dc.description.abstract | Digulirkannya undang-undang No 22 tahun 1999 dan No 25 tahun 1999 tentang otonomi daerah dan perimbangan keuangan pusat dan daerah sejak 1 Januari 2001, memberikan peluang sekaligus tantangan bagi Pemerintah Daerah untuk mempermudah transformasi pertanian modern berwawasan agribisnis dalam praktek kerja yang nyata dan workable. Konsekuensi dari penerapan otonomi daerah adalah kejelian masing-masing daerah dalam menggali dan memanfaatkan semua potensi yang ada didaerah seoptimal mungkin demi kesejahteraan masyarakat setempat. Tingkat keterlibatan penduduk pada sektor pertanian/agribisnis yang relatif tinggi (48,06%) dan kontribusinya terhadap PDRB yang terbesar dari seluruh lapangan usaha di Kabupaten Trenggalek yaitu sebesar 39,02% atas dasar harga berlaku dan 34,93% atas dasar harga konstan menjadikan sektor pertanian sebagai bagian pembangunan daerah yang berfungsi sebagai sektor andalan. Oleh karena itu perlu pembangunan pertanian/agribisnis yang terencana, sistematis, dan komprehensif demi meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui pendekatan penentuan komoditas unggulan yang berorientasi pasar. Oleh karena itu perlu analisa yang mendalam tentang jenis- jenis komoditas unggulan agribisnis dan strategi pengembangannya di Kabupaten Trenggalek. Permasalahan pengembangan komoditas unggulan agribisnis di Kabupaten Trenggalek dapat dirumuskan sebagai berikut (1) subsektor agribisnis mana yang berpotensi untuk menghasilkan komoditas unggulan agribisnis (2) berdasarkan subsektor agribisnis tersebut, komoditas apa yang menjadi unggulan dan bagaimana alternatif pengembangannya berdasarkan prioritas sasaran (3) faktor-faktor lingkungan internal (kekuatan dan kelemahan) dan eksternal (peluang dan ancaman) apa yang perlu dipertimbangkan dalam perencanaan strategis pengembangan komoditas unggulan terpilih (4) formulasi strategi bagaimana untuk mengembangkan komoditas-komoditas unggulan agribisnis tersebut. Tujuan penelitian ini adalah: (1) mengidentifikasi komoditas-komoditas unggulan agribisnis di Kabupaten Trenggalek (2) menganalisa faktor-faktor strategis internal dan eksternal yang menentukan keberhasilan pengembangan komoditas unggulan agribisnis di Kabupaten Trenggalek (3) melakukan formulasi strategi pengembangan komoditas unggulan agribisnis sebagai implementasi visi dan misi Kabupaten Trenggalek untuk mencapai sasaran yang ditetapkan. Penelitian dilaksanakan di Kabupaten Trenggalek Propinsi Jawa Timur selama tiga bulan, yaitu dari bulan Januari sampai Maret 2004. Metode yang digunakan adalah deskriptif dengan pengambilan contoh dengan metode purposive sampling. Jenis data yang digunakan adalah data primer (observasi, kuesioner, dan wawancara) dan sekunder (studi pustaka dan mengumpulkan data dan informasi yang terkait). Metode pengolahan data meliputi Location Quetient (LQ), Metode Perbandingan Eksponensial (MPE), Intemal Factor Evaluation (IFE), Eksternal Factor Evaluation (EFE), Matrik SWOT, dan untuk mendapatkan rekomendasi strategi terbaik digunakan Analisis Hirarki Proses (AHP). Berdasarkan analisis LQ sektor pertanian termasuk dalam sektor basis. Artinya sektor pertanian mampu memenuhi kebutuhan dalam daerah dan sebagian dijual/diekspor ke luar daerah. Diantara lima subsektor dalam sektor pertanian yaitu tanaman pangan dan hortikultura, perikanan, kehutanan, peternakan, dan perkebunan, hanya subsektor perkebunan yang tidak termasuk dalam subsektor basis berdasarkan perhitungan LQ dengan indikator harga berlaku karena nilai LQ-nya 1, sedangkan untuk perhitungan LQ indikator PDRB harga konstan tahun 1993 semua subsektor termasuk basis. Berarti keempat subsektor tersebut layak diprioritaskan pengembangannya di Kabupaten Trenggalek. Metode perbandingan eksponensial (MPE) digunakan untuk menentukan komoditas unggulan masing-masing subsektor basis berdasarkan pada 12 kriteria. Komoditas unggulan pada subsektor tanaman pangan dan hortikultura, perikanan, kehutanan dan peternakan berturut-turut sebagai berikut: manggis, ikan layur, kayu jati dan ayam ras pedaging. Faktor strategis internal yang menjadi kekuatan dalam pengembangan manggis di Kabupaten Trenggalek adalah keberadaan sumber daya alam, keberadaan sumber daya manusia, kebijakan pemerintah, Litbang, pemanfaatan teknologi tepat guna, pelaksanaan pembinaan dan lembaga pembina. Sedangkan faktor strategis yang menjadi kelemahan dalam pengembangan manggis di Kabupaten Trenggalek adalah ketersediaan modal, koordinasi instansi terkait, manajemen usaha, kualitas produk, informasi pasar, dan sarana dan prasarana. Faktor strategis eksternal yang menjadi peluang dalam pengembangan manggis di Kabupaten Trenggalek adalah peluang ekspor/dijual di tempat lain, teknologi informasi, otonomi daerah, ketersediaan kredit, kesempatan bermitra, pertumbuhan ekonomi, sosial budaya masyarakat danı agroekosistem. Sedangkan faktor strategis eksternal yang menjadi ancaman dalam pengembangan manggis di Kabupaten Trenggalek adalah tingkat inflasi, produk sejenis dari daerah lain, keadaan politik dan keamanan, tingkat suku bunga, fluktuasi harga dan standarisasi produk/selera konsumen. Jumlah skor total matrik IFE 2.,83 dan EFE 2,543, keduanya diatas rata-rata (2,500) berarti pengembangan manggis layak dilaksanakan di Kabupaten Trenggalek. Matrik IFE dan EFE selanjutnya dianalisis dengan matrik SWOT yang menghasilkan enam alternatif strategi yaitu: (1) pengembangan sentra produksi, (2) kemitraan dengan pihak lain, (3) kerjasama dengan pihak lain, (4) pembinaan manajemen usaha, (5) mendirikan jaringan informasi agribisnis, (6) pengembangan dan pembinaan kelembagaan. Faktor strategis internal yang menjadi kekuatan dalam pengembangan ikan layur di Kabupaten Trenggalek adalah keberadaan sumber daya alam, keberadaan sumber daya manusia, kebijakan pemerintah, kualitas produk, informasi pasar, pemanfaatan teknologi tepat guna, sarana dan prasarana. Sedangkan faktor strategis yang menjadi kelemahan dalam pengembangan ikan layur di Kabupaten Trenggalek adalah ketersediaan modal, koordinasi instansi terkait, manajemen usaha, Litbang, lembaga pembina dan pelaksanaan pembinaan. Faktor strategis eksternal yang menjadi peluang dalam pengembangan ikan layur di Kabupaten Trenggalek adalah peluang ekspor/dijual di tempat lain, teknologi informasi, otonomi daerah, ketersediaan kredit, kesempatan bermitra, pertumbuhan ekonomi, standarisasi produk/selera konsumen. Sedangkan faktor strategis eksternal yang menjadi ancaman dalam pengembangan ikan layur di Kabupaten Trenggalek adalah tingkat inflasi, produk sejenis dari daerah lain, keadaan politik dan keamanan, tingkat suku bunga, fluktuasi harga, sosial budaya masyarakat dan agroekosistem. Jumlah skor total matrik IFE 3,102 dan EFE 2,861, keduanya diatas rata-rata (2,500) berarti pengembangan ikan layur layak dilaksanakan di Kabupaten Trenggalek. Matrik IFE dan EFE selanjutnya dianalisis dengan matrik SWOT yang menghasilkan tujuh alternatif strategi yaitu: (1) kemitraan dengan pihak lain, (2) mendirikan jaringan informasi agribisnis, (3) pengembangan sentra produksi, (4) kerjasama dengan pihak lain, (5) pembinaan manajemen usaha terpadu, (6) pengembangan /pembinaan kelembagaan, (7) kerjasama atau pendirian Litbang. Faktor strategis internal yang menjadi kekuatan dalam pengembangan kayu jati di Kabupaten Trenggalek adalah keberadaan sumber daya alam, keberadaan sumber daya manusia, kebijakan pemerintah, kualitas produk, informasi pasar, lembaga pembina, pelaksanaan pembinaan. Sedangkan faktor strategis yang menjadi kelemahan dalam pengembangan jati di Kabupaten Trenggalek adalah ketersediaan modal, koordinasi instansi terkait, manajemen usaha, Litbang, sarana dan prasarana, pemanfaatan teknologi tepat guna. Faktor strategis eksternal yang menjadi peluang dalam pengembangan jati di Kabupaten Trenggalek adalah peluang ekspor/dijual di tempat lain, teknologi informasi, otonomi daerah, ketersediaan kredit, kesempatan bermitra, pertumbuhan ekonomi, standarisasi produk/selera konsumen, sosial budaya masyarakat, agroekosistem. Sedangkan faktor strategis eksternal yang menjadi ancaman dalam pengembangan jati di Kabupaten Trenggalek adalah tingkat inflasi, produk sejenis dari daerah lain, keadaan politik dan keamanan, tingkat suku bunga, fluktuasi harga. Jumlah skor total matrik IFE 2,807 dan EFE 2,748, keduanya diatas rata-rata (2,500) berarti pengembangan kayu jati layak dilaksanakan di Kabupaten Trenggalek. Matrik IFE dan EFE selanjutnya dianalisis dengan matriks SWOT yang menghasilkan tujuh alternatif strategi yaitu : (1) pengembangan sentra produksi, (2) mendirikan jaringan informasi agribisnis, (3) kemitraan dengan pihak lain, (4) kerjasama dengan pihak lain, (5) pembinaan manajemen usaha terpadu, (6) kerjasama/pendirian Litbang, (7) pengembangan /pembinaan kelembagaan. informasi pasar, koordinasi instansi terkait, pemanfaatan teknologi tepat guna. Sedangkan faktor strategis yang menjadi kelemahan dalam pengembangan ayam ras pedaging di Kabupaten Trenggalek adalah ketersediaan modal, Faktor strategis internal yang menjadi kekuatan dalam pengembangan ayam ras pedaging di Kabupaten Trenggalek adalah keberadaan sumber daya alam, keberadaan sumber daya manusia, kebijakan pemenntain, kualitas produk, manajemen usaha, Litbang, sarana dan prasarana, pelaksanaan pembinaan, lembaga pembina. Faktor strategis ekstemal yang menjadi peluang dalam pengembangan ayam ras pedaging di Kabupaten Trenggalek adalah peluang ekspor/dijual di tempat lain, teknologi informasi, otonomi daerah, keadaan politik...dst. | |
| dc.publisher | IPB University | id |
| dc.subject.ddc | Manajemen Strategi | id |
| dc.title | Formulasi Strategi Pengembangan Komoditas Unggulan Agribisnis Di Kabupaten Trenggalek, Propinsi Jawa Timur | id |
| dc.subject.keyword | Komoditas-Komoditas Unggulan | id |
| dc.subject.keyword | Kabupaten Trenggalek | id |
| dc.subject.keyword | Analisis Lq | id |
| dc.subject.keyword | Pertanian | id |
| dc.subject.keyword | Tanaman Pangan Dan Hortikultura | id |
| dc.subject.keyword | Perikanan | id |
| dc.subject.keyword | Kehutanan | id |
| dc.subject.keyword | Peternakan | id |
| dc.subject.keyword | Mpe | id |
| dc.subject.keyword | Manggis | id |
| dc.subject.keyword | Ikan Layur | id |
| dc.subject.keyword | Kayu Jati | id |
| dc.subject.keyword | Ayam Ras Pedaging | id |
| dc.subject.keyword | Ife | id |
| dc.subject.keyword | Efe | id |
| dc.subject.keyword | Swot | id |
| dc.subject.keyword | Ahp | id |
| dc.subject.keyword | |Kemitraan | id |
| dc.subject.keyword | Komoditas-komoditas unggulan | id |
| dc.subject.keyword | Kabupaten Trenggalek | id |
| dc.subject.keyword | Analisis LQ | id |
| dc.subject.keyword | Pertanian | id |
| dc.subject.keyword | Tanaman Pangan dan Hortikultura | id |
| dc.subject.keyword | Perikanan | id |
| dc.subject.keyword | Kehutanan | id |
| dc.subject.keyword | Peternakan | id |
| dc.subject.keyword | MPE | id |
| dc.subject.keyword | Manggis | id |
| dc.subject.keyword | Ikan Layur | id |
| dc.subject.keyword | Kayu Jati | id |
| dc.subject.keyword | Ayam Ras Pedaging | id |
| dc.subject.keyword | IFE | id |
| dc.subject.keyword | EFE | id |
| dc.subject.keyword | SWOT | id |
| dc.subject.keyword | AHP | id |
| dc.subject.keyword | Kemitraan | id |
| dc.subject.keyword | Jaringan Informasi Agribisnis | id |
| dc.subject.keyword | Sentra Produksi | id |
| Appears in Collections: | MT - Business | |
Files in This Item:
| File | Size | Format | |
|---|---|---|---|
| R2504WFI.pdf Restricted Access | 111.37 MB | Adobe PDF | View/Open |
Items in DSpace are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.