Please use this identifier to cite or link to this item: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/159651
Full metadata record
DC FieldValueLanguage
dc.contributor.advisorSanim, Bunasor
dc.contributor.advisorFahmi, Idqan
dc.contributor.authorArifin, Zainal
dc.date.accessioned2024-12-05T06:08:12Z
dc.date.available2024-12-05T06:08:12Z
dc.date.issued2003
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/159651
dc.description.abstractPeranan sektor agribisnis dalam perekonomian Indonesia sangat besar. Hal ini mempunyai implikasi penting dalam pembangunan ekonomi Indonesia, yaitu bahwa pembangunan sektor agribisnis merupakan penentu bagi kemajuan perekonomian Indonesia. Untuk mewujudkan pengembangan sektor agribisnis dituntut adanya sejumlah langkah-langkah strategis terutama bagi daerah Kabupaten Maluku Tenggara yang merupakan daerah kepulauan dengan luas wilayah 10.374 km2 (10,03%) berupa daratan dan 93.100 km2 (89,97%) berupa lautan dimana kebutuhan pangan masyarakat masih sangat bergantung dari pasokan luar daerah dan luar negeri. Kebutuhan bahan pangan di Kabupaten Maluku Tenggara diproyeksikan akan terus meningkat sebagai akibat dari bertambahnya jumlah penduduk dan konsumsi per kapita, serta meningkatnya jumlah pendatang baik domestik maupun luar negeri. Di sisi lain ketersediaan bahan pangan mempunyai pengaruh yang kuat terhadap kondisi sosial budaya, politik, ekonomi, pertahanan dan keamanan masyarakat Maluku Tenggara. Dalam rangka pengembangan agribisnis tanaman pangan, Kabupaten Maluku Tenggara mempunyai potensi lahan seluas 32.951,5 ha, sementara lahan yang baru dimanfaatkan sebesar 1.698 ha. Artinya potensi lahan pertanian yang belum digarap seluas 31.253,5 ha. Dari segi produksi, hasil komoditi pertanian tanaman pangan masih belum mampu memenuhi jumlah kebutuhan konsumsi bahan pangan masyarakat Maluku Tenggara. Hal ini adalah merupakan sesuatu yang harus menjadi perhatian bagi Pemerintah Daerah/Dinas Pertanian, mengingat pada saat-saat tertentu (hari-hari besar) komoditi pertanian menjadi barang yang langka dan harga menjadi sangat mahal. Strategi pengembangan agribisnis tanaman pangan yang dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah/Dinas pertanian sekarang ini masih belum mampu menghasilkan produksi tanaman pangan secara optimal dan meningkatkan pendapatan petani atau pelaku agribisnis. Hal ini disebabkan perencanaan strategis yang ada masih berorientasi pada pengelolaan pertanian dalam arti sempit dan belum menerapkan sistem agribisnis secara menyeluruh/integral mulai dari tingkat hulu, on farm, tingkat hilir, pemasaran dan faktor pendukung lainnya. Penelitian ini mempunyai tujuan untuk merumuskan pilihan strategi dan prioritasnya dengan menganalisis faktor-faktor eksternal dan internal yang berpengaruh terhadap pengembangan agribisnis tanaman pangan. Diharapkan dari hasil penelitian ini dapat memberi masukan kepada Pemerintah Daerah/Dinas Pertanian dalam proses perumusan strategi pengembangan agribisnis tanaman pangan di Kabupaten Maluku Tenggara.Ruang lingkup dari penelitian ini adalah tentang kajian perumusan formulasi strategi pengembangan agribisnis tanaman pangan di Kabupaten Maluku Tenggara. Adapun lingkup tanaman pangan itu sendiri meliputi komoditi ubikayu, ubi jalar, jagung, kacang tanah dan sayur-sayuran. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif melalui pendekatan studi kasus pada sejumlah pihak yang terkait dalam perumusan strategi dan kebijakan pengembangan agribisnis tanaman pangan di Kabupaten Maluku Tenggara. Adapun alat analisis yang digunakan adalah analisis SWOT untuk mendapatkan rumusan pilihan strategi dan gambaran respon pengembangan agribisnis tanaman pangan di Kabupaten Maluku Tenggara terhadap faktor lingkungan (eksternal dan internal). Selain itu menggunakan metode analisis AHP untuk memperoleh prioritas strategi. Hasil analisis faktor eksternal berupa Peluang dengan nilai terbobotnya yang mempengaruhi pengembangan agribisnis tanaman pangan di Kabupaten Maluku Tenggara adalah Otonomi daerah/ Desentralisasi (0.100), Permintaan pasar yang tinggi (0.525), Agroindustri yang berkembang (0.375), Posisi komoditi yang strategis (0.225), Pertumbuhan penduduk (0.100). Sedangkan faktor eksternal yang dianggap sebagai Ancaman adalah Diberlakukannya AFTA dan APEC (0.100), Fluktuasi harga (0.150), Iklim yang sulit diduga (0.300), Hama dan penyakit (0.150), Terdapatnya produk substitusi (0.150). Adapun hasil analisis faktor internal berupa Kekuatan dengan nilai terbobotnya yang mempengaruhi pengembangan agribisnis tanaman pangan di Kabupaten Maluku Tenggara adalah Kesadaran sumberdaya manusia/petani dalam berusahatani (0.500), Masih luasnya potensi sumberdaya lahan (0.300), Realisasi program kerja (0.300), Tersedianya paket terapan teknologi tepat guna (0.225), Kuantitas dan kualitas sumberdaya aparatur Pemerintah Daerah (0.300). Sedangkan faktor internal yang menjadi kelemahan adalah Rendahnya produktivitas lahan (0.150), Kurangnya akses permodalan (0.300), Kurangnya infrastruktur (0.150), Subsidi sarana produksi (0.250), Tersendatnya program transmigrasi (0.150). Total nilai terbobot masing-masing hasil analisis matriks EFE dan IFE adalah 2,375 dan 2,625. Artinya strategi yang sedang dijalankan oleh Pemerintah Daerah/Dinas Pertanian masih belum efektif memanfaatkan peluang dan mengendalikan ancaman untuk mengembangkan agribisnis tanaman pangan di Kabupaten Maluku Tenggara, akan tetapi kondisi Pemerintah Daerah/Dinas Pertanian secara internal (kekuatan dan kelemahan) sudah baik (kuat). Berdasarkan hasil analisis SWOT diperoleh tujuh pilihan strategi yang dapat direkomendasikan kepada Pemerintah Daerah/Dinas Pertanian untuk menjadi strategi pengembangan agribisnis tanaman pangan di Kabupaten Maluku Tenggara, yaitu strategi pengembangan dan pemanfaatan lahan potensial, strategi pengembangan pengolahan hasil pertanian, strategi pengembangan pemasaran hasil pertanian, strategi pengembangan kualitas produk yang berwawasan lingkungan, strategi menumbuhkan pola kemitraan dengan sektor swasta, strategi pembangunan aspek sarana pertanian (sarana usaha, air, benih, pupuk dan pestisida, alsintan dan pembiayaan), strategi pengembangan kelembagaan dan kewirausahaan. Dengan menggunakan analisis AHP, dihasilkan prioritas strategi pengembangan agribisnis tanamana pangan yang didasarkan pada jumlah bobot yang dimiliki oleh masing-masing elemen faktor stategis yaitu Strategi pembangunan aspek sarana pertanian (sarana usaha, air, benih, pupuk dan pestisida, alsintan dan pembiayaan) (bobot = 0.201). Dalam menerapkan formulasi strategi yang telah ditetapkan diharapkan Pemerintah Daerah/Dinas Pertanian mampu menyamakan persepsi dengan lembaga terkait lainnya baik lembaga pemerintah maupun non pemerintah dengan menciptakan koordinasi, integrasi, sinkronisasi, monitoring dan evaluasi (kiss-me) dan menghilangkan sikap ego sektoral antar instansi atau lembaga. Disamping itu alokasi sumberdaya dengan meningkatkan kualitas sumberdaya manusia dan sarana pertanian lebih ditingkatkan dalam kerangka pengembangan agribisnis tanaman pangan.
dc.publisherIPB Universityid
dc.subject.ddcManajemen Strategiid
dc.titleFormulasi Strategi Pengembangan Agribisnis Tanaman Pangan Di Kabupaten Maluku Tenggaraid
dc.subject.keywordUsahataniid
dc.subject.keywordStudi Kasusid
dc.subject.keywordSwotid
dc.subject.keywordEfeid
dc.subject.keywordIfeid
dc.subject.keywordAhpid
dc.subject.keywordAgribisnis Tanaman panganid
dc.subject.keywordMaluku Tenggaraid
dc.subject.keywordTualid
dc.subject.keywordManajemen Strategiid
dc.subject.keywordUsahataniid
dc.subject.keywordStudi kasusid
dc.subject.keywordSWOTid
dc.subject.keywordEFEid
dc.subject.keywordIFEid
dc.subject.keywordAHP.id
Appears in Collections:MT - Business

Files in This Item:
File SizeFormat 
R242003ZAN.pdf
  Restricted Access
71.78 MBAdobe PDFView/Open


Items in DSpace are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.