Please use this identifier to cite or link to this item:
http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/159587
Title: | Potensi Inflamasi Diet, Status Gizi dan Derajat Keparahan Penyakit pada Pasien Penyakit Ginjal Kronik di RSUD Kota Bogor |
Other Titles: | The Inflammatory Potential of Diet, Nutritional Status and Disease Severity in Chronic Kidney Disease Patients at Bogor City Hospital. |
Authors: | Dewi, Mira Dwiriani, Cesilia Meti Hikmah, Ade |
Issue Date: | 2024 |
Publisher: | IPB University |
Abstract: | Penyakit ginjal kronik (PGK) merupakan salah satu masalah kesehatan dunia saat ini. Prevalensi PGK di Indonesia pada tahun 2018 sebesar 0,38%, sedangkan prevalensi PGK di Jawa barat sebesar 0,48%. Pada tahun 2040 PGK diperkirakan menjadi penyebab kematian no 5 di dunia. Diet memegang peran dalam pengaturan inflamasi kronik pada ginjal. Zat gizi yang bersifat anti-inflamasi seperti asam lemak omega-3, serat dan berbagai vitamin terbukti berhubungan dengan fungsi ginjal yang lebih baik, menurunkan risiko albuminuria dan memperlambat penurunan fungsi ginjal. Sebaliknya zat gizi yang diperkirakan bersifat pro inflamasi seperi lemak jenuh dan gula dihubungkan dengan semakin memburuknya fungsi ginjal. Ditemukan sebuah metode untuk menilai tingkat inflamasi yang disebabkan oleh diet yaitu Dietary Inflammatory Index (DII). DII skor dikembangkan dari studi literatur dengan menganalisis 1943 artikel ilmiah yang meneliti hubungan antara 45 parameter zat gizi dan makanan dengan 6 penanda inflamasi. Di Indonesia belum ada penelitian yang mengkaji DII skor pada pasien PGK, sehingga penelitian ini bertujuan menganalisis hubungan antara skor DII, status gizi dan derajat keparahan penyakit pada pasien PGK. Penelitian ini merupakan studi potong lintang yang melibatkan pasien PGK berusia = 18 tahun yang melakukan kunjungan ke RSUD Kota Bogor pada periode April – Mei 2023. Penelitian telah mendapat persetujuan etik dari Komite Etik Penelitian Kesehatan RSUD Kota Bogor. Data konsumsi pangan didapat melalui metode Semi- Quantitative Food Frequency Questionaire (SQ-FFQ). Skor DII dihitung berdasarkan 40 parameter gizi. Individu yang mengkonsumsi lebih banyak parameter makanan yang tinggi komponen pro-inflamasi akan memiliki skor DII positif ( lebih dari 0), sedangkan yang mengkonsumsi lebih banyak komponen anti inflamasi akan memiliki skor DII negatif (kurang dari 0). Derajat keparahan penyakit dinilai dari nilai serum kreatinin dan nilai eGFR yang didapat dari persamaan CKD-EPI. Data yang digunakan dalam perhitungan eGFR diperoleh dari rekam medis. Subjek penelitian ini berusia 25 – 72 tahun, sebagian besar berjenis kelamin perempuan (67,5%). Sebanyak 67,2% subjek memiliki riwayat penyakit hipertensi dan 28,1% menderita DM. Sebagian besar subjek tidak merokok (62,5%) dan hampir semua subjek merupakan pasien PGK stage 5 (95,3%). Sebagian besar subjek memiliki asupan rata-rata zat gizi dan makanan ( yang terdapat dalam komponen skor DII) berada di bawah asupan rata-rata harian global, kecuali kunyit, vitamin A dan isoflavon. Status gizi subjek sebagian besar (59,4%) kategori normal, sementara 18,7% mengalami obesitas, 14,1% memiliki BB kurus dan 7,8% mengalami BB lebih. Tidak terdapat hubungan bermakna antara status gizi dan derajat keparahan PGK (kreatinin dan eGFR). Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan nilai rata-rata kreatinin subjek 8,89 ± 3,78 mg/dl dan rata-rata eGFR subjek 7,29 ± 4,86 ml/min/1,73 m2 . Terdapat hubungan signifikan antara usia dan kreatinin (p=0,006; r=-0,340). Ditemukan perbedaan bermakna nilai kreatinin pada kategori jenis kelamin (p = 0,045), dimana nilai kreatinin laki- laki lebih tinggi dari perempuan. Ditemukan perbedaan bermakna nilai kreatinin pada kebiasaan merokok (p = 0,006), subjek yang merokok memiliki nilai kreatinin lebih tinggi dari subjek yang pernah merokok, dan subjek yang pernah merokok memiliki nilai kreatini lebih tinggi dari subjek yang tidak merokok. Ditemukan perbedaan nilai kreatinin pada kategori kelompok riwayat DM ( p =0,028), subjek yang tidak memiliki riwayat DM memiliki nilai kreatinin yang lebih tinggi. Terdapat perbedaan bermakna nilai eGFR pada kategori riwayat DM, subjek yang memiliki riwayat DM, memiliki nilai eGFR yang lebih tinggi dari subjek tanpa riwayat DM. Skor DII subjek berada pada rentang 0,79 sampai 7,90 dengan nilai rata-rata 4,79 ± 1,5. Skor DII semua subjek lebih dari 0 (positif) menunjukkan bahwa seluruh subjek pada penelitian ini lebih banyak mengkonsumsi makanan yang bersifat pro inflamasi yang dapat memperberat inflamasi dan perburukan penyakit. Subjek penelitian dan pasien-pasien PGK lainnya perlu diberikan edukasi mengenai pentingnya mengonsumsi makanan yang bersifat anti-inflamasi. Perlu dikembangkan rekomendasi makanan anti-inflamasi yang sesuai untuk pasien PGK. |
URI: | http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/159587 |
Appears in Collections: | MT - Human Ecology |
Files in This Item:
File | Description | Size | Format | |
---|---|---|---|---|
cover_I1504211013_5a09ffe6a7bd4c0cb22216ec84841c12.pdf | Cover | 457.66 kB | Adobe PDF | View/Open |
fulltext_I1504211013_a7a4434dbfe5414b8ccb1fc92741a2ff.pdf Restricted Access | Fulltext | 1.01 MB | Adobe PDF | View/Open |
lampiran_I1504211013_f7d0b8f267da45789533647482a30c50.pdf Restricted Access | Lampiran | 478.68 kB | Adobe PDF | View/Open |
Items in DSpace are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.