Please use this identifier to cite or link to this item:
http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/159382| Title: | Model Keberdayaan Pasien Studi Kasus Pasien Diabetes Melitus |
| Authors: | Sumarwan, Ujang Yuliati, Lilik Noor Wijayanto, Hari Darjono, Agus Heru |
| Issue Date: | 2019 |
| Publisher: | IPB University |
| Abstract: | Salah satu upaya pemerintah Indonesia dalam pembangunan kesebatan pada periode 2015-2019 adalah Program Indonesia Sehat. Sasaran program meningkatkan derajat kesehatan dan status gizi masyarakat melalui upaya kesehatan dan keberdayaan masyarakat yang didukung dengan perlindungan finansial dan pemeratan pelayanan kesehatan. Terdapat beberapa bukti terbatas bahwa keberdayaan pasien dapat meningkatkan efektivitas penggunaan biaya layanan kesehatan. Penerapan keberdayaan pasien menjadi penting dalam perawatan kesebatan penyakit kronis terutama diabetes melitus. Penyakit kronis seperti diabetes melitus memerlukan manajemen diri yang tinggi dan dibutuhkan kolaborasi hubungan antara pasien dan dokter yang intensif. Keberdayaan pasien dalam perawatan pasien sendiri akan meningkatkan kualitas kesehatan dan penting untuk keberlanjutan sistem kesehatan yang ada. Saat ini di Indonesia belum ditemukan penelitian terhadap keberdayaan pasien. Berdasarkan hal tersebut maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut (i) merancang indeks keberdayaan dan analisis dimensinya (patient knowledge, patient control dan patient participation) pada pasien diabetes melitus; (ii) menganalisis hubungan karakteristik individu dengan tingkat keberdayaan pasien diabetes melitus (iii) menganalisis pengaruh faktor penyedia layanan kesehatan dan dukungan terhadap keberdayaan pada pasien diabetes melitus dan (iv) membuat model keberdayaan pada pasien diabetes melitus . Pada penelitian ini metode analisis yang digunakan meliputi analisis deskriptif, analisis faktor, uji hubungan berupa asosiasi (chi-square) atau korelasi, analisis Structural Equation Model (SEM) dan interview pakar untuk verifikasi, konfirmasi dan pembentukan model keberdayaan pasien. Hasil penelitian model keberdayaan pasien pada studi kasus penyakit kronis menghasilkan i) kajian indeks keberdayaan pasien diperoleh nilai skor rata-rata 68.84 pada kategori kritis. lndeks keberdayaan terdiri dari tiga dimensi yaiu dimensi pengetahuan dengan bobot 25.84%, dimensi kontrol dengan bobot 33.44% dan dimensi partisipasi dengan bobot 40.76%; ii) ditemukan adanya hubungan antara karakteristik individu dengan tingkat keberdayaan pasien, yaitu ada hubungan signifikan antara tingkat pendidikan pasien, etnis pasien, kebiasan merokok, jenis olahraga, dan intensitas konsurnsi makanan/minuman manis dengan keberdayaan pasien; iii) faktor penyedia layanan kesehatan tidak berpengaruh nyata terhadap keberdayaan; iv) faktor dukungan yang terdiri dari dukungan keluarga, dukungan komunitas dan dukungan teknologi informasi berpengaruh nyata terhadap keberdayaan dan v) rancangan model segitiga keberdayaan pasien (patient empowerment triangle) dengan 3 tingkatan yaitu micro level, meso level dan macro level. Micro level terdiri dari partispasi pasien, pengetahuan dan kontrol pasien; meso level terdiri dari dukungan keluarga, dukungan komunitas, dukungan penyedia layanan kesehatan dan macro level terdiri dari kebijakan pemerintah, gaya hidup dan teknologi informasi. Implikasi manajerial bagi pemerintah untuk i) merancang indeks keberdayaan untuk setiap provinsi di Indonesia yang digunakan untuk benchmark keberdayaan sehingga biaya BPJS Kesehatan menurun (prenventif); ii) indeks keberdayaan juga digunakan untuk meningkatkan kepatuhan pasien dengan premi BP JS; iii) indeks keberdayaan pasien dapat dijadikan Key Performance Indicator (KPI) untuk Direktorat Penyakit Tidak Menular Kementerian Kesehatan; iv) pemerintah perlu meningkatkan pengetahuan dan partisipasi pasien dengan melakukan program edukasi di rumah sakit yang memiliki klaim besar BPJS Kesehatan; v) melakukan kampanye nasional dengan program kesadaran penyakit kronis; vi) pemerintah untuk meningkatkan riset-riset mengenai preventifterapi penyakit-penyakit kronis; dan vii) pemerintah dapat membuka program konsultasi online 24 jam untuk keberdayaan pasien. Implikasi bagi pasien i) berperan aktif pad a setiap pertemuan konsultasi dengan tenaga kesehatan/medis dengan cara aktif bertanya mengenai tujuan dan manfaat pengobatan yang diberikan; ii) pasien maupun keluarga penderita untuk aktif mencari informasi meningkatkan litertasi kesehatan; iii) pasien ataupun anggota keluarga untuk menjadi anggota komunitas sebagai sharing community; dan iv) untuk mempei:kuat hubungan relasional dengan keluarga, komunitas dalam meningkatkan keberdayaan pasien. Implikasi bagi penyedian layanan kesehatan i) menciptakan lingk:ungan yang medukung partisipasi, lebih komunikatif: training-training meningkatkan ketrampilan komunikasi penyedia layanan kesehatan sehingga meningkatkan partisipasi pasien; ii) menciptakan remote monitoring online, konsultasi on-line dan platform informasi (e-health) yang dapat diakses dengan mudah dan terjangkau bagi semua orang. Saran penelitian model keberdayaan pasien i) perlu mengkaji pada wilayah lain di Indonesia supaya lebih beragam respondennya seperti wilayah tengah dan wilayah tirnur Indonesia ii) perlu mengkaji untuk studi kasus penyakit kronis lainnya seperti penyakit jantung dan hipertensi iii) perlu kajian mendalam mengenai kebijakan pemerintah yang mendukung keberdayaan pasien iv) perlu kajian mendalam mengenai penyedia layanan kesehatan berdasarkan klasifikasi rumah sakit maupun klinik. |
| URI: | http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/159382 |
| Appears in Collections: | DT - Business |
Files in This Item:
| File | Size | Format | |
|---|---|---|---|
| DMB919AHD.pdf Restricted Access | 51.23 MB | Adobe PDF | View/Open |
Items in DSpace are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.