Please use this identifier to cite or link to this item: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/159381
Title: Strategi Peningkatan Keunggulan Daya Saing Industri Pelayaran Peti Kemas Yang Beroperasi Di Indonesia
Authors: Daryanto, Arief
Kusumastanto, Tridoyo
Zulbainarni, Nimmi
Bijaksana, Gena
Issue Date: 2019
Publisher: IPB University
Abstract: Indonesia merupakan negara kepulauan yang mengandalkan laut sebagai transportasi perdagangan barang dan aktivitas ekonomi. Industri pelayaran peti kemas yang beroperasi di Indonesia memiliki peran strategis pada konteks tersebut dalam rangka pertumbuhan dan pemerataan ekonomi. Keunggulan komparatif industri pelayaran peti kemas yang beroperasi di Indonesia adalah letak geografis yang strategis dan momentum perdagangan global yang mulai bergeser ke Asia. Meski memiliki keunggulan kompetitif, industri pelayaran peti kemas yang beroperasi di Indonesia belum memiliki keunggulan daya saing. Biaya angkut yang tidak efisien serta peringkat kinerja logistik yang rendah adalah dua indikator yang menunjukan bahwa industri pelayaran peti kemas yang beroperasi di Indonesia masih belum berdaya saing. Penelitian ini memiliki kebaruan kajian yang spesifik dan mendalam tentang strategi peningkatan keunggulan daya saing industri pelayaran peti kemas. Paradigma strategi yang digunakan dalam penelitian ini adalah strategi berbasis pasar (MBV). Fokus penelitian ini adalah penyusunan strategi peningkatan keunggulan daya saing industri pelayaran peti kemas dengan menggunakan paradigma MBV. Sedangkan lokus penelitian spesifik pada industri pelayaran peti kemas yang beroperasi di Indonesia. Termasuk di dalamnya adalah industri pelayaran peti kemas antar negara maupun industri pelayaran peti kemas domestik yang beroperasi di Indonesia. Penelitian ini menggunakan paradigma MBV dan mendorong penerapan strategi pada tingkatan negara, industri hingga perusahaan, dengan menjadikan SSCM sebagai faktor mediatif dan kapabilitas jasa sebagai peningkat keunggulan daya saing industri. Paradigma MBV cenderung lebih komprehensif dalam memandang manajemen strategi, karena melibatkan aspek-aspek lingkungan dan pasar. Penelitian terdahulu yang dilakukan Yang & Lirn (2017), Kuo et al. (2017), Panayides dan Cullinane (2017), dan Greeve (2009) cenderung pada paradigma RBV dan memilih pendekatan strategi yang fragmentatif. Adapun, Lee et al. (2014) menggunakan paradigma MBV untuk memetakan daya saing di tingkatan negara namun untuk industri pelayaran secara umum, tidak spesifik pada industri pelayaran peti kemas dan hanya bertujuan untuk membandingkan satu negara dengan negara lainnya. Penelitian ini mengambil fokus kajian mengenai strategi peningkatan keunggulan daya saing industri. Sedangkan lokus penelitian ini adalah industri pelayaran peti kemas di Indonesia, termasuk di dalamnya adalah industri pelayaran peti kemas antar negara maupun domestik. Penelitian-penelitian tentang industri pelayaran peti kemas sebelumnya seperti Kuo et al. (2017). Yang dan Wong (2016) Magni (2014), Lirn et al. (2013), Yang et al. (2009) masih terfokus pada strategi di tingkatan perusahaan dan orientasinya bukanlah pada keunggulan daya saing. Sementara itu, Lee et al. (2014) dalam penelitiannya sudah berfokus pada strategi peningkatan keunggulan daya saing di tingkatan industri negara untuk industri pelayaran secara umum, namun tidak spesifik pada industri pelayaran peti kemas. Penelitian ini mengkombinasikan pendekatan dan metodologi gabungan yaitu kuantitatif (Statistik deskriptif untuk model persepsi dan SEM-PLS) dan kualitatif (wawancara mendalam dengan pakar). Penelitian ini melibatkan respon dari 103 responden dan 5 orang pakar yang merupakan pelaku dan pengguna jasa terlibat dalam penelitian yang berlokasi di Indonesia. Penelitian ini menyusun model persepsi berdasarkan indikator yang khas untuk mengukur keunggulan daya saing industri pelayaran peti kemas yang beroperasi di Indonesia. Penelitian ini juga menyempurnakan Model Berlian dengan memasukkan peubah laten pada tingkat industri yakni SSCM dan pada tingkat perusahaan yakni Kapabilitas Jasa. Hasilnya adalah Model Berlian + SSCM dan Model Berlian + Kapabilitas Jasa. Penelitian sebelumnya cenderung membatasi dalam satu metodologi. Selain itu penelitian ini juga melibatkan para pakar dalam wawancara mendalam dan diskusi kelompok terfokus untuk menelaah setiap regulasi yang dimiliki Indonesia saat ini yang terkait langsung maupun tidak langsung pada daya saing industri pelayaran peti kemas nasional. Temuan dari penelitian ini mengkonfirmasi bahwa saat ini industri pelayaran peti kemas yang beroperasi di Indonesia masih belum cukup berdaya saing. Dari enam parameter keunggulan daya saing yang disusun dalam penelitian ini, Efisiensi biaya, reputasi industri, dan jumlah kapal berbendera nasional adalah tiga indikator dengan nilai persepsi keunggulan daya saing terendah. Penelitian ini juga membuktikan bahwa peran SSCM dan Kapabilitas Jasa sebagai peubah laten mediatif terkonfirmasi berpengaruh signifikan dan positif terhadap keunggulan daya saing industri pelayaran peti kemas. Penelitian ini juga mengkonstruksi teori baru mengenai optimalisasi kinerja manajemen rantai pasok berkelanjutan. Teori ini menjelaskan signifikansi pengaruh empat peubah laten yakni teknologi, orientasi pasar berkelanjutan dan sistem perdagangan berkeadilan terhadap terwujudnya kinerja manajemen rantai pasok yang berkelanjutan. Teknologi terkonfirmasi berperan sebagai faktor pengungkit kinerja SSCM sehingga dapat membangkitkan keunggulan daya saing industri. Selain itu penelitian ini juga masuk lebih dalam pada tingkatan mikro di perusahaan pelayaran peti kemas. Hasil dari penelitian ini mengkonfirmasi peran kapabilitas operasional yang lebih dominan daripada kapabilitas marketing untuk meningkatkan keunggulan daya saing perusahaan pelayaran peti kemas.
URI: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/159381
Appears in Collections:DT - Business

Files in This Item:
File SizeFormat 
DMB1019GBA.pdf
  Restricted Access
9.39 MBAdobe PDFView/Open


Items in DSpace are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.