Please use this identifier to cite or link to this item:
http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/159295| Title: | Business Development Model Of Integrated Agribusiness In Dryland Areas Of Yogyakarta |
| Authors: | Gumbira-Sa'Id, Endang Daryanto, Heny K. Suroso, Arif Imam Sugiharto |
| Issue Date: | 2013 |
| Publisher: | IPB University |
| Abstract: | Peningkatan kebutuhan pangan akibat pertambahan penduduk telah mendasari dua pemikiran utama berkaitan dengan pertanian, yaitu pembukaan lahan pertanian baru dan intensifikasi pertanian. Pembukaan lahan baru seringkali dikaitkan dengan kerusakan hutan dan degradasi lingkungan sedangkan intensifikasi pertanian seringkali berkaitan dengan pengembangan teknologi. Pemikiran utama tersebut berkembang menjadi teori pembangunan pertanian yang meliputi pengembangan lahan pertanian, konservasi sumberdaya, alih pengetahuan dan teknologi, pengembangan masukan (input) berdaya hasil tinggi, dan inovasi bidang pertanian. Disamping kebutuhan akan lahan subur, terdapat lahan-lahan kering marginal yang tidak menarik investor termasuk lahan-lahan kering yang terdapat di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dimana 53% dari luas lahannya berupa lahan kering. Sektor pertanian memberikan kontribusi terbesar kedua terhadap produk domestik bruto regional (PDBR) di DIY dan merupakan satusatunya sektor yang mengalami pertumbuhan negatif (sebesar -0.27%) di tahun 2010. Dari lima kabupaten-kota di DIY, pertanian memberikan kontribusi terbesar terhadap PDBR di Kabupaten Gunung Kidul, Kulon Progo, dan Bantul. Jika pertumbuhan PDBR yang berasal dari pertanian di Kabupaten Bantul mengalami kenaikan, pertumbuhan negatif PDBR yang berasal dari pertanian terjadi di Kabupaten Kulon Progo dan Gunung Kidul (BAPPEDA DIY 2012a). Berdasarkan data statistik tersebut, suatu percobaan pilot dilakukan di suatu daerah seluas lima hektar di lahan kering Kabupaten Gunung Kidul. Percobaan tersebut terdiri dari tanaman keras khususnya kayu jati (Tectona grandis L.f), tanaman tumpang sari, serta produksi pasca panen. Penelitian ini dikonsentrasikan pada pendekatan bisnis untuk mendapatkan hasil yang optimal dari kegiatan pertanian. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menyusun suatu model pengembangan bisnis pertanian terpadu berkelanjutan di lahan kering DIY. Masalah utama yang dihadapi untuk mengembangkan agribisnis diantaranya adalah keterbatasan sumberdaya manusia, akses teknologi, sumberdaya keuangan dan pasar yang dihadapi oleh petani kecil. Konservasi sumberdaya tercipta dengan mengubah lahan kering tidak produktif menjadi lahan produktif. Keterlibatan peneliti dan penyuluh pertanian dimaksudkan untuk menularkan pengetahuan mereka termasuk pengembangan input berkualitas ke petani lokal sedangkan partisipasi komunitas akar rumput diharapkan memunculkan inovasi akar rumput. Data yang digunakan dalam penelitian ini mencakup data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan cara pengukuran langsung serta wawancara langsung dengan para pakar. Data sekunder diperoleh dari data yang tersedia, publikasi ilmiah, publikasi pemerintah, websites, data sensus, dan lainlain. Untuk tanaman jati, metode pengukurannya menggunakan systematic random sampling dan cluster sampling. Untuk mengetahui kemungkinan pilihan pengembangan pertanian lahan kering marginal, dilakukan wawancara untuk kemudian dianalisa dengan menggunakan perangkat Analytical Hierarchy Process (AHP). Fokus dari kegiatan ini adalah strategi pengembangan lahan kering marginal di DIY. Terdapat dua pilihan pengembangan yaitu komoditas tunggal tanaman jati atau tanaman jati yang terpadu dengan tanaman tumpang sari dan produksi pasca panen. Faktor yang perlu diperhatikan adalah ketersediaan sumberdaya manusia, sumberdaya alam, sumberdaya keuangan dan pasar, serta latar belakang budaya. Aktor utama yang terlibat adalah petani lokal, investor, dan peneliti akademik dengan pilihan tujuan untuk mendapatkan keuntungan, keberlanjutan aktivitas, dan perlindungan lingkungan. Jawaban pakar atas pertanyaan yang diajukan kemudian diproses dengan menggunakan perangkat lunak ExpertChoice2000. Keluaran yang diperoleh menunjukkan bahwa pertanian terpadu mempunyai bobot 82.2% sedangkan bobot untuk komoditas tanaman tunggal besarnya 17.8%. Faktor utama yang dapat mendukung program ini adalah semberdaya manusia (41.2%) diikuti oleh faktor-faktor sumberdaya keuangan dan pasar (38.4%), latar belakang budaya (14.7%) dan sumberdaya alam (5.7%). Aktor penyandang dana dilihat oleh para pakar sebagai aktor utama (36.1%) diikuti oleh aktor peneliti akademik (34.9%) dan petani lokal (29.0%). Keluaran dari analisa ini juga menunjukkan bahwa mendapatkan keuntungan merupakan tujuan utama (40.0%) diikuti oleh keberlanjutan usaha (31.0%) serta pelestarian lingkungan (29.0%). Proses penilaian kegiatan pertanian dihitung dengan menggunakan metode enterprise budget. Beberapa aspek teknis, kelembagaan, komersial, dan sosial akan dibahas secara garis besar. Rencana pengembangan harus memperhitungkan lokasi, skala operasi, waktu, sumberdaya manusia dan masalah komersial. Analisa enterprise budget secara detil dilakukan untuk memastikan analisa yang tepat untuk capital investment, operating expenses, revenues, pajak dan lain-lain. Untuk menghitung proyeksi keuangan, perlu diperkirakan kecenderungan perubahan harga dan tingkat inflasi agar diperoleh projected income statement, projected balance sheet, dan projected cash flow statement. Keluaran akhir yang digunakan untuk analisa adalah internal rate of return, net pressent value, total investment, net cash flow, profit on investment, dan payback period. Untuk mengatasi kemungkinan terjadinya keluaran yang memberikan hasil yang saling bertentangan, dilakukan analisa dengan menggunakan alat ukur benefit cost ratio, annual equivalent value, dan composite performance index. Penelitian ini membuktikan bahwa lahan kering marginal dapat diubah menjadi lahan pertanian terpadu. Interaksi diantara peneliti akademik, penyandang dana, dan petani lokal membuktikan bahwa petani lokal mampu diberdayakan untuk mengembangkan kegiatan pilot program tersebut. Lebih jauh, valuasi keuangan dari masing-masing kegiatan terbukti memberikan hasil yang menguntungkan. Lebih jauh terbukti bahwa pertanian terpadu memberikan hasil yang lebih baik dibanding pengembangan tanaman tunggal. Dengan keberhasilan penelitian ini, diusulkan model pengembangan kegiatan pilot lanjut dan kegiatan pengembangan pertanian lahan kering yang lebih luas khususnya di Kabupaten Gunung Kidul dan Kabupaten Kulon Progo. |
| URI: | http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/159295 |
| Appears in Collections: | DT - Business |
Files in This Item:
| File | Size | Format | |
|---|---|---|---|
| DMB613SO.pdf Restricted Access | 4.31 MB | Adobe PDF | View/Open |
Items in DSpace are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.