Please use this identifier to cite or link to this item: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/15864
Title: Kajian Struktur Komunitas dan Interaksi Substrat Dasar Terumbu Karang dengan Ikan Karang di Daerah Perlindungan Laut. Pulau Sebesi, Teluk Lampung, Kabupaten Lampung Selatan, 2002-2003.
Authors: Triana, Yeni
Issue Date: 2004
Publisher: IPB (Bogor Agricultural University)
Abstract: Terumbu karang merupakan salah satu ekosistem perairan tropis dengan produktifitas dan keanekaragaman jenis biota yang tinggi. Berbagai jenis biota terdapat pada relung terumbu karang, dengan demikian sesuai dengan fungsi terumbu karang untuk memberikan makanan dan perlindungan. Spesialisasi ikan-ikan pengisi ekosistem terumbu karang mungkin terjadi dengan adanya diversifikasi relung yang merupakan hasil proses kompetisi inter-intra spesies terhadap kebutuhan Suatu Sumberdaya yang sama. Keanekaragaman bentang terumbu karang (reeficape diversizy) yang tinggi merupakan salah satu faktor yang menyebabkan kelompok komunitas ikan yang hidup dalam suatu sistem terumbu menjadi sangat beranekaragam dan melimpah. Pengembangan daerah perlindungan laut (DPL) di Pulau Sebesi merupakan upaya masyarakat untuk mempertahankan dan memperbaiki sumberdaya ekosistem terumbu karang juga sekaligus mempertahankan dan meningkatkan sumberdaya lainnya yang berasosiasi dengan terumbu karang. Pengamatan dilakukan dari Bulan November 2002 sampai dengan November 2003 di daerah Pulau Sebesi, Lampung. Pengamatan dilakukan pada zona inti daerah perlindungan laut (DPL) yang dibagi menjadi tiga stasiun pengamatan. Pengambilan data menggunakan line intersept transect sepanjang 30 meter dan dilakukan tiga kali ulangan. Data diambil berdasarkan keadaan kedalaman yang berbeda. Pengamatan ikan karang menggunakan metode pencacahan visual (Under water Visual Cencus). Analisis Data menggunakan persentase penutupan karang hidup, analisis struktur komunitas, analisis faktorial koresponden (Correspondence Analysis) menggunakan software STATISTIC 6.0. Penutupan karang pada kedalaman 3 m memiliki persentase yang cukup tinggi. Bulan November 2002 persentase penutupan terbesar pada DPL P. Umang (68,97%) dan terkecil pada DPL Sianas (30,39%). Pengamatan berikutnya pada Bulan Maret 2003 terjadi penman dengan kondisi dari buruk hingga baik, akan tetapi pada akhir periode pengamatan yaitu Bulan November 2003 kondisinya mulai pulih dengan persentase terbesar pada DPL Sianas (74,00%). Kondisi persentase penutupan karang pada kedalaman 7 m tergolong buruk pada hampir seluruh stasiun pengamatan (DPL Sianas dan DPL Sawo). Terdapat banyaknya rubble dan pecahan karang yang mengakibatkan penutupan karangnya rendah. Faktor lain yang menyebabkan rendahnya penutupan karang adalah rendahnya kemampuan hidup dari karang itu sendiri dan aktifitas masyarakat. Komunitas karang pada kedalaman 3 m memiliki keanekaragaman dan keseragaman karang yang cukup tinggi pada seluruh stasiun, ha1 ini menunjukkan bahwa komunitas karang pada perairan itu semakin baik. Dominansi karang mati semakin berkurang. Komposisi ekosistem DPL pada kedalaman 7 masih didominasi oleh karang mati dan faktor abiotik. Komunitas karang pada kedalaman 7 m di kedua stasiun bisa dikatakan cukup stabil, dimana fluktuasi komunitas karangnya hampir tidak berbeda jauh kecuali pada Bulan Maret 2003 di DPL Sawo yang mengalami penman yang sangat berarti. Penyebaran ikan karang pada kedalaman 3 m di seluruh staslun cukup merata. Dominansi ikan karang yang terjadi pada DPL Sianas (Bulan November 2002 dan Maret 2003) dan P. Umang (Maret 2003) tidak berlangsung lama dikarenakan terjadinya pemulihan ekosistern karang. Cueszo feres merupakan ikan yang banyak dijulnpai pada hampir seluruh stasiun di kedalamn 3 m. Tidak terdapatnya dominansi ikan karang pada kedalaman 7 m menunjukkan bahwa ikan-ikan pada kedalaman tersebut tersebar secara merata. Keanekaragarnan yang tinggi sehingga menyebabkan keseragaman ikannya menjadi tinggi pula. Kondisi yang demikian menjadikan ekosistem ikan karang menjadi lebih seimbang. Kesukaan ikan terhadap habitat tertentu menyebabkan terjadinya perbedaan antar bentang terumbu karang. Hal ini menyangkut akan fungsi dari terumbu karang itu sendiri, sehinga terjadi perbedaan pola habitat ikan karang tergantung akan keberadaan dan bentuk terumbu karang. Interaksi yang terjadl menjelaskan besamya kedekatan keanekaragaman hayati dan keseragaman ikan karang dengan stasiun pengamatan. Caesio meiniliki pembobotan yang terbesar dengan interaksi yang kuat pada DPL Sawo 3, yang dipengaruhi faktor kesukaan dan pola pencarian makan. Stasiun dengan penutupan karang mati beralga (DCA) yang besar berinteraksi pada ikan Caesio dan ikan Chromis dengan jumlah ikan yang besar. disebabkan oleh pola makan dan kebutuhan akan tempat berlindung, dimana ikan Caesio merupakan ikan pemakan plankton dan ikan kecil. Sedangkan ikan Chromis merupakan ikan herbivor, bertindak sebagai grazer yaitu pemakan alga sehingga pertumbuhan alga yang bersaing ruang hidup dengan karang dapat terkendali. Ikan Pomacentrus dan tersebar hampir merata pada seluruh stasiun dengan nilai terbesar pada DPL Sawo kedalaman 3 m. Penyebaran ikan ini dipengaruhi oleh kebutuhan akan tempat perlindungan, dimana shuktur terumbu pada stasiun ini cocok sebagai tempat berlindung bagi ikan Pomacentrus.
URI: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/15864
Appears in Collections:UT - Marine Science And Technology

Files in This Item:
File Description SizeFormat 
C04atr_abstract.pdf
  Restricted Access
Abstract234.68 kBAdobe PDFView/Open
C04atr.pdf
  Restricted Access
Full text3.6 MBAdobe PDFView/Open


Items in DSpace are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.