Proyeksi Curah Hujan Ekstrem di Indonesia Menggunakan GeoMIP dan ScenarioMIP

Abstract

Curah hujan ekstrem berdampak signifikan pada kehidupan, seperti memicu bencana hidrometeorologi berupa banjir dan tanah longsor, menyebabkan gangguan di sektor pertanian seperti gagal panen, dan memperparah banjir di wilayah pesisir. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi intensitas dan frekuensi curah hujan ekstrem serta perubahannya di masa depan berdasarkan data luaran ScenarioMIP dan GeoMIP. Pengolahan data dilakukan dengan melakukan koreksi bias untuk mengatasi permasalahan bias pada model. Peta spasial indeks Rx1day, R20mm, dan PRCPTOT pada periode historis tahun 1985-2014 menunjukkan nilai indeks yang cukup tinggi di wilayah Maluku dan Papua. Analisis curah hujan ekstrem di masa depan menggunakan periode proyeksi tahun 2024-2053. Grafik indeks Rx1day pada skenario SSP2-4.5 menunjukkan rentang nilai antara 42-86 mm/hari, sedangkan pada skenario G6sulfur memiliki hasil yang lebih rendah antara 41-70 mm/hari. Grafik indeks CDD pada skenario SSP2.4-5 mempunyai nilai sekitar 7-67 hari dan memiliki rentang nilai yang lebih besar dibandingkan dengan skenario G6sulfur yang mempunyai nilai 8-52 hari. Hasil spasial indeks Rx1day pada skenario SSP2-4.5 menunjukkan dominasi wilayah yang mengalami peningkatan persentase perubahan, sedangkan pada skenario G6sulfur lebih banyak terjadi penurunan. Indeks PRCPTOT pada skenario G6sulfur menghasilkan penurunan persentase sebesar 0,2% di sebagian besar wilayah Sumatera dan Kalimantan. Indeks R20mm pada G6sulfur menunjukkan penurunan persentase sebesar 1-2% di wilayah Kalimantan. Hasil proyeksi CDD skenario G6sulfur memperlihatkan penurunan persentase yang lebih besar jika dibandingkan dengan skenario SSP2-4.5 di sebagian besar wilayah Sulawesi, Maluku, Papua, dan Kalimantan. Implementasi geoengineering menggunakan skenario G6sulfur menunjukkan penurunan persentase indeks Rx1day, PRCPTOT, R20mm di sebagian besar wilayah Indonesia, dengan penurunan terbesar terjadi pada indeks CDD.

Extreme rainfall has a significant impact on life, such as triggering hydrometeorological disasters in the form of floods and landslides, causing disruption in the agricultural sector such as crop failure, and exacerbate coastal flooding. This study aims to identify the intensity and frequency of extreme rainfall and its changes in the future based on ScenarioMIP and GeoMIP output data. Data processing is done by performing bias correction to overcome the problem of bias in the model. Spatial maps of the Rx1day, R20mm, and PRCPTOT indices in the historical period 1985-2014 show quite high index values in the Maluku and Papua regions. The analysis of extreme rainfall in the future uses a projection period of 2024-2053. The Rx1day index graph in the SSP2-4.5 scenario shows a range of values between 42-86 mm/day, while the G6sulfur scenario has lower results between 41-70 mm/day. The CDD index graph in the SSP2.4-5 scenario has values around 7-67 days and has a larger range of values compared to the G6sulfur scenario which has values of 8-52 days. The spatial results of the Rx1day index in the SSP2-4.5 scenario showed the dominance of areas that experienced an increase in the percentage change, while in the G6sulfur scenario there was more of a decrease. The PRCPTOT index in the G6sulfur scenario resulted in a percentage decrease of 0.2% in most areas of Sumatra and Kalimantan. The R20mm index in G6sulfur shows a percentage decrease of 1-2% in the Kalimantan region. The CDD projection results of the G6sulfur scenario show a greater percentage reduction when compared to the SSP2-4.5 scenario in most areas of Sulawesi, Maluku, Papua and Kalimantan. The implementation of geoengineering using the G6sulfur scenario shows a decrease in the percentage of Rx1day, PRCPTOT, R20mm indices in most parts of Indonesia, with the largest decrease occurring in the CDD index.