Kompleksitas Struktur Tiga Dimensi Terumbu Karang Sebagai Faktor Penilaian Tingkat Keberhasilan Kegiatan Restorasi

Abstract

Terumbu karang terancam oleh perubahan iklim dan ancaman lokal yang sering kali mengakibatkan kerusakan struktur fisiknya atau biasa disebut kompleksitas struktur. Kerusakan kompleksitas struktur ini mengancam keanekaragaman hayati dalam ekosistem dengan mengurangi ketersediaan habitat bagi banyak spesies. Tanggapan dari permasalahan tersebut, kegiatan restorasi dilakukan sebagai upaya untuk memperbaiki kerusakan dengan memulihkan struktur fisik dan fungsi ekologis terumbu karang yang terdegradasi. Berbagai kegiatan restorasi terumbu karang di seluruh dunia telah banyak dilakukan, namun hanya sedikit dari kegiatan tersebut yang menyediakan evaluasi yang mendalam atas keberhasilannya dalam mengembalikan fungsi ekosistem yang terdegradasi. Salah satu evaluasi yang dapat digunakan yaitu penilaian kompleksitas struktur dari area yang direstorasi. Area restorasi yang memiliki nilai yang sama atau lebih dari nilai kompleksitas struktur terumbu karang sehat, dapat dianggap telah berhasil untuk mengembalikan salah fungsi ekologis dari ekosistem yang rusak. Penelitian ini menggunakan metode fotogrametri dengan menggunakan metrik kompleksitas skala kecil (structural complexity dan fractal dimension) dan skala besar (vertical relief), untuk mengukur keberhasilan metode 'Reefstar' pada Proyek Restorasi Terumbu Karang Mars di Indonesia dalam memulihkan kompleksitas struktur terumbu karang yang rusak pada luasan 1000 m2 pada setiap lokasi. Penelitian ini menunjukkan bahwa upaya restorasi berhasil mengembalikan kompleksitas habitat skala kecil dengan nilai yang lebih tinggi dibandingkan habitat yang sehat (surface complexity 3.22±0.27 pada habitat restorasi dan 2.85±0.26 pada habitat sehat; fractal dimension 2.27±0.02 pada habitat restorasi dan 2.24±0.02 pada habitat sehat), namun kurang berhasil dalam mengembalikan kompleksitas habitat skala besar (vertical relief 1,35 ± 0,10 pada habitat restorasi dan 1,59 ± 0,12 pada habitat sehat. Hasil dari penelitian ini dapat menjadi arahan untuk program restorasi ke depannya, terutama program restorasi terumbu karang yang dikhususkan untuk untuk memastikan bahwa terumbu yang dipulihkan memberikan rentang fungsi dan layanan ekologis yang beragam

Coral reefs are threatened by climate change and local threats, often resulting in damage to their physical structure, also known as structural complexity. This damage to structural complexity threatens biodiversity in the ecosystem by reducing the availability of habitats for many species. In response to this issue, restoration activities are undertaken to repair the damage by restoring the physical structure and ecological functions of the degraded coral reefs. Various coral reef restoration activities have been conducted worldwide, but few provide in-depth evaluations of their success in restoring degraded ecosystem functions. One of the evaluations that can be used is the assessment of structural complexity in the restored areas. Restoration areas that have the same or higher structural complexity values than healthy coral reefs can be considered successful in restoring one of the ecological functions of the damaged ecosystem in 1000 m2 area per site. In this study, photogrammetry was used with small-scale (structural complexity and fractal dimension) and large-scale (vertical relief) complexity metrics to measure the success of the 'Reefstar' method in the Mars Coral Reef Restoration Project in Indonesia in restoring the structural complexity of damaged coral reefs. This study showed that restoration efforts were successful in restoring small-scale habitat complexity with higher values compared to healthy habitats (surface complexity 3.22±0.27 in restored habitats and 2.85±0.26 in healthy habitats; fractal dimension 2.27±0.02 in restored habitats and 2.24±0.02 in healthy habitats), but were less successful in restoring large-scale habitat complexity (vertical relief 1.35±0.10 in restored habitats and 1.59±0.12 in healthy habitats. Therefore, the results of this study can guide future restoration programs, particularly coral reef restoration programs that aim to ensure that restored reefs provide a wide range of ecological functions and services.