Potensi Perdagangan Karbon dalam Praktik Pengelolaan Hutan Rakyat: Studi Kasus Desa Sibanteng, Kabupaten Bogor

Abstract

Hutan rakyat memiliki peran sebagai sekuestrasi karbon yang berkontribusi memitigasi perubahan iklim. Penelitian bertujuan menganalisis praktik pengelolaan hutan rakyat sebagai potensi cadangan dan sekuestrasi karbon, serta menganalisis potensi lahan sebagai unit skala kecil perdagangan karbon. Pengumpulan data menggunakan teknik stratified sampling alokasi merata sebanyak 30 plot yang dipilih secara purposive. Hasil penelitian menunjukkan praktik pengelolaan hutan rakyat di Desa Sibanteng terbagi dua pola pemanfaatan, yaitu difokuskan sebagai penghasil kayu dan penghasil buah. Dugaan cadangan karbon terbesar terdapat pada kemiringan lahan landai yaitu 54,79 ton C/ha dan dugaan cadangan karbon terkecil terdapat pada kemiringan lahan berbukit yaitu 41,68 ton C/ha. Dugaan sekuestrasi karbon terbesar pada kemiringan lahan landai yaitu 20,36 ton CO2/ha/tahun dan sekuestrasi karbon terkecil pada kemiringan lahan berbukit yaitu 17,07 ton CO2/ha/tahun. Luas lahan yang berpotensi dijadikan proyek perdagangan karbon seluas 780 ha atau 22% dari luas Kecamatan Leuwisadeng. Skenario penanaman bertahap lima tahun dalam jangka waktu proyek 20 tahun dengan potensi sekuestrasi karbon sebesar 273.315 ton CO2 atau 13.666 ton CO2/tahun.

Private forests play a role in carbon sequestration that contribute to climate change mitigation. The study aims to analyze private forest management practices as potential carbon stock and sequestration, and to analyze the potential of land as small-scale carbon trading units. Data collection used a stratified sampling technique with an equal allocation of 30 purposively selected plots. The research findings indicate that private forest management practices in Sibanteng Village are divided into two utilization patterns, focused on timber and fruit production. The estimated largest carbon stock is found on flat sloping land with 54,79 tons C/ha and the smallest carbon stock is on hilly land with 41,68 tons C/ha. The highest estimated carbon sequestration is on flat sloping land with 20,36 tons CO2/ha/year, and the lowest is on hilly land, at 17,07 tons CO2/ha/year. The potential area for a carbon trading project is 780 hectares or 22% of the total area of Leuwisadeng District. A phased planting scenario over five years, within a 20 year project duration has a potential carbon sequestration of 273.315 tons CO2 or 13.666 tons CO2/year.