Pengaruh Transformasi Struktural dan Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Ketimpangan Pendapatan Antar Individu di Provinsi Sulawesi Tenggara

Abstract

Pembangunan ekonomi pada dasarnya memusatkan perhatiannya pada proses perubahan struktur perekonomian yang belum berkembang sehingga memungkinkan munculnya industri-industri baru menggantikan sektor pertanian sebagai motor penggerak pertumbuhan ekonomi. Sulawesi Tenggara dilihat dari pola perubahan struktur ekonomi telah terjadi pergeseran sektor dari pertanian ke arah sektor industri dan jasa. Industri menjadi sektor paling besar kontribusinya dalam pembentukkan nilai Produk Domestik Regional Bruto di Provinsi Sulawesi Tenggara. Namun jika dilihat dari serapan tenaga kerja persektor konsentrasi penyerapan tenaga masih terfokus pada sektor pertanian dan jasa, sektor industri menjadi paling kecil dominasi dalam hal serapan tenaga kerja per sektor di Provinsi Sulawesi Tenggara. Unbalanced transformation yang terjadi dari sisi penyerapan tenaga kerja dicirikan dari kelemahan sektor industri dalam menarik surplus tenaga kerja di sektor pertanian menyebabkan sektor pertanian memikul beban tenaga kerja melampaui kemampuan optimalnya, sebagai akibatnya produktivitas sektor pertanian sangat rendah. Kondisi tersebut jika dibiarkan dalam jangka waktu yang lama akan mengakibatkan naiknya tingkat kemiskinan dan ketimpangan pendapatan dalam masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis 1) pola pergeseran struktur ekonomi di masing-masing Kabupaten dan Kota di Provinsi Sulawesi Tenggara; 2) Faktor-faktor yang mempengaruhi transformasi struktural di Provinsi Sulawesi Tenggara; 3) pengaruh pergeseran struktur ekonomi dan pertumbuhan ekonomi terhadap ketimpangan Pendapatan di Provinsi Sulawesi Tenggara. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif dan analisis regresi data panel. Dilihat berdasarkan identifikasi tipologi daerah untuk mengetahui gambaran tentang pola dan struktur pertumbuhan sektoral masing-masing daerah. Dengan rata-rata pertumbuhan ekonomi pada sumbu vertikal dan rata-rata pendapatan per kapita pada sumbu horizontal, daerah dikelompokkan kedalam empat klasifikasi. Hasil tipologi menunjukkan di Provinsi Sulawesi Tenggara berubah antara tahun 2017 dan 2022. Pada tahun 2017, mayoritas daerah berada di kuadran kedua (daerah berkembang) dan kuadran keempat (daerah relatif tertinggal). Daerah di kuadran pertama (daerah maju) hanya ada tiga: Kota Kendari, Kota Bau-Bau, dan Kabupaten Kolaka. Pada tahun 2022, terjadi penurunan rata-rata nilai pertumbuhan ekonomi tetapi peningkatan rata-rata pendapatan per kapita. Mayoritas wilayah kini berada di kuadran ketiga (daerah maju tapi tertekan) dan keempat (daerah relatif tertinggal). Hanya ada satu daerah di kuadran pertama (Kota Bau-Bau) dan beberapa wilayah di kuadran kedua (daerah berkembang). Perubahan ini menunjukkan dinamika ekonomi yang mempengaruhi status perkembangan daerah di provinsi tersebut. Hasil penelitian menemukan bahwa dari tujuh belas Kabupaten dan Kota di Provinsi Sulawesi Tenggara, terdapat sepuluh Kabupaten/Kota yang telah bertransformasi ke arah sektor modern baik itu ke arah industri, jasa maupun kombinasi keduanya. Pendapatan perkapita dan jumlah penduduk terbukti berpengaruh secara positif meningkatkan output sektor industri dan jasa. Seluruh variabel independen yang digunakan untuk menduga perubahan ketimpangan pendapatan menunjukkan pengaruh yang signifikan terhadap ketimpangan pendapatan di Provinsi Sulawesi Tenggara, namun dengan arah yang berbeda. Variabel transformasi sektor industri dengan variabel subsektor pertambangan, transformasi sektor industri tanpa sub sektor pertambangan, dan pertumbuhan ekonomi merupakan variabel yang berhubungan negatif terhadap ketimpangan pendapatan. Variabel transformasi sektor jasa dan pertumbuhan ekonomi tanpa sub sektor pertambangan merupakan variabel yang berhubungan positif terhadap ketimpangan pendapatan di Provinsi Sulawesi Tenggara. Kata Kunci: Ketimpangan Pendapatan, Pertumbuhan Ekonomi, Transformasi Struktural

Economic development essentially focuses on the process of transforming an underdeveloped economic structure, allowing the emergence of new industries to replace the agricultural sector as the driving force of economic growth. In Southeast Sulawesi, there has been a shift in the economic structure from agriculture towards the industrial and service sectors. The industrial sector has become the largest contributor to the Gross Regional Domestic Product in Southeast Sulawesi. However, in terms of employment absorption per sector, the concentration remains focused on agriculture and services, with the industrial sector having the smallest dominance in employment absorption in Southeast Sulawesi. The unbalanced transformation in terms of labor absorption is characterized by the industrial sector's weakness in attracting surplus labor from the agricultural sector, causing the agricultural sector to bear the burden of labor beyond its optimal capacity. As a result, agricultural productivity is very low. If this condition persists for a long period, it will lead to an increase in poverty and income inequality in society. This study aims to analyze: 1) the patterns of economic structural shifts in each regency and city in Southeast Sulawesi Province; 2) the factors influencing structural transformation in Southeast Sulawesi Province; and 3) the impact of economic structural shifts and economic growth on income inequality in Southeast Sulawesi Province. The methods used in this study are descriptive analysis and panel data regression analysis. Based on the identification of regional typology to understand the patterns and structure of sectoral growth in each region, regions were classified into four categories, with average economic growth on the vertical axis and average per capita income on the horizontal axis. The typology results show changes in Southeast Sulawesi Province between 2017 and 2022. In 2017, most regions were in the second quadrant (developing regions) and the fourth quadrant (relatively underdeveloped regions). There were only three regions in the first quadrant (advanced regions): Kendari City, Bau-Bau City, and Kolaka Regency. In 2022, there was a decrease in the average economic growth rate but an increase in the average per capita income. Most regions are now in the third quadrant (advanced but pressured regions) and the fourth quadrant (relatively underdeveloped regions). There is only one region in the first quadrant (Bau-Bau City) and several regions in the second quadrant (developing regions). These changes indicate the economic dynamics affecting the development status of regions in the province. The results of the study found that out of seventeen Regencies and Cities in Southeast Sulawesi Province, ten regions have transformed towards the modern sector, either towards industry, services, or both. Meanwhile, the two factors included in the model for the second objective, namely Per Capita Income and Population, were found to have a positive impact on increasing the value-added output of the industrial and service sectors. For the third objective, the study's findings indicate that all the independent variables used to observe changes in income inequality show a significant impact on income inequality in Southeast Sulawesi Province. The variables of industrial sector transformation, industrial sector transformation excluding the mining sub-sector, and economic growth are variables that have a negative correlation with income inequality. The variables of service sector transformation and economic growth excluding the mining sub-sector have a positive correlation to income inequality in Southeast Sulawesi Province. Keywords: Economic Growth, Income Inequality, Structural Transformation