Beban Kerja Petugas Pelayanan Tambat Labuh di Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu

Abstract

Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Palabuhanratu merupakan pelabuhan perikanan yang berada di pesisir Samudra Hindia dan merupakan salah satu pelabuhan perikanan yang memiliki aktivitas yang tinggi di daerah Jawa Barat. Salah satu aktivitas yang cenderung dilakukan setiap hari adalah aktivitas tambat labuh. Berdasarkan kondisi yang ada saat penelitian di lakukan, jumlah petugas pelayan tambat labuh di PPN Palabuhanratu berjumlah 1 orang untuk mengakomodir seluruh kapal-kapal yang akan melakukan aktivitas tambat labuh. Pelayanan tambat labuh yang hanya dilayani oleh 1 orang saja dan dilakukan setiap hari diduga akan memberikan beban kerja yang tinggi kepada petugas pelayanan tambat labuh dan mengakibatkan pelayanan tambat labuh menjadi kurang maksimal. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk menentukan beban kerja petugas pelayanan tambat labuh, menentukan kesenjangan (gap) kemampuan pemahaman sistem informasi yang digunakan petugas pelayanan tambat labuh, dan merumuskan rekomendasi jumlah petugas yang ideal berdasarkan beban kerjanya serta potensi alih fungsi pekerjaan dari bidang lain ke petugas pelayanan tambat labuh di PPN Palabuhanratu. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode observasi langsung dan wawancara kepada petugas pelayanan tambat labuh dan kepada petugas pelayanan pada unit Tata Kelola dan Pelayanan Usaha PPN Palabuhanratu dengan menggunakan metode sensus. Hasil yang diperoleh kemudian akan dianalisis menggunakan metode analisis work sampling untuk dapat membagi waktu kerja dalam tiga kategori, yaitu waktu kerja produktif, waktu kerja tidak produktif, dan waktu kerja pribadi. Selain itu, akan dihitung kebutuhan pegawai berdasarkan hari kerja efektif dan waktu penyelesaian tugas. Metode gap analysis juga digunakan untuk dapat membandingkan gap kemampuan yang dimiliki pegawai Tata Kelola dan Pelayanan Usaha terkait kemampuan yang dimiliki oleh petugas pelayanan tambat labuh, serta hasil yang diperoleh akan dianalisis menggunakan analisis deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa petugas pelayanan tambat labuh memiliki beban kerja sebesar 2,0035 atau dapat diartikan dalam pekerjaan yang dilakukan berdasarkan waktu kerja efektif dan waktu penyelesaian tugas jumlah pegawai yang ideal adalah sebanyak 2 pegawai. Hal ini belum sesuai dengan keadaan saat ini dimana aktivitas pelayanan tambat labuh hanya dilakukan oleh 1 orang petugas. Selain itu, pegawai pada unit TKPU yang memiliki kemampuan yang dimiliki oleh petugas pelayanan tambat labuh berjumlah 2 pegawai. Beban kerja yang berlebih dapat dikurangi dengan melakukan sistem shift kerja pada hari libur sabtu minggu dan libur nasional dengan memanfaatkan 2 pegawai pada unit TKPU yang memiliki kemampuan yang sama, serta membuka kesempatan kesempatan magang bagi mahasiswa pada peran pelayanan tambat labuh untuk dapat memaksimalkan pelayanan tambat labuh di PPN Palabuhanratu

Palabuhanratu Nusantara Fisheries Port (PPN) is a fishing port located on the coast of the Indian Ocean and is one of the fishing ports that has high activity in the West Java area. One activity that tends to be carried out every day is mooring activities. Based on the conditions that existed when the research was conducted, the number of mooring service officers at PPN Palabuhanratu was 1 person to accommodate all ships that would carry out mooring activities. The mooring service which is only served by 1 person and is carried out every day is thought to give a high workload to the mooring service officers and result in the mooring service being less than optimal. This research was conducted with the aim of determining the workload of mooring service officers, determining gaps (gap) the ability to understand the information system used by mooring service officers, and formulate recommendations for the ideal number of officers based on their workload and the potential for transferring job functions from other fields to mooring service officers at PPN Palabuhanratu. The data collection method used was direct observation and interviews with mooring service officers and service officers at the Palabuhanratu PPN Business Management and Services unit using the census method. The results obtained will then be analyzed using analytical methods work sampling to be able to divide working time into three categories, namely productive working time, unproductive working time and personal working time. In addition, employee needs will be calculated based on effective working days and task completion time. Method gap analysis It is also used to compare the gap in capabilities possessed by Governance and Business Services employees in relation to the capabilities possessed by mooring service officers, and the results obtained will be analyzed using descriptive analysis. The research results show that mooring service officers have a workload of 2.0035 or interpreted in terms of work carried out based on effective working time and task completion time. The ideal number of employees is 2 employees. This is not in accordance with the current situation where mooring service activities are only carried out by 1 officer. Apart from that, there are 2 employees in the TKPU unit who have the capabilities of mooring service officers. Excessive workload can be reduced by implementing a system shift work on Saturdays, Sundays and national holidays by utilizing 2 employees in the TKPU unit who have the same abilities, as well as opening up internship opportunities for students in mooring service roles to be able to maximize mooring services at PPN Palabuhanratu