Please use this identifier to cite or link to this item: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/157259
Title: Analisis Finansial Budidaya Kratom (Mitragyna speciosa) sebagai Komoditas Baru Berprospek: Studi Perbandingan dengan Budidaya Karet
Other Titles: Financial Analysis of Kratom (Mitragyna speciosa) Cultivation as a Prospective New Commodity: A Comparative Study with Rubber Cultivation
Authors: Nurrochmat, Dodik Ridho
Putri, Riski Septia
Issue Date: 2024
Publisher: IPB University
Abstract: Penurunan harga jual karet akibat fluktuasi pasar global mendorong petani di Desa Saujung Giling Manik, Kecamatan Embaloh Hulu, Kabupaten Kapuas Hulu, Kalimantan Barat untuk beralih dari budidaya karet ke budidaya kratom. Tanaman kratom mulai dilirik sebagai komoditas yang menjanjikan di masyarakat karena memiliki harga yang lebih tinggi dibanding karet. Selain itu permintaan untuk ekspor kratom ke luar negeri terus meningkat dan belum dapat dipenuhi oleh eksportir. Penelitian ini menganalisis usaha budidaya kratom di Desa Saujung Giling Manik dibandingkan dengan budidaya karet dengan mempertimbangkan aspek finansial seperti NPV, IRR, BCR, dan payback period. Hasil perbandingan dari kedua usaha menunjukkan bahwa usaha budidaya kratom memiliki keuntungan yang lebih besar dibandingkan dengan usaha budidaya karet. Usaha budidaya kratom dalam jangka waktu 10 tahun dengan luasan 1 ha menghasilkan keuntungan bersih sebesar Rp 195.746.220,47 dengan tingkat pengembalian sebesar 113%, rasio manfaat biaya sebesar 2,09 serta pengembalian modal usaha 1 tahun.
The decline in rubber selling prices due to global market fluctuations has encouraged farmers in Saujung Giling Manik Village, Embaloh Hulu District, Kapuas Hulu Regency, West Kalimantan, to switch from rubber cultivation to kratom cultivation. The kratom plant is starting to be looked at as a promising commodity in the community because it has a higher price than rubber. In addition, the demand for kratom exports abroad continues to increase and cannot be fulfilled by exporters. This study analyzed kratom cultivation in Saujung Giling Manik Village compared to rubber cultivation by considering financial aspects such as NPV, IRR, BCR, and payback period. The results of the comparison of the two businesses show that kratom cultivation has a greater profit than rubber cultivation. The kratom cultivation business in 10 years with an area of 1 ha creates a net benefit of Rp 195.746.220,47 with a rate of return of 113%, a cost-benefit ratio of 2.09, and a 1-year payback period.
URI: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/157259
Appears in Collections:UT - Forest Management

Files in This Item:
File Description SizeFormat 
cover_E1401201065_18a111b2885343a2a7a09903f51f8e14.pdfCover1.46 MBAdobe PDFView/Open
fulltext_E1401201065_793f2de38aab4772b7a63da6b9493736.pdf
  Restricted Access
Fulltext2.45 MBAdobe PDFView/Open
lampiran_E1401201065_bd23a100558244eea7284dde5a603994.pdf
  Restricted Access
Lampiran378.23 kBAdobe PDFView/Open


Items in DSpace are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.