Pengaruh Metode Pengeringan Kappaphycus alvarezii dan Penggunaan Pelarut Terhadap Kualitas Fikoeritrin

Abstract

Kappaphycus alvarezii merupakan rumput laut merah (Rhodophyta) yang didominasi oleh fikobiliprotein tipe fikoeritrin. Fikoeritrin dimanfaatkan secara luas pada bidang kesehatan, kosmetik, pangan dan tekstil. Pigmen fikoeritrin banyak dikembangkan karena memiliki berbagai aktivitas biologis, antara lain antiviral, antioksidan, anti-inflammatory, antidiabetik, antitumor, antihipertensif, imunosupresif, dan bersifat neuroprotektif. Umumnya fikoeritrin diektrak dari rumput laut segar namun hasil rendemen yang diperoleh masih tergolong rendah. Penggunaan bahan baku rumput laut kering dalam proses ekstraksi fikoeritrin belum pernah dilaporkan. Penelitian ini mencoba menggunakan rumput laut kering untuk mengekstrak fikoeritrin, penggunaan bahan baku kering diharapkan dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas fikoeritrin. Jenis pelarut juga berpengaruh terhadap fikoeritrin yang dihasilkan, maka perlu diteliti lebih lanjut terkait pergunaan bahan baku serta jenis pelarut untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas fikoeritrin. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kualitas fikoeritrin K. alvarezii, terhadap penggunaan bahan baku rumput laut kering serta pengaruh terhadap penggunaan jenis pelarut. Bahan baku rumput laut yang digunakan dikeringkan dengan tiga metode pengeringan, yaitu pengeringan freeze dryer, oven dan matahari. Proses ekstraksi dilakukan secara bertingkat, ekstraksi yang pertama menggunakan pelarut buffer fosfat, ekstraksi yang kedua menggunakan pelarut deep eutectic solvent (DES) jenis campuran antara choline cloride dengan urea (ChCl-U) dan pencampuran antara choline cloride dengan glukosa (ChCl-G). Hasil ekstrak kasar fikoeritrin yang diperoleh dilakukan analisis meliputi absorbansi spektrum, aktivitas antioksidan, serta analisis profil protein menggunakan SDS-Page. Hasil menunjukkan bahwa metode pengeringan terbaik K.alvarezii yang menghasilkan ekstrak kasar fikoeritrin yaitu terdapat pada metode penegringan freeze dryer yang menghasilkan warna pigmen yang lebih merah, dengan konsentrasi tertinggi sebesar 0,1 mg/mL dan indeks kemurnian fikoeritrin sebesar 0,16 serta menghasilkan nilai IC50 antioksidan dengan kategori kuat. Pengunaan pelarut buffer fosfat menghasilkan kualitas dan kuantitas fikoeritrin yang lebih baik jika dibandingkan dengan pengunaan pelarut DES. SDS-Page menunjukkan profil protein fikoeritrin memiliki bobot molekul 20 kDa pada subunit a, 21,6 kDa pada subunit ß, dan 31,4 kDa pada subunit ?. Kata kunci: buffer fosfat, DES, fikobilioprotein, freeze dryer.

Kappaphycus alvarezii is a red seaweed (Rhodophyta) which is dominated by phycobiliproteins of the phycoerythrin type. Phycoerythrin is widely used in the health, cosmetics, food and textile sectors. Phycoerythrin pigment has been widely developed because it has various biological activities, including antiviral, antioxidant, anti inflammatory, antidiabetic, antitumor, antihypertensive, immunosuppressive and neuroprotective. Generally, phycoerythrin is extracted from fresh seaweed, but the yield obtained is still relatively low. The use of dried seaweed raw materials in the phycoerythrin extraction process has never been reported. This research tried to use dried seaweed to extract phycoerythrin. The use of dry raw materials was expected to increase the quality and quantity of phycoerythrin. The type of solvent also influenced the phycoerythrin produced, so further research needed to be done regarding the use of raw materials and the type of solvent to improve the quality and quantity of phycoerythrin. This research aimed to determine the effect of the quality of K. alvarezii phycoerythrin on the use of dried seaweed raw materials and the effect on the use of solvent types. The seaweed raw materials that were used are dried. There were three drying methods, namely freeze dryer, oven and sun drying. The extraction process was carried out in stages using a phosphate buffer solvent and deep eutectic solvent (DES), a mixture of choline chloride and urea (ChCl-U) and a mixture of choline chloride and glucose (ChCl-G). The crude extract of phycoerythrin that was obtained was analyzed. That analyzing included spectrum absorbance, antioxidant activity, and protein profile analysis used SDS-Page. The results showed that the best drying method for K.alvarezii which produced a crude phycoerythrin extract is the freeze dryer drying method. It produced a redder pigment color, with the highest concentration of 0.1 mg/mL and a phycoerythrin purity index of 0.16. The freeze dryer drying method was also produced a IC50 antioxidant with strong category. The used of phosphate buffer solvent produces better quality and quantity of phycoerythrin compared to the used of DES solvent. Protein profile that used SDS-Page showedc that phycoerythrin has a molecular weight of 20 kDa in the a subunit, 21.6 kDa in the ß subunit, and 31.4 kDa in the ? subunit. Keywords: buffer phosphate, DES, fikobilioprotein, freeze dryer.