Kajian Pola Penggunaan, Persepsi Petani, dan Kebijakan terhadap Biopestisida pada Tanaman Cabai

Abstract

Serangan organisme pengganggu tanaman (OPT) menjadi tantangan utama dalam proses budidaya cabai di lapangan. Gangguan OPT secara signifikan dapat menurunkan hasil. Pengendalian OPT saat ini lebih banyak dilakukan dengan menggunakan pestisida kimia sintetik dimana biaya yang dikeluarkan sangat tinggi. Penggunaan pestisida kimia sintetik juga menimbulkan dampak negatif bagi agroekosistem. Biopestisida berbahan aktif mikroba dapat menjadi alternatif pengendalian OPT yang lebih efektif, ramah lingkungan, dan berkelanjutan. Namun demikian, penggunaan biopestisida untuk pengendalian OPT di Indonesia masih rendah. Rendahnya penggunaan biopestisida disebabkan beberapa hal: produk yang masih terbatas di pasaran, biopestisida dianggap memerlukan waktu aplikasi khusus, kendala perijinan yang rumit, investasi di sektor biopestisida masih rendah, kontrol mutu di tingkat petani masih kurang, dan infrastruktur belum memadai. Melihat tantangan dalam pemasyarakatan biopestisida di atas, penting untuk melihat bagaimana pola penggunaan biopestisida di lapangan. Persepsi petani terhadap biopestisida juga perlu diketahui sehingga dapat menyusun prioritas kebijakan dalam pemasyarakatan biopestisida. Penelitian ini bertujuan melihat pola penggunaan biopestisida, persepsi petani, dan menyusun prioritas kebijakan dalam pemasyarakatan biopestisida pada petani cabai. Metode pertama yang digunakan adalah data pola penggunaan biopestisida yang diperoleh melalui wawancara terstruktur dengan menggunakan kuesioner dan dilakukan di tiga kabupaten di Pulau Jawa. Pengaruh karakteristik petani terhadap penggunaan biopestisida dianalisis menggunakan chi-square (?2) pada a: 10%. Persepsi petani terhadap biopestisida diukur dengan menggunakan Skala Likert. Indikator yang digunakan adalah (1) ketersediaan dan keterjangkauan; (2) efisiensi pengendalian; (3) keefektifan dan efisiensi penggunaan; dan (4) pengetahuan tentang biopestisida. Analytical Hierarchy Process (AHP) dilakukan untuk melihat prioritas kebijakan terkait biopestisida. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua responden mengandalkan pestisida kimia sintetik untuk mengendalikan hama dan penyakit. Hal ini disebabkan oleh kecendurungan petani yang tidak mau mengambil risiko kerugian sehingga menggunakan pestisida kimia sintetik walaupun biaya tinggi. Penggunaan biopestisida secara signifikan dipengaruhi oleh besarnya biaya produksi dan besarnya biaya penggunaan pestisida kimia sintetik. Ini menunjukkan bahwa semakin tinggi biaya produksi dan biaya pestisida kimia sintetik yang dikeluarkan oleh petani dalam budidaya cabai, penggunaan biopestisida cenderung semakin tinggi pula. Biopestisida dianggap oleh petani sebagai barang komplementer dan bukan merupakan barang substitusi pestisida kimia sintetik. Persepsi petani responden tinggi terhadap kriteria harga pada aspek keterjangkauan dibandingkan dengan kemudahan mendapatkan produk, infrastruktur, dan kemudahan mendapat isolat. Persepsi petani juga tinggi terhadap kriteria kelestarian musuh alami dan efisiensi biaya produksi pada aspek keefektifan dan efisiensi. Persepsi tinggi terhadap penelitian dan inovasi serta efek

samping terhadap kesehatan pada aspek pengetahuan dibandingkan dengan kriteria kemudahan informasi, pelatihan, dan pengetahuan kualitas produk. Kebijakan yang diterapkan saat ini belum cukup untuk mendorong pemasyarakatan biopestisida. Hasil AHP menunjukkan bahwa kriteria pengetahuan tentang biopestisida menjadi kebijakan yang harus diprioritaskan. Biopestisida memiliki prasyarat kepemilikian pengetahuan dan pemahaman yang kuat bagi penggunannya sehingga pengatahuan menjadi dasar penting bagi petani agar menggunakan biopestisida. Sub kriteria yang diprioritaskan dalam pengetahuan tentang biopestisida adalah tingkat intensitas dan kualitas penyuluhan oleh petugas. Kriteria kebijakan keefektifan dan efisiensi perlu mempriotitaskan sub kriteria keefektifan dalam mengendalikan hama dan penyakit daripada efisiensi penggunaan, kelestarian musuh alami, dan kualitas produk. Kemudahan mendapatkan produk menjadi hal yang utama untuk diprioritaskan dalam kriteria ketersediaan dan keterjangkauan. Hal ini berkaitan dengan rendahnya produk biopestisida yang beredar di lapangan dibandingkan dengan produk pestisida kimia sintetik.

Pest and plant disease attacks are the main challenges in the process of chili cultivation in the field. Pest and disease problems can significantly reduce yields. Pest and disease control is currently mostly practiced using synthetic chemical pesticides where the costs incurred are very high. The use of synthetic chemical pesticides also has a negative impact on agroecosystems. Microbial-active biopesticides can be an alternative to pest and disease control that is more effective, environmentally friendly, and sustainable. However, the use of biopesticides for pest and disease control in Indonesia is still low. The low use of biopesticides is caused by several factors: limited products in the market; biopesticides are considered to require special application time; complicated regulatory constraints; low investment in the biopesticide sector; lack of quality control at the farm level; and inadequate infrastructure. Considering the challenges in biopesticide dissemination above, it is important to see the pattern of biopesticide use in the field. Farmers' perceptions of biopesticides also need to be known in order to prioritize policies for biopesticide dissemination. This study aims to see the pattern of biopesticide use, farmers' perceptions, and develop policy priorities in the dissemination of biopesticides to chili farmers. The first method is data on the pattern of biopesticide use obtained through structured interviews using questionnaires and conducted in three districts. The effect between farmer characteristics and biopesticide use was analyzed using chi-square (?2) at a: 10%. The study also measured farmers' perceptions of biopesticides using a Likert Scale. The indicators used were (1) availability and affordability; (2) control efficiency; (3) effectiveness and efficiency of use; and (4) knowledge of biopesticides. Analytical Hierarchy Process (AHP) was conducted to prioritize policies related to biopesticides. The results showed that all respondents relied on synthetic chemical pesticides to control pests and diseases. This is due to the tendency of farmers who do not want to risk losses so they use synthetic chemical pesticides despite the high cost. The use of biopesticides is significantly affected by the cost of production and the cost of using synthetic chemical pesticides. This shows that the higher the cost of production and the cost of synthetic chemical pesticides incurred by farmers in chili cultivation, the higher the use of biopesticides tends to be. biopesticides are considered by farmers as complementary goods and not a substitute for synthetic chemical pesticides. Farmer respondents perceptions were high on price criteria in the affordability aspect compared to ease of getting products, infrastructure, and ease of getting propagation materials. Farmers' perceptions were also high on the criteria of preservation of natural enemies and efficiency of production costs in the aspects of effectiveness and efficiency. High perception of research and innovation and side effects on health in the knowledge aspect compared to the criteria of ease of information, training, and knowledge of product quality.

The current policies are not sufficient to encourage the dissemination of biopesticides. The AHP results show that the criterion of knowledge about biopesticides is a policy that should be prioritized. Biopesticides have a prerequisite of having strong knowledge and understanding for their use, so knowledge is an important basis for farmers to use biopesticides. A prioritized sub-criterion in knowledge about biopesticides is the level of intensity and quality of extension services. The effectiveness and efficiency policy criteria need to prioritize the sub- criteria of effectiveness in controlling pests and diseases over efficiency of use, preservation of natural enemies, and product quality. The ease of getting products is the main thing to prioritize in the availability and affordability criteria. This is related to the low number of biopesticide products availability in the field compared to synthetic chemical pesticide products.