Please use this identifier to cite or link to this item: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/156102
Full metadata record
DC FieldValueLanguage
dc.contributor.advisorSyah, Hamdani M
dc.contributor.advisorHarianto
dc.contributor.authorHalasan
dc.date.accessioned2024-08-06T06:46:05Z
dc.date.available2024-08-06T06:46:05Z
dc.date.issued2002
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/156102
dc.description.abstractKrisis moneter merupakan pemicu terhadap semakin buruknya kinerja perusahaan. Suku bunga pinjaman yang dikenakan bank meningkat secara signifikan seiring dengan peningkatan suku bunga dana. Bagi perusahaan yang memiliki pinjaman/kredit, kondisi tersebut telah mengakibatkan kesulitan likiditas. Terlebih bagi perusahaan yang memiliki pinjaman dalam valuta asing tetapi penerimaan hanya dalam mata uang lokal (rupiah) kesulitan yang dialami relatif lebih besar. PT. DSI berdiri tahun 1989, mulai beroperasi pada tahun 1990 adalah perusahaan yang bergerak di bidang industri plastik (kantong, sedotan dan tali rafia). Dalam upaya mendukung peningkatan operasional, perusahaan memperoleh pinjaman/kredit dari bank sejak tahun 1990. Kegiatan produksi awalnya dilakukan dalam 2 (dua) unit yaitu unit Cemani dan unit Grogol. Unit Cemani mengolah plastik bekas (afalan) menjadi bijih plastik yang menjadi bahan baku bagi unit Grogol. Dengan dikeluarkannya Keputusan Menteri Perdagangan No.349/KP/X1/92 tanggal 21 Nopember 1992 tentang larangan impor limbah plastik, maka sejak itu unit Cemani tidak berproduksi maksimal yang berdampak pada menurunnya produksi unit Grogol. Penurunan produksi tersebut memberi dampak kerugian dan mengakibatkan perusahaan kekurangan modal kerja. Dalam kurun waktu sampai dengan tahun 1996 perusahaan telah mendapatkan tambahan pinjaman dari bank sekaligus pula dalam rangka penyelamatan. Langkah penyelamatan yang dilakukan pada tahun 1996 berupa konversi fasilitas L/C (Letter of Credit) sebesar Rp. 4.750 juta menjadi US$ 2 juta. Setelah itu, perusahaan mendapat tambahan KMK (Kredit Modal Kerja) dalam valuta asing sebesar US$ 548 ribu pada tahun 1997. Kebijakan perusahaan mengkonversi fasilitas pinjaman rupiah menjadi dalam valuta asing didasarkan pada pertimbangan bahwa biaya bunga pinjaman secara riil lebih rendah, sehingga perusahaan dapat menghemat biaya bunga. Pada tahun 1997 terjadi krisis moneter dimana nilai US Dollar mengalami apresiasi hingga pernah mencapai Rp.16.000/US Dolar, Hal tersebut mengakibatkan kenaikan pinjaman valuta asing perusahaan terhadap bank dalam nilai mata uang rupiah meningkat cukup signifikan. Sementara itu pendapatan perusahaan tidak serta merta dapat naik. Akibatnya perusahaan tidak mampu memenuhi kewajiban pinjaman/kredit sebagaimana mestinya.
dc.publisherIPB Universityid
dc.subject.ddcManajemen Keuanganid
dc.titleKajian Peranan Hedging Dalam Mengurangi Resiko Kerugian Perusahaan Yang Memiliki Kredit Valas : Studi Kasus Pt. Dsiid
dc.subject.keywordResiko Kreditid
dc.subject.keywordValuta Asingid
dc.subject.keywordPt. Dsiid
dc.subject.keywordPenyelamatan Kreditid
dc.subject.keywordRestrukturisasi Kursid
dc.subject.keywordHedgingid
dc.subject.keywordRisiko, Kredit
dc.subject.keywordValuta Asing
dc.subject.keywordPT.DSI
dc.subject.keywordPenyelamatan Kredit
dc.subject.keywordRestrukturisasi
dc.subject.keywordKurs
dc.subject.keywordHedging
Appears in Collections:MT - Business

Files in This Item:
File SizeFormat 
E8HAL
  Restricted Access
3.18 MBUnknownView/Open


Items in DSpace are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.