Please use this identifier to cite or link to this item: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/156077
Full metadata record
DC FieldValueLanguage
dc.contributor.advisorSanim, Bunasor
dc.contributor.advisorSaptono, Imam Teguh
dc.contributor.authorWahjono, Djoko
dc.date.accessioned2024-08-06T06:45:45Z
dc.date.available2024-08-06T06:45:45Z
dc.date.issued2002
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/156077
dc.description.abstractSektor industri sebagai salah satu indikator pertumbuhan ekonomi nasional sejak Juli 1997 yang lalu mengalami pertumbuhan yang menurun akibat krisis ekonomi nasional yang berkepanjangan. Perkembangan sektor industri selama terjadi krisis monster membawa dampak terhadap penurunan kinerja sektor ini, yang salah satunya terlihat pada penurunan kontribusi terhadap Pendapatan Domestik Bruto (PDB). lndikasi PDB memperlihatkan laju pertumbuhan sektor industri periods 1997-1998 menurun atau bahkan negatif. Pertumbuhan sektor usaha yang masih positif adalah sektor pertanian karena sektor ini berbasis pada sumberdaya lokal. Sektor pertanian merupakan peluang pengembangan industri nasional sekarang. Salah satunya adalah industri olahan komoditi kakao. Kakao merupakan salah satu komoditi pertanian yang mempunyai nilai ekonomi paling tinggi di mata konsumen. Produksi kakao dalam negeri dalam hal ini kakao biji (cacao bean) secara umum hanya dikonsumsi langsung oleh industri pengolahan kakao biji yang memproduksi kakao powder dan kakao butter. Sedangkan menurut beberapa pelaku bisnis kakao ini, pengolahan kako di Indonesia sebenarnya cukup prospektif dilihat dari pasarnya. Selain pasar dalam negeri produk olahan kakao biji berupa kakao powder dan kakaci butter Indonesia dewasa ini juga telah diekspor ke berbagai negara. Bahkan hasil dari · penelitian, porsi ekspornya jauh lebih tinggi dibandingkan dengan untuk pasar dalam negeri. Kegiatan produksi PT. Cacao Wangi Murni saat ini secara keseluruhan dilakukan kurang optimal, baik dalam penggunaan mesin maupun kapasitas produk tercapainya. Kendala yang sedang dihadapi saat ini berkaitan dengan produksi adalah meningkatnya harga bahan baku kakao yang fluktuasi harganya mengikuti harga internasional. Hal ini terjadi akibat dari merosotnya. nilai rupiah terhadap US$ yang membuat kalangan produsen kako biji mengekspor produksinya sehingga industri pengolahan kakao kesulitan untuk mendapatkan bahan baku biji kakao dari supplier bahan bakunya. Pada tahun 1996, perusahaan membukukan penjualan sebesar Rp. 30,2 milliar, tahun 1997 mengalami kenaikan sebesar 57, 12% menjadi Rp. 47,5 milliar dan tahun 1998 naik sebesar 26,80% menjadi sebesar Rp. 60,2 milliar. Tetapi, pada tahun 1999 (sampai dengan 15ulan September 1999) baru mencapai Rp. 35,0 milliar atau baru mencapai 41,87% dari nilai penjualan tahun 1998. Sedangkan secara volume penjualan dari tahun 1996 sebesar 6.493, 1 ton, tahun 1997 mengalami kenaikan 42, 10% ...dst.
dc.publisherIPB Universityid
dc.subject.ddcManajemen Keuanganid
dc.titleAnalisis Portofolio Produk Hasil Olahan Kakao Pt. Cacao Wangi Murniid
dc.subject.keywordProduk Hasil Olahan Kakaoid
dc.subject.keywordPt. Cacao Wangi Murniid
dc.subject.keywordKakao Powderid
dc.subject.keywordKakao Butterid
dc.subject.keywordMetode Deskriptif Analisis Ife/Efeid
dc.subject.keywordAnalisis Swotid
dc.subject.keywordAnalisis Ge'Sid
dc.subject.keywordPortofolio Produk
dc.subject.keywordCoklat.
Appears in Collections:MT - Business

Files in This Item:
File SizeFormat 
E6BDWO
  Restricted Access
3.91 MBUnknownView/Open


Items in DSpace are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.