Please use this identifier to cite or link to this item:
http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/155900Full metadata record
| DC Field | Value | Language |
|---|---|---|
| dc.contributor.advisor | Sumarwan, Ujang | |
| dc.contributor.advisor | Suroso, Arif Iman | |
| dc.contributor.author | Pudyastomo, Purnomo | |
| dc.date.accessioned | 2024-08-06T06:42:38Z | |
| dc.date.available | 2024-08-06T06:42:38Z | |
| dc.date.issued | 2001 | |
| dc.identifier.uri | http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/155900 | |
| dc.description.abstract | Pada dekade tahun 1980-an perkembangan industri perbankan Indonesia mengalami pertumbuhan yang pesat. Hal ini disebabkan perhatian pemerintah yang besar terhadap industri ini, seperti yang dituangkan dalam beberapa kebijaksanaan yang bertujuan untuk memacu pertumbuhan perbankan. Dengan digulirkannya Pakto 88, banyak bank baru yang bermunculan, demikian juga bank yang telah ada berlomba-lomba melakukan ekspansi dengan menambah kantor cabang. Kenyataannya penambahan jumlah bank tersebut tidak diimbangi dengan kualitas manajemen yang memadai. Hal ini terbukti pada saat terjadi krisis ekonomi banyak bank mengalami kebangkrutan, yang akhirnya dilikuidasi. Salah satu penyebabnya adalah tingginya angka kredit macet khususnya untuk segmen wholesale. Bank KITA sebagai salah satu bank terbesar di Indonesia, tidak luput dari pengaruh krisis ekonomi tersebut, bahkan sampai menderita kerugian. Kredit macet Bank KITA yang dilimpahkan ke BPPN untuk tahap pertama adalah sebesar Rp. 19,5 trilyun (tahun 1999), sedangkan tahap II sebesar Rp. 13,92 trilyun (tahun 2000). Segmen kredit yang paling terpengaruh adalah pada wholesale market dan yang relatif dapat bertahan terhadap krisis adalah ritel market. Kualitas kredit wholesale, middle dan ritel pada tahun 1998 berturut-turut adalah 28,90%, 63,64% dan 91,65%. Sedangkan pada tahun 2000 kualitas kredit tersebut berturut-turut adalah 47,07%, 95,09% dan 96,50%. Dari angka kualitas kredit ini dapat dilihat betapa rentannya kinerja segmen wholesale dan middle market terhadap krisis ekonomi, sebaliknya segmen ritel cukup dapat bertahan. Berdasarkan hal-hal tersebut di atas perlu dilakukan analisis terhadap strategi pemasaran kredit Bank KITA setelah krisis. Hal ini untuk mengantisipasi secara dini atas ketidakpastian ekonomi yang saat ini masih sangat terasa. Permasalahan utama yang dihadapi Bank KITA adalah Non Performing Loan (NPL) yang relatif besar, kualitas kredit yang buruk dibandingkan dengan pesaing, dan orientasi penyaluran kredit yang tidak tepat yakni mayoritas ke segmen wholesale. Agar penelitian ini dapat lebih fokus, maka berdasarkan permasalahan tersebut dibuat beberapa perumusan masalah, bagaimanakah positioning kredit Bank KITA diantara pesaing, Bagaimanakah positioning masing-masing produk kredit terhadap total kredit Bank KITA, apakah strategi pemasaran kredit yang diterapkan saat ini telah sesuai dalam mengatasi persaingan di industri perbankan yang semakin ketat, strategi pemasaran kredit apa yang tepat ditinjau dari kedudukan Bank KITA dalam industri, misi dan tujuan perusahaan, peluang serta sumberdaya yang dimiliki,......dst. | |
| dc.publisher | IPB University | id |
| dc.subject.ddc | Manajemen Pemasaran | id |
| dc.title | Analisis Strategi Pemasaran Kredit Bank Kita" Pasca Krisis" | id |
| dc.subject.keyword | Kredit | |
| dc.subject.keyword | Bank KITA | |
| dc.subject.keyword | Manajemen Pemasaran | |
| dc.subject.keyword | Strategi Pemasaran | |
| dc.subject.keyword | Segmentation Targetting Positioning (STP) | |
| dc.subject.keyword | Marketing Mix | |
| dc.subject.keyword | BCG Matriks | |
| dc.subject.keyword | SWOT | |
| dc.subject.keyword | Analisis Rantai Nilai | |
| Appears in Collections: | MT - Business | |
Items in DSpace are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.