Please use this identifier to cite or link to this item: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/155775
Title: Dialog dan Kolaborasi untuk Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan di Provinsi Sumatera Selatan
Other Titles: 
Authors: Lubis, Djuara P.
Sadono, Dwi
Saharjo, Bambang Hero
Waluyo, Efendi Agus
Issue Date: 2024
Publisher: IPB University
Abstract: Provinsi Sumatera Selatan merupakan salah satu wilayah di Indonesia yang selalu mengalami kejadian kebakaran hutan dan lahan (karhutla) berulang. Upaya pengendalian karhutla telah banyak dilakukan oleh berbagai pihak baik pemerintah, swasta maupun organisasi masyarakat sipil dengan melibatkan masyarakat meskipun kurang memberikan hasil yang maksimal karena koordinasi multi instansi pemerintah masih lemah. Mekanisme koordinasi yang efektif dalam berkolaborasi masih perlu dikaji mulai dari pusat, provinsi hingga tingkat tapak (desa). Salah satu hal yang penting dalam proses kolaborasi agar bisa berjalan yaitu komunikasi untuk menumbuhkan pemahaman yang sama. Adanya pemahaman bersama/saling pengertian (mutual understanding) dalam pendekatan komunikasi, akan mendorong kesepakatan bersama (mutual agreement) dan pada akhirnya akan menciptakan tindakan bersama (collective action). Suatu kerangka kerja (framework) baru dalam komunikasi lingkungan, yaitu komunikasi lingkungan partisipatoris (Participatory Environmental Communication/PEC) yang terdiri dari tiga elemen penting yaitu keberagaman (Diversity), jaringan (Network), dan agensi (Agency) yang disingkat dengan istilah DNA PEC untuk mendorong dialog dan kolaborasi. Berdasarkan latar belakang di atas penelitian ini bertujuan untuk: (1) Menganalisis fenomena karhutla dan pemangku kepentingan yang terlibat dalam pengendaliannya; (2) Menganalisis DNA komunikasi lingkungan partisipatoris dalam pengendalian karhutla; (3) Menganalisis proses dialog dan kolaborasi para pemangku kepentingan yang terlibat dalam pengendalian karhutla. Metode kualitatif dengan paradigma konstruktif digunakan dalam penelitian ini. Penelitian ini menggunakan pendekatan studi kasus instrumental multikasus (multiple-case study). Lokasi yang penelitian ini adalah tiga desa di Provinsi Sumatera Selatan. Penentuan lokasi dilakukan secara purposive berdasarkan kejadian karhutla tahun 2015, 2019, dan menjadi lokasi prioritas dalam usaha pengendalian karhutla oleh instansi baik pemerintah, swasta maupun LSM. Ketiga desa tersebut, yaitu: (1) Desa Gelebak Dalam Kecamatan Rambutan Kabupten Banyuasin (2) Desa Deling Dalam Kecamatan Pangkalan Lampam Kabupaten Ogan Komering (OKI) dan (3) Desa Jejawi Kecamatan Jejawi Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI). Penelitian ini dilakukan pada Februari sampai Juni 2023. Ada 2 (dua) macam data dalam penelitian ini, yaitu data primer dan data sekunder. Data primer dikumpulkan melalui wawancara mendalam (in-dept interview), observasi lapangan, kajian historis, diskusi kelompok, dan dokumentasi. Data sekunder diperoleh melalui studi pustaka. Penentuan informan penelitian ini dilakukan secara sengaja (purposive) yaitu seluruh pemangku kepentingan yang terlibat dalam pengendalian karhutla dan informan kunci baru di lapangan ditentukan secara snowball. Data dalam penelitian ini disajikan dan diilustrasikan dalam beberapa bentuk tabel, grafik, bagan, gambar, dan teks. Hasil penelitian menunjukkan bahwa karhutla di Provinsi Sumatera Selatan terjadi akibat aktivitas manusia terutama tradisi pembukaan lahan dengan menggunakan api. Upaya pengendalian telah lama dilakukan sejak abad ke-17 sampai dengan saat ini. Pemangku kepentingan yang terlibat dalam pengendalian karhutla di tiga desa berbeda-beda. Di Desa Gelebak Dalam pemangku kepentingan utama dalam upaya pengendalian karhutla adalah TNI dan Kades, masyarakat desa, POLRI dan swasta sedangkan di Desa Jejawi, pemangku kepentingan utamanya yaitu DAOPS Manggala AGNI (KLHK), ITTO, MPA, Kades, dan masyarakat. Sementara di Desa Deling, pemangku kepentingan utamanya adalah DAOPS Manggala AGNI (KLHK), MPA/KTPA, NGO, Kades, dan swasta. DNA komunikasi lingkungan partisipatoris akan mendorong komunikasi konvergensi dari mutual understanding ke mutual agreement sampai dengan collective action. Hasil analisis DNA PEC menunjukkan bahwa Desa Gelebak Dalam memperlihatkan DNA yang tinggi secara keseluruhan baik keberagaman, jaringan maupun agensi sedangkan di Desa Jejawi dalam kategori sedang di mana hanya agensi yang tinggi sedangkan elemen lainnya sedang. Desa dengan DNA paling rendah yaitu Deling di mana jaringan dan agensinya rendah, hanya keberagamannya yang sedang. DNA yang tinggi secara keseluruhan menjadi landasan yang kuat bagi terciptanya dialog dan kolaborasi. Desa Gelebak Dalam, proses dialog dan kolaborasi dapat berjalan dengan baik begitu juga dengan di Desa Jejawi sedangkan di Desa Deling proses dialog dan kolaborasi mengalami kendala karena rendahnya DNA. Agensi dan jaringan merupakan elemen DNA yang paling berperan dalam mempercepat dialog dan kolaborasi. DNA yang tinggi secara keseluruhan memungkinkan adanya pemahaman bersama yang lebih baik, yang kemudian dapat berkembang menjadi kesepakatan bersama, dan akhirnya berujung pada tindakan kolektif yang efektif. Hal ini menunjukkan bahwa keberhasilan komunikasi konvergensi sangat dipengaruhi oleh tingkat DNA dari sebuah komunitas. Strategi komunikasi untuk meningkatkan partisipasi dalam pengendalian karhutla dapat diterapkan melalui penguatan jaringan dan agensi dengan beberapa pendekatan. Pertama, meningkatkan agensi melalui dialog tatap muka (face-to-face dialogue) antar pemangku kepentingan dengan pertemuan rutin secara informal di desa. Dialog yang dimaksud di sini mengarah pada dialog berbasis lahan, di mana fokus utama adalah pada pemanfaatan dan pengelolaan lahan secara berkelanjutan untuk mencegah karhutla. Pertemuan rutin dapat diadakan secara bulanan atau triwulanan, menciptakan suasana yang nyaman dan terbuka sehingga meningkatkan kepercayaan dan kolaborasi antar pemangku kepentingan. Kedua, meningkatkan peran Masyarakat Peduli Api (MPA) dengan meningkatkan insentifnya. Insentif yang bervariasi seperti tunjangan harian, penghargaan bulanan, pelatihan keterampilan tambahan, dan pengakuan resmi dari pemerintah atau lembaga terkait akan memotivasi anggota MPA untuk lebih aktif dan berkomitmen dalam upaya pencegahan dan penanggulangan karhutla. Penerapan strategi-strategi komunikasi ini, partisipasi dan kesadaran masyarakat dalam pengendalian karhutla diharapkan dapat meningkat secara signifikan, menciptakan lingkungan yang lebih aman dan lebih sadar akan bahaya karhutla.
URI: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/155775
Appears in Collections:DT - Human Ecology

Files in This Item:
File Description SizeFormat 
cover_I3602202016_70501ec3702a41b485d8e38251b4eddd.pdfCover5.45 MBAdobe PDFView/Open
fulltext_I3602202016_12f0645cf8554dceb199a9ac90345ba2.pdf
  Restricted Access
Fulltext5.44 MBAdobe PDFView/Open
lampiran_I3602202016_40e7f3fd492b4a49b7483eb4278074ff.pdf
  Restricted Access
Lampiran5.56 MBAdobe PDFView/Open


Items in DSpace are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.