Please use this identifier to cite or link to this item: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/155443
Full metadata record
DC FieldValueLanguage
dc.contributor.advisorWijayanto, Nurheni
dc.contributor.advisorBatubara, Irmanida
dc.contributor.advisorSupriyanto
dc.contributor.authorIndriyatno
dc.date.accessioned2024-08-02T06:37:23Z
dc.date.available2024-08-02T06:37:23Z
dc.date.issued2024
dc.identifier.urihttp://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/155443
dc.description.abstractPulau Lombok, terletak di zona cincin api atau ring of fire, sangat rentan terhadap bencana alam seperti gempa bumi, tsunami, gerakan tanah, letusan gunung berapi, banjir dan kekeringan. Pada 5 Agustus 2018, gempa bumi berkekuatan 7.0 Mw (magnitudo momen) mengakibatkan kerusakan besar dengan 71.962 unit rumah rusak, 417.529 pengungsi, kerusakan pada fasilitas pendidikan dan kesehatan, serta infrastruktur yang hancur. Dalam kondisi pasca bencana, masyarakat menghadapi kekurangan obat-obatan, makanan dan air bersih, sehingga mereka memanfaatkan sumber daya alam setempat sebagai solusi sementara. Dalam situasi ini obat-obatan dan pangan menjadi prioritas utama. Tumbuhan obat di lokasi bencana dapat digunakan sebagai pengobatan alternatif jika obat-obatan medis belum tersedia. Keberlanjutan penyediaan obat-obatan dan pangan sangat penting untuk mengatasi situasi darurat hingga bantuan datang. Sumber tumbuhan obat dan pangan seringkali dikelola melalui sistem agroforestri, yang dibangun berdasarkan kearifan lokal dan mempertimbangkan agroklimatologi setempat di Pulau Lombok. Pulau Lombok memiliki enam tipe iklim yang memengaruhi dominasi dan komposisi vegetasi penyusunnya: B2, C2, C3, D3, D4 dan E. Tipe iklim ini berpengaruh terhadap pemilihan jenis dan waktu tanam dalam sistem agroforestri. Namun, keberlanjutan sistem agroforestri di berbagai tipe iklim di Pulau Lombok belum banyak dipelajari. Evaluasi mendalam sistem agroforestri di Pulau Lombok diperlukan untuk mempertahankan kelestarian ekologi, ekonomi dan sosial sebagai bagian dari mitigasi dan adaptasi terhadap bencana alam. Pengembangan kriteria dan indikator keberlanjutan agroforestri telah dikaji berdasarkan aspek ekologi, ekonomi dan sosial. Analisis multi aspek digunakan untuk menentukan skenario keberlanjutan moderat dan ambisius. Adopsi dari literatur dan eksplorasi indikator sistem agroforestri dilakukan untuk menemukan tingkat keberlanjutan berbagai system agroforestri pasca bencana gempa bumi di Pulau Lombok serta merumuskan skenario berkelanjutan yang sesuai. Keberlanjutan sistem agroforestri yang dibangun oleh masyarakat diharapkan mampu berkontribusi dalam membangun desa tangguh bencana sesuai yang diamanatkan oleh Peraturan Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 1 Tahun 2012 tentang Pedoman Umum Desa Tangguh Bencana. Sistem agroforestri berkelanjutan diharapkan dapat meningkatkan kelenturan desa tangguh bencana dalam menghadapi ancaman bencana gempa bumi di kemudian hari. Tujuan umum dari penelitian ini adalah menganalisis kelenturan sistem agroforesti berkelanjutan di Pulau Lombok dalam menghadapi ancaman bencana gempa bumi, sedangkan tujuan khusus untuk menganalisis: (1) Etnobotani tumbuhan obat dan mengeksplorasi senyawa aktif minyak atsiri yang dimanfaatkan dalam situasi pasca bencana, (2) keanekaragaman, etnobotani dan kandungan nutrisi Dioscorea untuk ketahanan pangan pasca bencana di Pulau Lombok, (3) Tingkat keberlanjutan sistem agroforestri pasca bencana gempa bumi di Pulau Lombok. Penelitian ini mencakup tiga bagian: (1) Pemanfaatan tumbuhan obat pasca bencana gempa bumi, (2) Keanekaragaman, etnobotani, dan kandungan nutrisi Dioscorea untuk ketahanan pangan pasca bencana di Pulau Lombok, dan (3) Sistem agroforestri berkelanjutan pasca bencana di Pulau Lombok. Metode yang digunakan meliputi eksplorasi, wwawancara, analisis laboratorium dan analisis deskriptif. Penelitian pertama fokus pada penggunaan tanaman obat dengan pendekatan etnobotani, termasuk tumbuhan beraroma dalam sistem agroforestri, yang diekstraksi melalui distilasi dan dianalisis menggunakan gas chromatography-mass spectrometry (GCMS). Penelitian kedua menggunakan rancangan eksplorasi untuk studi etnobotani, identifikasi tumbuhan dan analisis nutrisi dengan uji proksimat. Penelitian ketiga menginventarisasi sistem agroforestri di Pulau Lombok menggunakan petak tunggal sepanjang 100 m dengan ukuran petak 20 m x 20 m, kemudian menganalisis indeks keanekaragaman jenis, kekayaan jenis dan kemerataan jenis untuk menilai tingkat keberlanjutannya pasca bencana gempa bumi. Petak contoh diletakkan di 7 desa (Desa Batulayar, Desa Malaka, Desa Bentek, Desa Bayan, Desa Sajang, Desa Sugian dan Desa Sedau). Sistem agroforestri dikelompokkan menjadi tidak berkelanjutan, kurang berkelanjutan dan cukup berkelanjutan, kemudian dilanjutkan dengan upaya meningkatkan keberlanjutan melalui skenario moderat dan ambisius. Penelitian 1 menunjukkan jenis tumbuhan obat yang dimanfaatkan oleh masyarakat di areal pasca bencana sebanyak 97 jenis tanaman obat yang berasal dari 44 famili, dengan komposisi 4 famili dominan Zingiberaceae 11 %, Myrtaceae 6%, Poaceae 5 % dan Lamiaceae 5% dan famili lainnya dibawah 5 %. Tumbuhan obat yang dimanfaatkan pasca bencana dan mengandung minyak atsiri sebanyak 29 jenis (31 %). Kayu putih yang tersebar pada 4 tipe iklim dengan rendemen 1-1,2 % memiliki kandungan 1,8 cineol antara 40,93 %-64,00 %. Rendemen minyak kayu putih pada 6 tipe iklim umur 2 tahun sebesar 1 % dengan kandungan 1,8 cineol sebesar 0 – 45,46 %. Variasi kandungan 1.8 cineol tersebut dapat disebabkan oleh sumber benih yang digunakan bukan dari hasil pemuliaan tanaman dan kondisi iklim yang terlalu kering. Penelitian ke 2 menunjukkan keanekaragaman 12 jenis Dioscorea di Pulau Lombok, dengan 11 jenis dapat dikonsumsi dengan cara direbus sebagai sumber pangan lokal dan satu jenis (D. bulbifera var engal) tidak dapat dikonsumsi (pahit). Jenis yang dapat dikonsumsi yaitu D. bulbifera var kentang, D. alata var uwi sawa, D. alata var lami, D. alata var uwi kuning ampenan, D. alata var uwi putih ampenan, D. alata var uwi ungu dara kunci, D. alata var uwi putih batulayar, D. alata var uwi ungu batulayar, D. esculenta var apiculate var surak dan D. pentaphylla var buyut Genus Dioscorea paling banyak ditemukan pada tipe iklim C3 (8 jenis), diikuti oleh tipe iklim E (5 jenis), D4 (4 jenis), B2 (3 jenis), C2 (1 jenis), dan D3 (1 jenis). Dioscorea tersebut menunjukkan kemampuan adaptasinya yang baik pada berbagai iklim. Dioscorea ditanam dalam sistem agroforestri di Pulau Lombok untuk ketahanan pangan pasca gempa dan dimanfaatkan masyarakat dalam upacara keagamaan dan adat istiadat, yang secara tidak langsung mendukung konservasi genetikanya. Dioscorea kaya nutrisi dengan kandungan karbohidrat (66,09-76,96%), protein (3,79-10,84%), lemak (1,70-9,58%), dan serat (0,32-6,81%). Sebagai pangan lokal, Dioscorea membantu masyarakat Lombok mendapatkan sumber pangan terjangkau, mudah ditanam dan adaptif terhadap lingkungan, sehingga mendukung ketahanan pangan pasca bencana. Penelitian ke 3 penelitian menunjukkan bahwa Pulau Lombok memiliki dua sistem agroforestri sederhana (berbasis kayu putih dan jambu mete) dan empat sistem agroforestri kompleks (berbasis aren, kopi, kakao dan durian). Sistem-sistem agroforestri ini berkontribusi terhadap pembangunan lingkungan, ekonomi, dan sosial, meningkatkan ketahanan masyarakat terhadap bencana alam. Agroforestri di Pulau Lombok disesuaikan dengan kearifan lokal dan tipe iklim setempat untuk mitigasi bencana seperti gempa bumi, tanah longsor, banjir dan gunung meletus. Berdasarkan indeks keberlanjutan, di Pulau Lombok ditemukan tiga kelompok keberlanjutan agroforestri, yaitu: cukup berkelanjutan (Desa Sajang), kurang berkelanjutan (Desa Batulayar, Bentek dan Sedau), dan tidak berkelanjutan (Desa Malaka dan Sugian). Peningkatan keberlanjutan dikaji melalui skenario moderat (>50 %) dan ambisius (>75%). Dalam skenario moderat, Desa Sajang, Batulayar, Bentek, Sedau, dan Sugian termasuk cukup berkelanjutan, sedangkan Desa Malaka kurang berkelanjutan. Pada skenario ambisius, Desa Sajang, Sedau, dan Sugian menjadi sangat berkelanjutan, sedangkan Desa Batulayar, Malaka, dan Bentek hanya cukup berkelanjutan. Tumbuhan obat dan pangan lokal yang ditanam dengan berbagai sistem agroforestri di Pulau Lombok telah berkontribusi penting dalam membangun desa tangguh bencana.
dc.description.sponsorshipBeasiswa BPDN (Beasiswa Pendidikan Dosen Indonesia)
dc.language.isoid
dc.publisherIPB Universityid
dc.titleKetahanan Obat dan Pangan Masyarakat melalui Sistem Agroforestri Berkelanjutan Pasca Bencana Gempa Bumi di Pulau Lombokid
dc.title.alternativeKetahanan Obat dan Pangan Masyarakat melalui Sistem Agroforestri Berkelanjutan Pasca Bencana Gempa Bumi di Pulau Lombok
dc.typeDisertasi
dc.subject.keywordmedicinal plantsid
dc.subject.keywordlocal food sourcesid
dc.subject.keywordethnobotany,id
dc.subject.keywordessential oilid
dc.subject.keywordagroforestry system scenario.id
Appears in Collections:DT - Forestry

Files in This Item:
File Description SizeFormat 
cover_E461190041_e533da8046904ecd8e67a3820641f78f.pdfCover4.5 MBAdobe PDFView/Open
fulltext_E461190041_c2fb741b31f94fba9fbbd5cd82067ffa.pdf
  Restricted Access
Fulltext4.44 MBAdobe PDFView/Open
Lampiran_E461190041.pdf
  Restricted Access
Lampiran514.46 kBAdobe PDFView/Open


Items in DSpace are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.