Seksualitas Remaja: Pengaruh Faktor Religiusitas, Edukasi Seksualitas, Referensi Media Sosial dan Kelekatan Teman Sebaya

Abstract

Remaja adalah fase seseorang secara signifikan mengalami perubahan dan kematangan pada seksualitasnya. Hal tersebut memengaruhi remaja untuk bereksplorasi, salah satunya melalui akses media dan interaksi teman sebaya. Remaja berusaha mengikuti sikap, nilai, dan perilaku temannya. Banyak remaja mencari informasi tentang seksualitas melalui pesan media sosial yang diminati dan disukai karena sudah tersedia di berbagai platform media sosial. Namun, ternyata faktor seperti paparan informasi seksual dari media, tekanan teman sebaya untuk mencoba hal baru, dan kurangnya kontrol orang tua seringkali membuat remaja terjerumus ke dalam perilaku seksual yang menyimpang. Selain teman dekat dan media informasi, keyakinan agama dan interaksi orang tua juga menjadi faktor yang memengaruhi, yaitu semakin tinggi keyakinan agama maka semakin rendah intensitas perilaku seksual di luar norma. Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh karakteristik keluarga, karakteristik remaja, religiusitas, edukasi seksualitas, referensi media sosial dan kelekatan teman sebaya terhadap seksualitas remaja. Secara khusus, penelitian ini bertujuan untuk: 1) mengidentifikasi karakteristik keluarga, karakteristik remaja, religiusitas, edukasi seksualitas orang, referensi media sosial, kelekatan teman sebaya dan seksualitas remaja; 2) menganalisis perbedaan religiusitas, edukasi seksualitas, referensi media sosial, kelekatan teman sebaya dan seksualitas remaja; 3) menganalisis hubungan karakteristik keluarga, karakteristik remaja, religiusitas, edukasi seksualitas, referensi media sosial, kelekatan teman sebaya dan seksualitas remaja; 4) menganalisis pengaruh karakteristik keluarga, karakteristik remaja, religiusitas, edukasi seksualitas, referensi media sosial, dan kelekatan teman sebaya terhadap seksualitas remaja. Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Tangerang melibatkan 180 contoh yang terdiri atas 60 siswa SMA kelas 10 dan kelas 11, 60 siswa SMK kelas 10 dan kelas 11, serta 60 siswa MA kelas 10 dan kelas 11 dengan perbandingan contoh laki-laki dan perempuan 50:50. Teknik penarikan contoh menggunakan metode stratified non proportional random sampling. Penelitian dilakukan dengan metode wawancara menggunakan kuesioner. Data yang telah dikumpulkan selanjutnya diolah melalui proses editing, coding, scoring, entry, cleaning melalui Microsoft Office Excel dan analyzing melalui Statistical SPSS dan Smart-PLS. Analisis data yang dilakukan mencakup analisis deskriptif untuk mengidentifikasi sebaran jawaban contoh yakni jumlah, persentase, nilai rataan, standar deviasi, nilai minimum, dan nilai maksimum dari variabel yang kemudian ditransformasikan ke dalam skor indeks yang dikategorikan berdasarkan cut-off point, uji Pearson untuk menganalisis hubungan antar variabel dan analisis SEM (Structural Equation Modelling) digunakan untuk mengetahui pengaruh baik secara langsung, maupun tidak langsung variabel-variabel laten baik endogenous maupun eksogenous. Hasil penelitian didapatkan rata-rata usia remaja adalah 16.23 tahun, rata-rata usia ayah dan ibu adalah 43.33 tahun dan 42.97 tahun. Rata-rata pendidikan ayah dan ibu adalah 10.82 tahun dan 10.35 tahun. Rata-rata pendapatan keluarga adalah Rp.4.836.388,00. Remaja dalam penelitian ini memiliki religiusitas yang tinggi, baik pada dimensi keyakinan Islam maupun amalan wajib dalam Islam. Edukasi seksualitas yang dilakukan ayah terkategori rendah baik pada dimensi edukasi kesehatan reproduksi maupun edukasi tentang risiko. Edukasi seksualitas ibu juga terkategori sedang, kecuali pada dimensi edukasi tentang risiko yang terkategori rendah. Referensi media sosial remaja pada penelitian ini terkategori sedang, baik pada dimensi referensi positif di media sosial maupun dimensi referensi negatif di media sosial. Pada variabel kelekatan teman sebaya, dimensi kepercayaan, kelekatan, keterlibatan dan tuntunan juga terkategori sedang. Pada dimensi seksualitas, seluruh dimensi terkategori tinggi kecuali pada dimensi orientasi seksual yang terkategori sedang. Hasil penelitian menunjukkan tidak adanya perbedaan religiusitas, edukasi seksualitas ayah dan ibu, referensi media sosial dan kelekatan teman sebaya antara remaja laki-laki dan remaja perempuan. Selanjutnya, edukasi seksualitas ayah pada dimensi edukasi kesehatan reproduksi berhubungan positif dengan lama pendidikan ibu, edukasi seksualitas ibu pada dimensi edukasi kesehatan reproduksi berhubungan positif dengan lama pendidikan ayah. Variabel religiusitas berhubungan positif dengan referensi media sosial. Edukasi seksualitas ayah berhubungan positif dengan edukasi seksualitas ibu, referensi media sosial, kelekatan teman sebaya dan seksualitas remaja. Edukasi seksualitas ayah berhubungan positif dengan referensi media sosial, kelekatan teman sebaya dan seksualitas remaja. Referensi media sosial berhubungan positif dengan seksualitas remaja. Kelekatan teman sebaya berhubungan positif dengan seksualitas remaja. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel karakteristik keluarga yang terdiri dari lama pendidikan ayah dan ibu berpengaruh positif terhadap edukasi seksualitas yang dilakukan ayah. Religiusitas berpengaruh positif terhadap referensi media sosial. Edukasi seksualitas yang dilakukan ayah dan ibu berpengaruh langsung terhadap kelekatan teman sebaya. Referensi media sosial dan kelekatan teman sebaya berpengaruh langsung terhadap seksualitas remaja. Karakteristik keluarga, religiusitas, edukasi seksualitas yang dilakukan ayah dan ibu berpengaruh tidak langsung terhadap seksualitas remaja. Manfaat penelitian ini bagi keluarga adalah persiapan dalam menghadapi tantangan pendidikan dan pengasuhan masa kini yang terkait dengan seksualitas remaja, yakni melalui peningkatan edukasi seksualitas yang dilakukan orang tua kepada remaja, pantauan orang tua terhadap pergaulan teman sebaya dan penggunaan media sosial. Pemerintah, lembaga yang bergerak dalam bidang pendidikan dan hak anak diharapkan mampu menyusun kurikulum yang turut membangun karakter remaja yang memiliki identitas yang ajeg serta memahami konsep seksualitas yang baik dan benar yang sesuai dengan landasan agama dan landasan idil bangsa, peningkatan kualitas konten yang berkaitan dengan edukasi seksualitas yang baik dan benar di media sosial.

Adolescence is a phase in which a person experiences significant sexual change and maturity. This influences teenagers to explore, one of which is through media access and peer interaction. Teenagers try to follow the attitudes, values and behavior of their friends. Many teenagers look for information about sexuality through social messaging media which is popular and preferred because it is available on various social media platforms. However, it turns out that factors such as exposure to sexual information from the media, peer pressure to try new things, and lack of parental control often make teenagers fall into deviant sexual behavior. Apart from close friends and information media, religious beliefs and parental interactions are also influencing factors, namely the higher the religious belief, the lower the intensity of sexual behavior outside the norm. In general, this research aims to determine the influence of family characteristics, adolescent characteristics, religiosity, sexuality education, social media references, and peer attachment on adolescent sexuality. Specifically, this research aims to: 1) identify family characteristics, adolescent characteristics, religiosity, people's sexuality education, social media references, peer attachment, and adolescent sexuality; 2) analyze the difference between family characteristics, adolescent characteristics, religiosity, sexuality education, social media references, peer attachment, and adolescent sexuality; 3) analyze the relationship between family characteristics, adolescent characteristics, religiosity, sexuality education, social media references, peer attachment, and adolescent sexuality; 4) analyze the influence of family characteristics, adolescent characteristics, religiosity, sexuality education, social media references, and peer attachment on adolescent sexuality. This research was conducted in Tangerang Regency involving 180 samples consisting of 60 high school students in grades 10 and 11, 60 vocational students in grades 10 and 11, and 60 MA students in grades 10 and 11 with a male to female sample ratio of 50:50. The sampling technique uses a stratified non-proportional random sampling method. The research was conducted using the interview method using a questionnaire. The data that has been collected is then processed through the process of editing, coding, scoring, entry, cleaning via Microsoft Office Excel and analyzing via Statistical SPSS and Smart-PLS. The data analysis carried out includes descriptive analysis to identify the distribution of sample answers, namely number, percentage, average value, standard deviation, minimum value and maximum value of the variables which are then transformed into index scores which are categorized based on cut-off points, Pearson to analyze the relationship between variables and SEM (Structural Equation Modeling) analysis is used to determine the influence, both directly and indirectly, of latent variables, both endogenous and exogenous. The results of the study showed that there were no differences in religiosity, father's and mother's sexuality education, social media references and peer attachment between male and female adolescents. The research results also showed that the average age of teenagers was 16.23 years, the average age of fathers and mothers was 43.33 years and 42.97 years. The average education of fathers and mothers is 10.82 years and 10.35 years. The average family income is IDR 4,836,388.00. Adolescents in this study had high religiosity, both in the dimensions of Islamic beliefs and obligatory practices in Islam. Sexuality education carried out by fathers is categorized as low both in the dimensions of reproductive health education and education about risks. Maternal sexuality education is also categorized as moderate, except for the education dimension about risks which is categorized as low. Adolescent social media references in this study were categorized as moderate in both the positive reference dimension on social media and the negative reference dimension on social media. In the peer attachment variable, the dimensions of trust, attachment, involvement and guidance are also categorized as moderate. In the sexuality dimension, all dimensions are categorized as high except for the sexual orientation dimension which is categorized as moderate. The results of the study showed that father's sexuality education in the reproductive health education dimension was positively related to the mother's years of education, mother's sexuality education in the reproductive health education dimension was positively related to the father's years of education. The religiosity variable is positively related to social media references. Father's sexuality education is positively related to mother's sexuality education, social media references, peer attachment and adolescent sexuality. Father's sexuality education is positively related to social media references, peer attachment and adolescent sexuality. Social media references are positively related to adolescent sexuality. Peer attachment is positively related to adolescent sexuality. The results of the research show that the family characteristic variable consisting of the father's and mother's years of education has a positive influence on the father's sexuality education. Religiosity has a positive effect on social media references. Sexuality education carried out by fathers and mothers has a direct effect on peer attachment. Social media references and peer attachment have a direct influence on adolescent sexuality. Family characteristics, religiosity, and sexuality education provided by fathers and mothers have an indirect effect on adolescent sexuality. The benefit of this research for families is preparation in facing current educational and parenting challenges related to adolescent sexuality, namely through increasing sexuality education carried out by parents for adolescents, parental monitoring of peer interactions and use of social media. The government, institutions working in the field of education and children's rights are expected to be able to develop a curriculum that helps build the character of teenagers who have a stable identity and understand the concept of good and correct sexuality in accordance with religious foundations and national ideals, improving the quality of content related to education. good and correct sexuality on social media.