Kerentanan Pulau Pramuka Berdasarkan Perubahan Garis Pantai

Abstract

Pulau Pramuka sebagai ibukota Kepulauan Seribu banyak menghadapi tantangan perubahan garis pantai oleh kegiatan antropogenik. Pembangunan kembali pelabuhan, reklamasi pantai, pengecoran jalan, pembuatan tanggul erosi, dan rehabilitasi ekosistem pesisir yang dilakukan dapat mengindikasikan adanya penambahan maupun penurunan garis pantai ke arah perairan. Tujuan penelitian ini adalah untuk menilai tingkat kerentanan pulau berdasarkan perubahan garis pantai dan faktor yang mempengaruhi, serta langkah yang tepat untuk mengelolanya. Data garis pantai diambil dari tahun 2002, 2007, 2012, 2017, dan 2022 menggunakan citra satelit Landsat. Dilakukan digitasi pada layar setiap tahun dan ditumpuk menjadi satu untuk dibuat transek penelitian. Penilaian tingkat kerentanan pulau dilakukan dengan penginderaan jarak jauh dengan metode Digital Shoreline Analysis System (DSAS) yang kemudian hasilnya disesuaikan dengan matriks CVI. Dilakukan ground check untuk membandingkan keadaan pulau di citra satelit dengan keadaan sebenarnya berdasarkan tipologi pantai, LULC, dan ekosistem pesisir. Penilaian ini bisa menjadi acuan untuk dapat mengetahui perubahan yang terjadi, penyebab terjadinya perubahan, serta cara mengatasi perubahan yang membuat pulau memiliki tingkat kerentanan yang tinggi atau sebaliknya. Pulau Pramuka mengalami akresi dan berstatus kerentanan sedang selama 20 tahun. Land use dan land cover serta ekosistem pesisir menjadi faktor yang mempengaruhi, sehingga kondisi ekosistem yang ada di sekitar perlu diberikan perhatian khusus.

Pramuka Island as the capital of the Thousand Islands faces many challenges of coastline change by anthropogenic activities. Revitalization of the harbor, coastal reclamation, road casting, erosion embankment, and coastal ecosystem rehabilitation can indicate an increase or decrease in the coastline towards the waters. The purpose of this study is to assess the level of vulnerability of islands based on changes in the shoreline and influencing factors, as well as the best steps to manage them. Coastline data was taken from 2002, 2007, 2012, 2017, and 2022 using Landsat satellite imagery. It is digitized on screen every year and layered together to make the transects. The assessment of the vulnerability level of the island was carried out by remote sensing using the Digital Shoreline Analysis System (DSAS) method, which then the results were adjusted to the CVI matrix. Ground checks were carried out to compare the condition of the island in the satellite image with the actual situation based on the typology of the coast, LULC, and coastal ecosystems. This assessment can be a reference to find out the changes that occur, the causes of the changes, and how to overcome changes that make the island have a high level of vulnerability or vice versa. Pramuka Island has experienced accretion and has been in moderate vulnerability status for 20 years. Land use and land cover as well as coastal ecosystems are the influencing factors, so the condition of the surrounding ecosystem needs to be observed attentively.