Daya Saing, Hambatan Perdagangan, dan Efisiensi Ekspor Produk Teh Indonesia di Pasar Internasional

Abstract

Sejak dikembangkan pada era kolonial Hindia Belanda, produk teh Indonesia telah menjadi salah satu komoditas perkebunan strategis nasional yang berorientasi ekspor. Akan tetapi, kinerja ekspor produk teh Indonesia menunjukkan kecenderungan menurun. Aspek perdagangan berperan vital dalam penurunan kinerja ekspor produk teh Indonesia. Aspek perdagangan tersebut antara lain ketatnya persaingan dalam perdagangan teh internasional, distorsi perdagangan akibat hambatan perdagangan, dan efisiensi ekspor produk teh Indonesia yang belum tercapai. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk (1) menganalisis daya saing dan pengembangan pasar ekspor produk teh Indonesia; (2) mengidentifikasi pemberlakuan hambatan tarif dan non-tarif terhadap produk teh Indonesia; (3) menganalisis determinan ekspor produk teh Indonesia; (4) mengestimasi efisiensi dan potensi ekspor produk teh Indonesia. Penelitian ini menggunakan data panel yang terdiri atas 36 negara tujuan dan 15 tahun periode analisis (2007–2021). Produk teh yang dianalisis merupakan agregasi dari lima produk teh ekspor oleh Indonesia, terdiri atas teh hijau kemasan (HS 090210), teh hijau curah (HS 090220), teh hitam kemasan (HS 090230), teh hitam curah (HS 090240), serta produk ekstrak dan preparasi teh (HS 210120). Penelitian ini menggunakan metode analisis Revealed Comparative Advantage (RCA), Export Product Dynamic (EPD), dan X-model potential export product untuk menganalisis daya saing dan pengembangan pasar ekspor dari produk teh Indonesia. Inventory approach yang terdiri atas frequency ratio dan coverage ratio digunakan untuk mengidentifikasi pemberlakuan hambatan non-tarif, sedangkan identifikasi hambatan tarif dianalisis secara deskriptif. Regresi data panel dengan pendekatan Stochastic Frontier Gravity Model (SFGM) digunakan untuk menganalisis determinan ekspor produk teh Indonesia dan mengestimasi efisiensi serta potensi ekspor produk teh Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa produk teh Indonesia memiliki daya saing kuat di pasar internasional dan lebih unggul dibandingkan Tiongkok, namun lebih lemah dibandingkan India. Secara detail produk, Indonesia berdaya saing kuat pada ekspor produk teh hijau kemasan, teh hijau curah, teh hitam kemasan, dan teh hitam curah, namun tidak berdaya saing pada produk ekstrak dan preparasi teh. Sementara itu, Indonesia memiliki keunggulan kompetitif pada teh hitam kemasan, teh hijau curah, serta produk ekstrak dan preparasi teh. Selain itu, terdapat 28 negara tujuan potensial untuk fokus pengembangan ekspor produk teh Indonesia pada saat ini. Secara rata-rata, tarif produk teh Indonesia di negara tujuan yang telah menyepakati perjanjian perdagangan masih lebih tinggi dibandingkan tarif di negara tujuan yang belum menyepakati perjanjian perdagangan dengan Indonesia. Pada hambatan non-tarif, terdapat 31 negara tujuan ekspor yang teridentifikasi menerapkan hambatan non-tarif berupa Sanitary and Phytosanitary (SPS) dan/atau Technical Barriers to Trade (TBT) terhadap produk teh Indonesia. Hasil estimasi frequency ratio dan coverage ratio, penerapan hambatan SPS untuk produk teh Indonesia lebih banyak dan ketat dibandingkan TBT. Hasil regresi model SFGM menunjukkan bahwa PDB negara tujuan, daya saing produk teh Indonesia (indeks RCA), dan coverage ratio SPS secara signifikan mendorong ekspor produk teh Indonesia. Sementara itu, jarak geografis, nilai tukar, dan tarif impor secara signifikan menghambat ekspor produk teh Indonesia. Hasil estimasi efisiensi ekspor menunjukkan kinerja ekspor produk teh Indonesia belum efisien. Pakistan, Mesir, dan Amerika Serikat menjadi negara tujuan dengan nilai efisiensi ekspor tertinggi, sedangkan Kamboja, Vietnam, dan Mongolia menjadi negara tujuan dengan nilai efisiensi ekspor terendah. Secara rata-rata, Indonesia memiliki potensi ekspor yang belum dimanfaatkan untuk produk teh ke 36 negara tujuan senilai US$ 1,84 miliar per tahun pada 2007–2021. Belum efisiennya kinerja ekspor serta besarnya nilai ekspor potensial yang belum dimanfaatkan tersebut mengindikasikan bahwa Indonesia memiliki peluang besar untuk mengembangkan ekspor produk teh lebih lanjut. Pengembangan ekspor tersebut dapat difokuskan terlebih dahulu pada 28 negara tujuan potensial yang telah berdaya saing. Selain itu, terdapat beberapa strategi yang perlu dilakukan oleh Pemerintah untuk meningkatkan efisiensi ekspor dan mengembangkan ekspor produk teh Indonesia ke negara potensial antara lain (1) menyusun strategi kebijakan pengembangan ekspor teh yang spesifik sesuai dengan daya saing dan posisi perdagangan pada masing-masing negara tujuan; (2) mempertimbangkan faktor yang dapat memengaruhi prospek pasar dan biaya perdagangan (trade cost) dari ekspansi ekspor produk teh Indonesia pengembangan ekspor produk teh Indonesia, yaitu jarak geografis dengan negara tujuan, harga dan kualitas produk teh, tingkat PDB negara tujuan, serta stabilitas nilai tukar negara tujuan; (3) meningkatkan peran perjanjian perdagangan untuk menurunkan faktor behind dan beyond the border constraints dari ekspor produk teh Indonesia.

Since cultivated during the Dutch Indies colonial era, Indonesian tea products have become one of the national strategic plantation commodities with export orientation. However, Indonesian tea products export performance has exhibited a persistent decline. Trade aspect plays a vital role in the decline of Indonesian tea products export performance. These trade aspects encompass fierce competition in the global tea trade, trade distortion due to trade barriers, and unrealized export efficiency of Indonesian tea products. Therefore, this research aims to (1) analyze the export competitiveness and market expansion of Indonesian tea products; (2) identify the enforcement of tariff and non-tariff barriers towards Indonesian tea products; (3) analyze the export determinants of Indonesian tea products; (4) estimate export efficiency and potential of Indonesian tea products. This research uses panel data, comprising 36 destination countries and 15 years analysis period (2007–2021). The analyzed tea products aggregate the five tea products exported by Indonesia, consisting of packaged green tea (HS 090210), bulk green tea (HS 090220), packaged black tea (HS 090230), bulk black tea (HS 090240), as well as tea extract and preparation products (HS 210120). This research employs the Revealed Comparative Advantage (RCA), Export Product Dynamic (EPD), and X-model potential export product to analyze the export competitiveness and market expansion of Indonesian tea products. The inventory approach, consisting of frequency and coverage ratio, is utilized to identify the enforcement of non-tariff barriers, while the tariff barrier is analyzed descriptively. Panel data regression with the Stochastic Frontier Gravity Model (SFGM) approach is used to analyze the determinants of Indonesian tea product exports and estimate the export efficiency and potential of Indonesian tea products. The research results show that Indonesian tea products exhibit strong competitiveness in the international market, outperforming China but falling behind India. Product specifically, Indonesia demonstrates strong competitiveness in exporting packaged green tea, bulk green tea, packaged black tea, and bulk black tea, but lacks competitiveness in tea extract and preparation products. Besides, Indonesia gains a competitive advantage in packaged black tea, bulk green tea, and tea extract and preparation products. In addition, there are 28 potential destination countries for the focus of Indonesian tea products export expansion currently. On average, the tariffs imposed on Indonesian tea products from destination countries that have signed trade agreements are still higher compared to those in destinations without trade agreements with Indonesia. Concerning the non-tariff barriers, 31 export destination countries have been identified as enforcing non-tariff barriers in the form of Sanitary and Phytosanitary (SPS) and/or Technical Barriers to Trade (TBT) measures towards Indonesian tea products. The findings of the frequency ratio and coverage ratio suggest that the SPS measures enforced on Indonesian tea products are more prevalent and stringent compared to the TBT measures. The regression results of the SFGM model demonstrate that the destination countries’ GDP, the competitiveness of Indonesian tea products (RCA index), and the SPS coverage ratio significantly promote Indonesian tea product exports. However, the geographical distance, exchange rates, and import tariffs significantly impede Indonesian tea product exports. The estimation results of export efficiency indicate that the export performance of Indonesian tea products has not reached its efficient level. Pakistan, Egypt, and the United States show the highest export efficiency values, whereas Cambodia, Vietnam, and Mongolia exhibit the lowest export efficiency values. On average, Indonesia has untapped export potential for tea products to its 36 destination countries, amounting to US$1,84 billion annually from 2007 to 2021. The inefficient export performance coupled with the substantial untapped export potential indicates significant opportunities for Indonesia to further expand its tea products export. The export expansion can be primarily focused on the 28 potential destination countries that are already competitive. Additionally, there are several strategies need to be adopted by the Government to improve the export efficiency and expand Indonesian tea products export to potential destination countries includes (1) devising specific export development policies for tea aligned with competitiveness and trade positions in each destination countries; (2) considering factors that can affect market prospects and trade costs of Indonesian tea products export expansion, namely the geographical distance of destination countries, tea products prices and quality, the level of destinations’ GDP, and stability of the destinations’ exchange rate; (3) promoting the effectiveness of trade agreements to reduce behind and beyond the border constraints on Indonesian tea products export.