Please use this identifier to cite or link to this item:
http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/153587| Title: | Stratifikasi Sosial dan Minat Petani Milenial pada Komoditas Sayuran di Kabupaten Bangka Tengah |
| Other Titles: | Social Stratification and Interest of Millennial Farmers' in Vegetable Commodities in Central Bangka Regency |
| Authors: | Kolopaking, Lala M. Sjaf, Sofyan Saputra, Andika |
| Issue Date: | 2024 |
| Publisher: | IPB University |
| Abstract: | Persentase tenaga kerja sektor pertanian di Indonesia selalu mengalami penurunan selama beberapa dekade terakhir. Tenaga kerja di sektor pertanian didominasi oleh kelompok umur yang dikategorikan tua (BPS 2022). Fenomena penurunan jumlah tenaga kerja dan penuaan petani (aging farmer) tidak hanya terjadi di Indonesia, namun terjadi di berbagai belahan dunia (Susilowati 2016a). Keadaan ini akibat rendahnya minat generasi muda terhadap pertanian yang membuat regenerasi petani menjadi lambat (Arvianti et al. 2019). Tujuan penelitian ini adalah: (1) Menganalisis stratifikasi sosial dan minat petani milenial pada komoditas sayuran di Kabupaten Bangka Tengah. (2) Menganalisis faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi minat petani milenial pada komoditas sayuran di Kabupaten Bangka Tengah. (3) Merumuskan strategi dalam upaya peningkatan minat petani milenial pada komoditas sayuran di Kabupaten Bangka Tengah.
Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Bangka Tengah. Penelitian ini menggunakan metode penelitian mixed-methods, dengan tipe sequential explanatory research yaitu penelitian yang mana metode kuantitatif dilakukan terlebih dahulu kemudian melakukan metode kualitatif untuk melengkapi dan menjelaskan data yang diperoleh. Polulasi penelitian 175 orang petani milenial yang mengusahakan komoditas sayuran. Jumlah responden ditentukan menggunakan rumus Isaac dan Michael dengan tingkat kepercayaan 95% sehingga didapatkan jumlah responden 117 orang. Teknik pemilihan responden menggunakan metode propotionate stratified random sampling yaitu pengambilan sampel yang dilakukan secara random dari populasi yang memiliki strata secara proposional (Sugiono 2016). Populasi petani milenial digolongkan berdasarkan luas lahan yang diusahakan, yaitu petani milenial berlahan kecil (di bawah 0,50 ha) sejumlah 65 orang, sedang (0,50-1,00 ha) sejumlah 95 orang dan besar (di atas 1,00 ha) sejumlah 15 orang. Responden sejumlah 117 orang terdiri dari 43 orang memiliki luas lahan kecil, 64 orang memiliki luas lahan sedang, dan 10 orang memiliki luas lahan besar. Sejumlah 30 orang informan berasal dari petani milenial dan penyuluh pertanian yang dipilih menggunakan teknik snowball. Pengolahan data kuantitatif dilakukan melalui analisis deskriptif, tabulasi silang, uji korelasi Rank Spearman, serta regresi linear berganda menggunakan program Microsoft Excel dan SPSS versi 25. Pengolahan data kualitatif menggunakan model interaktif Miles dan Huberman berupa pengumpulan data, reduksi data, penyajian, dan penarikan kesimpulan.
Stratifikasi sosial dapat dilihat berdasarkan indikator infrastruktur maupun suprastruktur sosial ekonomi yang terdapat dalam suatu masyarakat. Beberapa ukuran yang dapat menyebabkan terjadinya stratifikasi sosial dalam masyarakat pertanian adalah luas lahan, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, pengalaman berusaha tani, dan kedudukan dalam kelompok tani. Indikator dalam penetapan stratifikasi sosial dapat bersifat akumulatif dan multidimensional sehingga dalam penelitian ini dilakukan perhitungan indeks komposit. Berdasarkan perhitungan indeks komposit, sebesar 68,38% petani milenial berada pada lapisan menengah, 16,24% pada lapisan bawah dan 15,38% pada lapisan atas. Struktur stratifikasi sosial dalam penelitian ini berbeda dengan sebagian besar penelitian lain yang menyatakan bahwa semakin tinggi lapisan stratifikasi sosial akan memiliki jumlah anggota yang semakin sedikit.
Sebesar 88,00% petani milenial komoditas sayuran di Kabupaten Bangka Tengah memiliki minat dengan kategori sangat tinggi, dan 12,00% memiliki minat dengan kategori tinggi. Minat mereka merupakan minat situasional yaitu minat yang dipicu oleh suatu hal yang sedang viral atau atau yang sedang trending. Stratifikasi sosial memiliki hubungan yang signifikan terhadap minat petani milenial di Kabupaten Bangka Tengah. Semakin berada pada lapisan stratifikasi sosial yang lebih tinggi, maka petani milenial akan memiliki minat yang semakin tinggi. Hal ini dikarenakan semakin berada pada lapisan sosial yang tinggi, petani milenial akan memiliki kapasitas karakteristik dan pendapatan yang semakin baik.
Minat petani milenial pada komoditas sayuran dipengaruhi oleh variabel komoditas, teknologi digital, lingkungan, dan dukungan pemerintah dengan kontribusi secara simultan sebesar 44,60%. Secara parsial, variabel lingkungan merupakan variabel yang paling kuat mempengaruhi minat petani milenial di Kabupaten Bangka Tengah dibandingkan dengan variabel komoditas, dukungan pemerintah, dan teknologi digital.
Strategi peningkatan minat petani milenial di Kabupaten Bangka Tengah dapat dilakukan melalui : (1) peningkatan peran agen perubahan, yaitu seseorang yang dapat menjadi contoh keberhasilan usaha taninya, yang dapat menyesuaikan diri terhadap semua lapisan sosial sehingga dapat menjembatani dan menjadi penghubung antar lapisan petani milenial, maupun antara petani milenial dengan penyuluh pertanian, pemerintah dan stakeholder terkait. Seorang agen perubahan yang dapat berfungsi sebagai edukator, motivator, pendamping, fasilitator, dan komunikator di bidang pertanian komoditas sayuran. (2) meningkatkan peran media sosial, memviralkan setiap inovasi teknologi dan keberhasilan usaha tani yang dilakukan oleh agen perubahan dan petani milenial sebagai salah satu bentuk sosialisasi yang terbaik kepada golongan milenial yaitu dengan memberikan contoh konkret. (3) peningkatan peran kelembagaan, meningkatkan peran komunitas (ofline dan online) sebagai kelembagaan nonformal dan kelompok tani sebagai kelembagaan formal sehingga mampu membentuk jaringan komunitas yang lebih luas. (4) peningkatan dukungan pemerintah dan stakeholder terkait dalam menciptakan agen perubahan serta mengatasi permasalahan petani milenial terkait inovasi teknologi, akses pasar, permodalan, serta menciptakan iklim pertanian yang kompetitif. The percentage of the agricultural sector workforce in Indonesia had decreased during several decades. The worker in the agricultural sector was dominated by old worker (BPS 2022). The phenomenon of decreasing worker and aging farmers did not only occur in Indonesia but also in various parts of the world (Susilowati 2016a). This care because of young generation's had low interest in agriculture it made the farmer regeneration became slow (Arvianti et al. 2019). The objectives of this research were: (1) Analyzed social stratification and interest of millennial farmers in vegetable commodities in Central Bangka Regency. (2) Analyzed what factors influence millennial farmers' interest in vegetable commodities in Central Bangka Regency. (3) Formulated a strategy to increase the interest of millennial farmers in vegetable commodities in Central Bangka Regency. This research was conducted in Central Bangka Regency. This research used a mixed-methods research method, with a sequential explanatory research type, namely research in which quantitative methods were carried out first, and then qualitative methods were used to complete and explain the data obtained. The research population was 175 millennial farmers who cultivated vegetable commodities. The number of respondents was determined using the Isaac and Michael formula with a confidence level of 95%, resulting in a total of 117 respondents. The respondent selection technique used the proportional stratified random sampling method, namely random sampling from a population that had proportional strata (Sugiono 2016). The population of millennial farmers were classified based on the area of land cultivated, namely small was 65 people (under 0.50 ha), medium was 95 people (0.50-1.00 ha), and large was 15 people (over 1.00 ha). Total 117 respondent was people, consist of 43 people who had small land areas, 64 people who had medium land areas, and 10 people who had large land areas. A total of 30 informants came from millennial farmers and agricultural extension workers who were selected using the snowball technique. Quantitative data processing was carried out through descriptive analysys, cross-tabulation, Spearman Rank correlation test, and multiple linear regression using Microsoft Excel and SPSS version 25 programs. Qualitative data processing used the Miles and Huberman interactive model in the form of data collection, data reduction, presentation, and conclusion. Social stratification coul... |
| URI: | http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/153587 |
| Appears in Collections: | DT - Human Ecology |
Files in This Item:
| File | Description | Size | Format | |
|---|---|---|---|---|
| cover_I3503201002_b6b1f0ec72a14d9f87ddd912d0f2867e.pdf | Cover | 2.45 MB | Adobe PDF | View/Open |
| fulltext_I3503201002_039b3493757b4050986d6f7439a03f27.pdf Restricted Access | Fulltext | 3.53 MB | Adobe PDF | View/Open |
| lampiran_I3503201002_538de8b872a840ed8399d88744b25ead.pdf Restricted Access | Lampiran | 2.9 MB | Adobe PDF | View/Open |
Items in DSpace are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.