Analisis Perubahan Tutupan Lahan, Tingkat Perkembangan, dan Tipologi Wilayah Kabupaten Karawang

Abstract

Kabupaten Karawang terdampak oleh ekspansi area perkotaan Jakarta sehingga mengalami meluasnya area pengkotaan. Hal ini menyebabkan tingginya angka konversi lahan pertanian ke non-pertanian. Fenomena konversi lahan ini perlu mendapat perhatian mengingat Kabupaten Karawang merupakan wilayah lumbung padi nasional. Pembangunan di Kabupaten Karawang juga terjadi dalam berbagai aspek, seperti aspek pendidikan, kesehatan, dan ekonomi. Adanya kebutuhan pemenuhan seluruh aspek tersebut menyebabkan perbedaan tingkat perkembangan aspek di setiap desa. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis perubahan tutupan lahan melalui overlay peta tutupan lahan dua titik tahun, menganalisis tingkat perkembangan wilayah di setiap desa melalui analisis skalogram dari data potensi desa, serta menganalisis tipologi wilayah melalui metode klaster non-hirarki dari data ketersediaan fasilitas serta persentase luas tutupan lahan. Hasil analisis menunjukkan bahwa terjadi konversi lahan yang tinggi pada lahan pertanian (sawah dan pertanian lahan kering) ke non-pertanian (lahan terbangun dan tanah terbuka), terutama di desa- desa di Kecamatan Karawang Barat. Indeks Perkembangan Desa (IPD) merupakan representasi tingkat perkembangan wilayah. Mayoritas desa di Kabupaten Karawang mengalami kenaikan IPD pada tahun 2011 ke 2020. Nilai IPD umumnya tinggi di desa- desa di Kecamatan Karawang Barat. Namun, Kabupaten Karawang dominan memiliki tingkat perkembangan wilayah sangat rendah. Hasil analisis tipologi wilayah membagi Kabupaten Karawang menjadi 3 klaster, yaitu klaster perkotaan, klaster sub-urban dan persawahan, serta klaster perdesaan berhutan. Adanya perubahan tutupan lahan serta peningkatan IPD mengindikasikan bahwa Kabupaten Karawang mengalami perkembangan wilayah pada tahun 2011 ke 2020.

Karawang Regency was affected by the expansion of Jakarta’s urban area causing the expansion of urban areas. This caused a high rate of agricultural land coversion to non-agricultural land. This land conversion phenomenon needs attention since that Karawang Regency is a national rice granary area. Development of Karawang Regency also occurs in various aspects, such as education, health, and economic aspects. The need to fulfill all these aspects causes differences in the level of development of these aspects in each village. This research was purposed to analyze changes in land cover through overlaying a two point years land cover map, analyzing the level of regional development in each village through scalogram analysis of village potential data, and analyzing regional typology using a non-hierarchical cluster method from data on facility availability and land cover. The results of the analysis show that there is high land conversion from agricultural land (rice fields and dry land farming) to non-agricultural land (built-up land and open land), especially the villages in West Karawang District. The Village Development Index (IPD) represents the level of regional development. The majority of villages in Karawang Regency experienced an increase in IPD from 2011 to 2020. IPD values are generally high in villages in West Karawang District. However, Karawang Regency predominantly has a very low level of regional development. The results of the regional typology analysis divide Karawang Regency into 3 clusters, such as the urban cluster, the sub-urban and ricefield cluster, and the forested rural cluster. The changes in land cover and increase in IPD indicate that Karawang Regency experienced regional development from 2011 to 2020.