Please use this identifier to cite or link to this item: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/153230
Title: Analisis Bisnis dan Strategi Pengembangan Budidaya Kepiting Soka Sistem Apartemen
Other Titles: Analysis of Business and Development Strategy for Soft-Shell Crab Cultivation Using an Apartment System
Authors: Hadiroseyani, Yani
Diatin, Iis
Effendi, Irzal
Agustiyana, Chandrika
Issue Date: 2024
Publisher: IPB University
Abstract: Kepiting merupakan komoditas perikanan dengan nilai ekonomi dan nutrisi yang tinggi. Produksi dari kepiting bakau diatur dalam Permen KP No. 7 Tahun 2024 terkait kegiatan penangkapan dan budidaya kepiting. Budidaya kepiting soka di Indonesia mengandalkan benih alam dan umumnya menggunakan bobot awal minimal 60 gram per ekor. Kepiting cangkang lunak atau yang dikenal dengan kepiting soka diproduksi dengan pemeliharaan individu kepiting hingga mencapai tahap molting dengan kondisi cangkang yang lunak. Tingkat penawaran kepiting soka lebih rendah dibandingkan permintaannya yang tinggi. Terdapat selisih 168.070 anta permintaan dan penawaran. Rendahnya penawaran diakibatkan oleh ketersediaan benih terbatas dan persentase molting yang rendah. Produksi kepiting soka dimulai dengan sistem terbuka dan mengalami perkembangan seiring berjalannya waktu. Produksi kepiting soka dengan sistem tertutup atau resirkulasi dikenal sistem apartemen dengan penerapan konsep urban aquaculture namun berkonsekuensi terhadap peningkatan biaya investasi yang lebih tinggi. Produksi kepiting soka saat ini masih didominasi oleh penggunaan boks apartemen yang diapungkan di tambak. Maka dari itu, perlu adanya kajian terkait kinerja produksi dan analisis bisnis budidaya kepiting soka sistem apartemen. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kinerja bisnis dan strategi pengembangan budidaya kepiting soka sistem apartemen. Penelitian dilakukan pada Maret hingga Juni 2023 di IFMOS IPB Ancol, Jakarta Utara. Penelitian eksperimental berupa pemeliharaan benih kepiting hingga menjadi kepiting soka dengan parameter kinerja produksi serta optimasi produksi. Penelitian non eksperimental pada penelitian ini menggunakan pendekatan studi kasus pada IFMOS Ancol dengan kajian pada parameter bisnis dan strategi pengembangan. Data yang digunakan pada penelitian ini yaitu data primer yakni data produksi kepiting soka didapatkan dari data lapang berdasarkan hasil pemeliharaan kepiting soka sistem apartemen. Data sekunder yang digunakan berasal dari data hasil kinerja produksi tim IFMOS Ancol, informasi dari Badan Pusat Statistik, Kementerian Kelautan dan Perikanan, dan beberapa literatur terkait. Variabel penelitian yang digunakan meliputi kinerja produksi, optimasi produksi, bisnis, dan strategi pengembangan. Metode analisis data dilakukan secara deskriptif kuantitatif. Wadah pemeliharaan yang digunakan pada penelitian ini yaitu dengan boks sistem apartemen. Benih yang digunakan memiliki bobot 60-100 gram per ekornya. Pemeliharaan dilakukan selama 30 hari pemeliharaan dengan pemberian pakan ikan Selaroides leptolepis secara ad satiation. Pengamatan molting dilakukan setiap 3-4 jam sekali untuk menghindari pengerasan cangkang kepiting yang telah molting. Kepiting yang molting yang dipanen kemudian dibekukan di dalam freezer. Hasil penelitian selama 30 hari pemeliharaan menunjukkan bahwa tingkat kelangsungan hidup kepiting soka sebesar 81.46±15%, dan persentase molting sebesar 26,65±11,2%. Hasil dari pendugaan model fungsi produksi budidaya kepiting soka sistem apartemen memberikan nilai koefisien determinasi sebesar 0,8605 yang menunjukkan bahwa 86,05% variasi produksi kepiting soka dapat dijelaskan oleh beberapa faktor produksi yakni benih, jumlah konsumsi pakan, waktu kerja, listrik, air laut, dan terdapat molting atau tidaknya kepiting sebagai peubah dummy, sedangkan sisanya sebesar 13,95% dijelaskan oleh faktor lainnya. Fungsi produksi budidaya kepiting soka dengan sistem apartemen dipengaruhi oleh benih kepiting, waktu kerja, dan dummy molting. Nilai optimal dari input tersebut adalah benih kepiting sebesar 33,05 kg atau 399 ekor, waktu kerja optimal sebesar 41.570 menit, dan dummy molting sebesar 18,76 kg atau 153 ekor. Hasil analisis RTS (return to scale) menunjukkan bahwa bisnis kepiting soka sistem apartemen berada pada kondisi increasing return to scale dengan nilai elastisitas dari variabel yang mempengaruhi sebesar 1,419. Analisis profitabilitas menunjukkan bahwa budidaya kepiting soka pada kondisi optimal berdasarkan Cobb-Douglas memberikan peningkatan keuntungan sebesar 111,93%. Analisis profitabilitas pada scale up 8000 boks memberikan peningkatan keuntungan mencapai 314,15% dibandingkan kapasitas 3000 boks. Analisis kriteria investasi menunjukkan bahwa bisnis kepiting soka sistem apartemen pada scale up 8000 boks layak untuk dijalankan selama 20 tahun umur bisnisnya. Hasil analisis sensitivitas menunjukkan bahwa persentase molting lebih sensitif dibanding harga jual kepiting soka. Penelitian ini memberikan hasil strategi pengembangan budidaya kepiting soka sistem apartemen dengan pendekatan faktor internal dan eksternal. Strategi S-O yang dapat dilakukan yakni meningkatkan efisiensi dan standar kualitas budidaya kepiting soka melalui penerapan SOP, meningkatkan skala produksi, penentuan harga mempertimbangkan positioning produk dan nilai tambah, meningkatkan distribusi produk melalui platform e-commerce dan marketplace, serta menargetkan pasar kepiting soka pada bisnis B2B dan B2C. Strategi W-O yang dapat diterapkan seperti meningkatkan persentase molting kepiting melalui intervensi teknologi, menyediakan pelatihan dan pengembangan keterampilan bagi pekerja, memperluas pemasaran secara online, meningkatkan efisiensi input, dan menjalin kontrak pelanggan B2B. Identifikasi sumber benih sesuai kriteria lokasi, pengembangan dan penerapan standar pemilihan benih, melakukan riset dan pengembangan pembenihan kepiting, kepastian kualitas produk yang memenuhi regulasi, pemanfaatan pengetahuan tenaga kerja dalam pengembangan budidaya, serta pemanfaatan fleksibilitas lokasi menjadi strategi S-T yang dapat dilakukan. Kerjasama dengan berbagai mitra seperti institusi penelitian, pemasok benih, pemerintah, serta pengembangan strategi pemasaran dan monitoring budidaya dapat dilakukan sebagai strategi W-T. Berdasarkan hasil kinerja produksi, optimasi produksi, dan bisnis kepiting soka sistem apartemen menunjukkan bahwa molting kepiting sangat mempengaruhi produksi kepiting soka. Rendahnya persentase molting pada penelitian menyebabkan nilai R/C rasio di bawah 1. Budidaya kepiting soka sistem apartemen memiliki prospek bisnis melalui optimasi produksi pada scale up 8000 boks dengan nilai R/C rasio 1,26. Dengan demikian, peningkatan persentase molting atau penambahan fasilitas produksi dapat menjadi strategi yang digunakan dalam mengembangkan bisnis kepiting soka sistem apartemen.
Crab is a high-value capture and cultured fishery commodity. Ministry of Marine Affairs and Fisheries Regulation No. 7 of 2024, which addresses crab fishing and aquaculture operations, governs the production of mangrove crabs. Indonesian soft-shell crab farmers often start with an initial weight of at least 60 grams per crab and rely on wild seeds. Soft-shell crabs are crabs that are raised until they reach the molting stage while they still have a soft shell condition. There is a 168.070 tons difference between the supply and demand of crabs due to the lower supply compared to the high demand. Production of soft-shell crabs started out in an open system and changed over time. Utilizing the idea of urban aquaculture, the apartment system is a closed system or recirculating system that raises investment costs while increasing output efficiency. The usage of apartment boxes floating in ponds continues to be the predominant method of producing soft-shell crabs today. As a result, research on the apartment system's business analysis and production performance is required for soft-shell crab farming. This research aims to analyze the production performance and development strategy of apartment system soft-shell crab farming. The study was carried out at IFMOS IPB Ancol in North Jakarta from March to June 2023. The experimental study focused on production performance and optimization parameters and involved growing crab seeds into soft-shell crabs. The non-experimental portion examined business factors and development initiatives at IFMOS Ancol using a case study methodology. Soft-shell crab production data collected from field maintenance at the apartment complex served as one of the primary sources of data for this study. The IFMOS Ancol team's production performance results, statistics from the Ministry of Marine Affairs and Fisheries, the Central Statistics Agency, and relevant literature were the sources of secondary data. Production performance, production optimization, business, and development strategy are among the research variables. We used descriptive quantitative methodologies for data analysis. Apartment system boxes were the containers utilized for maintenance in this study. There were 60–100 grams of seeds used in every batch. Maintenance lasted for 30 days with the provision of yellowtail fish (Selaroides leptolepis) feed ad satiation. To keep the molted crabs' shells from hardening, observations of molting were conducted every three to four hours. Crabs that had molted were collected and frozen in a freezer. The study conducted over a 30-day period revealed that the survival rate of soft-shell crabs was 81,46±15%, while their molting percentage was 26,65±11.2%. A determination coefficient of 0,8605 was obtained from the production function model estimation for apartment system soft-shell crab farming. This means that variables like seeds, feed consumption, work time, electricity, seawater, and the presence of molting (as a dummy variable) can explain 86,05% of production variation, while other factors can explain the remaining 13,95%. The following variables affect the production function of soft-shell crab farming in apartment systems: molting dummy variable, work time, and seed. The ideal work period is 41.570 minutes, the ideal input values are 33,05 kg or 399 seeds, and the ideal molting dummy variable is 18,76 kg or 153 crabs. The RTS (return to scale) analysis shows that the soft-shell crab business in the apartment system is increasing return to scale, with an elasticity value of 1,419. A profitability analysis shows that growing soft-shell crabs under ideal Cobb-Douglas conditions increases profits by 111,93%. Comparing a capacity of 3000 boxes with 8000 boxes, the profit margin improves by 314,15%. The examination of investment criteria reveals that the soft-shell crab business in apartment buildings is viable for 20 years. The molting percentage is more sensitive than the selling price, according to sensitivity analysis. The study makes suggestions for internal and external factor-based development methods for soft-shell crab farming in apartment systems. A few S-O strategies that can be put into practice are applying SOPs to improve efficiency and quality standards, scaling up production, implementing pricing strategies that take into account product positioning and added value, improving product distribution through e-commerce and marketplace platforms, and focusing on the soft-shell crab market in B2B and B2C businesses. W-O strategies include growing online marketing, enhancing input efficiency, creating B2B client contracts, educating and developing workers' skills, and boosting the molting proportion through technology interventions. It is possible to implement S-T strategies such as identifying seed sources that meet location criteria, creating and implementing standards for seed selection, researching and developing crab seed breeding, making sure product quality complies with regulations, leveraging worker knowledge for aquaculture development, and leveraging location flexibility. W-T strategies can involve building marketing plans, monitoring aquaculture, working with different partners like government agencies, seed companies, and research organizations. Production performance, optimization, and business analysis all indicate that molting has a major impact on soft-shell crab production. An R/C ratio less than 1 is the outcome of low molting percentages. Through production optimization at an 8000-box scale-up with an R/C ratio of 1,26, the apartment system for soft-shell crab farming offers business prospects. Therefore, developing the apartment system soft-shell crab business may involve increasing the molting percentage or adding manufacturing facilities.
URI: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/153230
Appears in Collections:MT - Fisheries

Files in This Item:
File Description SizeFormat 
Cover.pdf
  Restricted Access
Cover3.22 MBAdobe PDFView/Open
C1501222043_Chandrika Agustiyana.pdf
  Restricted Access
Fulltext22 MBAdobe PDFView/Open
Lampiran.pdf
  Restricted Access
Lampiran8.1 MBAdobe PDFView/Open


Items in DSpace are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.