Please use this identifier to cite or link to this item: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/152396
Title: Analisis finansial pengembangan usaha penyamakan kulit PT Muhara Dwitunggal Laju Leather Tannery
Authors: Burhanuddin
Sehabudin, Ujang
Mulyadi, Aam
Issue Date: 2003
Publisher: IPB University
Abstract: Kebutuhan akan kulit setiap tahun terus meningkat. Hal ini dipacu oleh berkembangnya industri perkulitan yang menggunakan kulit sebagai bahan bakunya. PT. MDLLT merupakan salah satu perusahaan yang bergerak dalam pengolahan penyamakan kulit yang berupaya meningkatkan produktifitasnya. Namun dalam implementasinya perusahaan ini dihadapkan pada keterbatasan sarana produksi. Untuk itu diupayakan pengembangan usaha dengan menambah sejumlah sarana produksi. Tujuan penelitian ini untuk melihat sejumlah biaya dan penerimaannya guna menentukan tingkat kelayakan suatu proyek. Untuk melihat tingkat kelayakan tersebut, maka dilakukan perbandingan antara biaya dan penerimaan. Kriteria yang digunakan adalah Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR) dan Benefit Cost Ratio (B/C Ratio). Nilai diskontonya menggunakan tinkat suku bunga deposito rata-rata 12 bulan dan suku bunga pinjaman yang dikeluarkan Bank Umum pada bulan Agustus-September 2001 yaitu sebesar 13% dan 18% dengan umur proyek 5 tahun. Untuk melihat dampak dari suatu keadaan yang berubah terhadap hasil suatu analisis, maka dilakukan analisis sensitivitas. Berdasarkan hasil analisis finasial yang dilakukan, rencana perluasan usaha penyamakan kulit pada skala 70 unit mollen pada tingkat diskonto 13% dan 18% layak untuk dilaksanakan. Nilai NPV pada tingkat diskonto 13% dan 18% masing- masing adalah sebesar Rp. 9.872.285.498,00 dan Rp. 8.078.625.610 dengan BCR 1,15. IRR yang didapatkan adalah sebesar 145%. Nilai ini berada di atas tingkat diskonto 18% yaitu suku bunga pinjaman Bank Umum yang berarti bahwa penanaman investasi pada penyamakan kulit sangat menguntungkan meskipun modal yang didapatkan hasil pinjaman dari Bank. Berdasarkan hasil perhitungan analisis sensitivitas, diperoleh hasil peningkatan harga beli bahan baku sebesar 15% menekan nilai NPV menjadi negatif. Sementara peningkatan harga pada bahan penolong sebesa 20% tidak mempengaruhi tingkat kelayakan karena nilai NPV masih positif. Namun penurunan harga jual kulit sebesar 15% menjadikan pengembangan usaha tidak layak dilaksanakan. Setiap peningkatan harga beli baik pada bahan baku maupun pada bahan penolong yang diikuti dengan peningkatan harga jual kulit akan menambah nilai NPV dan IRR menjadi lebih besar. Penurunan harga jual kulit masih bisa menjadikan nilai IRR sama dengan atau di atas tingkat suku bunga pinjaman Bank pada akhir tahun 2002 selama tidak lebih dari 9,89%. Kalau penurunan harga jual kulit di atas nilai tersebut maka secara finansial pengembangan usaha tidak layak dan begitu juga sebaliknya. Peningkatan harga bahan baku sebesar 13,48% dari harga standar akan menghasilkan nilai IRR sama dengan suku bunga pinjaman Bank. Dengan demikian dapat diartikan bahwa ...
URI: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/152396
Appears in Collections:UT - Agribusiness

Files in This Item:
File SizeFormat 
D03amu.pdf
  Restricted Access
7.36 MBAdobe PDFView/Open


Items in DSpace are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.