Please use this identifier to cite or link to this item: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/151369
Title: Analisis Biaya dan Perencanaan Kegiatan Dalam Rangka Pencapaian Target Pada Pt Ri
Authors: Tanopruwito, Djoni
Krisnamurthi, Y.Bayu
Tinaprilla, Netti
Issue Date: 1997
Publisher: IPB University
Abstract: Kayu lapis sebagai komoditas andalan ekspor Indonesia menghadapi banyak kendala yang mengakibatkan ekspor kayu lapis menurun. Untuk dapat memanfaatkan peluang pasar yang cukup besar. Salah satu caranya dengan memproduksi beragam produk. Namun dengan beragam produk perusahaan perlu untuk mengelola biaya dan produksi dengan lebih baik daripada perusahaan yang menghasilkan satu macam produk. Dalam menghadapi era globalisasi, PT Ri berupaya untuk meningkatkan efisiensi, meningkatkan keuntungan, dan menciptakan cara efektif untuk memanfaatkan setiap potong kayu sehingga mengurangi jumlah pohon yang dipanen. Untuk itu pengelolaan biaya dan produksi sangat penting dilakukan. Ditambah lagi permasalahan perusahaan yang selama ini masih mengalami kerugian, maka untuk itulah perlu adanya pengkajian bagaimana PT RI mengelola produk dan biaya dalam upaya pencapaian tujuan tersebut Hal ini terutama dibutuhkan pada saat perusahaan akan meningkatkan volume produksi, ekspansi pabrik dengan skala usaha yang lebih luas, dan perencanaan produksi. Untuk itulah maka Geladikarya ini bertujuan menganalisis penjualan dan biaya (Biaya tetap, biaya variabel, dan biaya semivariabel), menganalisis titik pulang pokok (Break Even Point) baik dilihat dari sisi unit maupun rupiah, menentukan nilai Contribution Margin Ratio (CMR), dan menentukan proporsi produk dengan target laba tertentu dalam rangka perencanaan produksi. Dari hasil analisis, komposisi biaya terbesar terletak pada biaya tetap. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan banyak mengeluarkan dana untuk seperti pabrik, mesin- mesin, dan peralatan. Hal ini akan mengakibatkan nilai BEP yang dihasilkan sangat besar, sehingga untuk sampai pada tingkat BEP saja, perusahaan akan mengalami kesulitan karena harus menjual produknya dalam jumlah yang sangat besar. Namun dengan komposisi biaya tetap yang tinggi maka setelah mencapai tingkat BEP, keuntungan yang akan diperoleh perusahaan pada tingkat output tertentu, akan jauh lebih tinggi daripada perusahaan dengan proporsi biaya tetap yang lebih kecil. Nilai BEP mix yaitu 1.925,21m³. Pada saat BEP ini ternyata produk yang seharusnya paling banyak dihasilkan yaitu plywood (kayu lapis) sebanyak 91.293,46 m³, kemudian berturut-tururt yaitu sawn timber sebanyak 36.270,96 m³, particle board sebanyak 25.432,02 m³, printing line sebanyak 18.308,75 m³, fancy panel sebanyak 9.626,05, moulding sebanyak 9.067,74, dan yang paling sedikit diproduksi yaitu luminating sebanyak 1.328,39 m³ dan fancy veneer sebanyak 1.212,88 m³. Jika dibandingkan dengan kondisi perusahaan pada tahun terakhir yaitu 1996 maka terlihat bahwa sebagian besar produk yang dihasilkan perusahaan masih berada di bawah proporsi produk pada saat BEP, yang artinya perusahaan mengalami kerugian. Besanya kerugian yang dialami perusahaan pada tahun 1996 yaitu sebesar Rp 6.611.472.100,75. Untuk mencapai tingkat BEP, perusahaan perlu meningkatkan produk plywood sebanyak 7.627,79 m³, sawn timber sebanyak 1.190,29, moulding sebanyak 968,74 m³, printing line sebanyak 972,41, particle board sebanyak 1.544,69 m³, fancy veneer sebanyak 50,88 m³, dan fancy panel sebanyak 2.563,05 m³. Untuk produk luminating perusahaan sebaliknya harus mengurangi produksinya sebanyak 10,61 m³. Nilai CMR dari kedelapan produk yaitu untuk plywood sebesar 62,47 persen, untuk sawn timber sebesar 68,83 persen, untuk moulding sebesar 76,04 persen, untuk printing line sebesar 69,82 persen, untuk luminating sebesar 63,30 persen, untuk particle board sebesar 49,13 persen, untuk fancy veneer sebesar 78,80 persen, dan untuk fancy panel sebesar 62,96 persen. Dengan melihat nilai CMR, maka dapat dijelaskan produk mana yang memberikan kontribusi laba terhadap penjualan yang paling tinggi, dan mana yang paling rendah tanpa melihat sales mix. Produk yang perlu mendapat perhatian khusus manajemen yaitu produk yang memiliki nilai CMR tinggi yaitu fancy veneer dan moulding, sementara produk dengan nilai CMR rendah yaitu particle board sebesar 49,13 persen dapat dikurangi atau bahkan ditutup pabriknya. BEP dalam Rp dapat ditentukan dengan cara membagi Biaya Tetap Total dengan CMR. Biaya Tetap Total telah diketahui yaitu sebesar Rp 92.746.548.793, 18 dan nilai CMR total yaitu sebesar 0,6550. Dengan demikian maka nilai BEP (Rp) yaitu sebesar Rp 141.6 miliar. Dengan melihat nilai sales setiap tahunnya yang kurang dari Rp 141.6 miliar, maka dapat dikatakan bahwa perusahaan belum mencapai BEP. Untuk periode selanjutnya perusahaan tidak terlalu mentargetkan laba karena kondisi perusahaan yang memiliki banyak kendala pada saat ini dan ditambah lagi dengan perekonomian negara yang belum stabil terutama dilihat dari nilai tukar rupiah terhadap dollar. Berdasarkan informasi dari manajemen target laba untuk tahun 1997 yaitu RP 1.000.000.000. Dengan target laba tersebut dan diasumsikan kondisi pada PT RI adalah tetap, maka proporsi produk yang harus diproduksi perusahaan untuk masing-masing produk yaitu untuk plywood sebanyak 92.277,42 m³, sawn timber sebanyak 36.661,89 m³, moulding sebanyak 9.165,47 m³, printing line sebanyak 18.506,08 m², luminating sebanyak 1.342,71 m³, particle board sebanyak 25.706,13 m³, fancy veneer sebanyak 1.225,95 m³, dan fancy panel sebanyak 9.729,80 m³. Proporsi produk sebanyak ini dapat dicapai karena didukung oleh kapasitas produksi untuk setiap jenis produk pada PT RI yang cukup besar. Dengan target laba sebesar itu maka perusahaan harus mencapai total sales sebesar Rp 143.134.092.022,76. Target laba ini merupakan target pesimis, karena walaupun kapasitas produksi masih memadai, namun untuk mencapai proporsi produk sebanyak itu sangat ditentukan oleh pemintaan luar negeri terhadap PT RI. Jika permintaan pasar masih seperti tahun lalu dan sales mix dapat berubah, maka dari hasil analisis simulasi dengan empat skenario, komposisi terbaik untuk menghasilkan target laba tersebut yaitu skenario 3 atau 4. Dari skenario 3, produk plywood, sawn timber, printing line, dan particle board harus dikurangi produksinya. Sedangkan skenario 4 lebih ekstrim yaitu produk particle board tidak diproduksi karena memberikan kontribusi marjin terkecil.
URI: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/151369
Appears in Collections:MT - Business

Files in This Item:
File SizeFormat 
R11NTI.pdf
  Restricted Access
16.81 MBAdobe PDFView/Open


Items in DSpace are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.