Please use this identifier to cite or link to this item: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/151203
Title: Analisis Portofolio Pembiayaan Sektor Usaha Kanca Bank Abc
Authors: Syah, Hamdani M
Harianto
Mulyono, Dwi
Issue Date: 2000
Publisher: IPB University
Abstract: Terjadinya krisis moneter yang melanda Indonesia pada pertengahan tahun 1997, menyebabkan memburuknya hampir seluruh sendi sendi perekonomian di Indonesia hingga saat ini. Hal ini sangat dirasakan baik oleh sektor moneter maupun sektor riil, dan diperkirakan akan memerlukan waktu yang lama untuk dapat kembali pada keadaan semula. Krisis dimulai dengan bergejolaknya nilai tukar rupiah terhadap US Dollar yang merosot sangat tajam, bahkan pernah menembus level Rp. 15.000,- per satu US Dollar, dan inflasi mencapai angka 77,86 persen untuk tahun 1998. Tingkat suku bunga deposito yang mencapai 68 persen per tahun, sehingga menyebabkan semakin terpuruknya kondisi perekonomian secara keseluruhan. Disisi lain, dana perbankan yang terkumpul tidak dapat tersalurkan kepada masyarakat dalam bentuk pinjaman mengingat suku bunga pinjaman juga bergerak naik. Akibat krisis tersebut menyebabkan hampir semua bank mengalami negatif spread (bleeding), yaitu beban operasional bank mengalami kerugian akibat membayar bunga simpanan lebih besar dari pada penerimaan bunga pinjaman. Dalam bidang moneter, krisis ekonomi yang melanda Indonesia juga memberikan dampak negatif terhadap kinerja dunia perbankan, sehingga menyebabkan pemerintah melakukan likuidasi bagi bank bank yang tidak memungkinkan lagi untuk beroperasi. Tercatat ada 16 bank yang dilikuidasi pada tahun 1997 dan 38 bank lagi pada awal tahun 1999. Di samping itu pemerintah juga melakukan program restrukturisasi perbankan, baik pada bank pemerintah (pesero) maupun bank swasta. Hal lain yang juga terjadi adalah kualitas pinjaman juga sangat bepengaruh terhadap penerimaan bunga pinjaman. Kualitas pinjaman yang buruk dapat disebabkan oleh beberapa faktor, mulai dari bank sebagai kreditur, faktor nasabah sebagai debitur serta faktor luar yang todak dapat diperkirakan sebelumnya. Dengan memperhatikan situasi perekonomian, ternyata ada sektor ekonomi yang masih mampu bertahan dimasa krisis perbankan saat ini. Oleh karena itu menjadi suatu hal yang sangat menarik untuk dianalisis bagaimana komposisi pinjaman perbankan terhadap masing masing sektor ekonomi serta peranannya dalam membentuk kualitas pinjaman. Umumnya semua investasi yang ditanamkan bertujuan mengharapkan keuntungan. Namun demikian bersamaan dengan itu, bank dihadapkan pada adanya unsur ketidak-pastian atau resiko, yaitu kemungkinan tidak diperolehnya hasil seperti yang diharapkan. Dalam keadaan demikian dapat dikatakan bahwa bank menghadapi resiko dalam investasi yang dilakukannya. Karena bank menghadapi kesempatan investasi yang beresiko, maka pilihan investasi kepada suatu sektor usaha seyogyanya tidak hanya mengandalkan hanya pada tingkat keuntungan yang tinggi. Sebab apabila bank hanya mengharapkan untuk memperoleh hasil investasi yang tinggi, maka bank harus bersedia untuk menanggung resiko yang tinggi pula. Salah satu karakteristik penanaman investasi adalah kemudahan untuk membentuk portofolio investasi, artinya bank dapat dengan mudah melakukan penyebaran diversifikasi atas investasinya pada berbagai sektor usaha yang akan dibiayai guna menghindari terjadinya resiko yang tidak dikehendaki. Portofolio sendiri dapat diartikan sebagai sekumpulan investasi yang merupakan suatu proses bagaimana dana yang ada dikelola untuk dialokasikan kepada investasi yang mendatangkan hasil sesuai yang diharapkan. Berdasarkan keadaan tersebut, maka rumusan masalah Geladikarya ini adalah sektor sektor usaha manakah yang layak untuk dapat dibiayai kredit Kanca Bank ABC, melalui penyusunan komposisi portofolio pinjaman yang tepat serta bagaimana menggunakan analisis portofolio tersebut untuk mendukung bisnis perusahaan di masa mendatang. Tujuan penulisan Geladikarya adalah 1). Melakukan analisis pertumbuhan pinjaman, 2). Mengukur penerimaan bunga efektif tiap tiap sektor usaha, 3). Mengetahui faktor faktor yang mempengaruhi kualitas pinjaman, 4). Menganalisis tingkat penerimaan dan resiko portofolio pinjaman dan 5). Pemilihan pasar sasaran dengan menentukan komposisi pembiayaan sektor usaha guna penyusunan portofolio pinjaman yang optimal untuk perencanaan strategi bisnis di masa mendatang. Sedangkan hasil yang diharapkan dari penelitian ini adalah dapat memberikan rekomendasi kepada pihak manajemen Kanca Bank ABC dalam rangka meningkatkan kualitas penyusunan pasar sasaran dengan menggunakan analisis portofolio pinjaman berdasarkan sektor usaha, sehingga dihasilkan skenario yang dapat dijadikan pedoman dalam pemberian pembiayaan kredit kepada sektor usaha yang layak. Kombinasi dari berbagai sektor usaha dalam pengalokasian pinjaman akan dapat membentuk suatu portofolio pinjaman yang akan saling memberikan kontribusi dalam menentukan besarnya tingkat pengembalian dan tingkat resiko bisnis. Dengan mengetahui karakteristik masing-masing sektor usaha dalam jangka waktu tertentu, maka akan diperoleh suatu informasi penting yang akan membantu para manajer dalam pengambilan keputusan menentukan kombinasi portofolio pinjaman yang efisien. Geladikarya yang dilaksanakan pada Kanca Bank ABC adalah melakukan analisis pinjaman dengan menggunakan teori portofolio dalam manajemen keuangan dengan sektor usaha dipandang sebagai jenis investasi pinjaman. Hasil analisis selanjutnya digunakan untuk membentuk suatu skenario keadaan masa depan guna dapat memberikan alternatif pengembangan bisnis Kanca Bank ABC di masa mendatang. Guna menyusun strategi bisnis dalam bidang perkreditan, tidak akan terlepas dari analisis terhadap kondisi perekonomian secara nasional di masa mendatang. Keadaan perekonomian pada masa mendatang dapat dibuat dalam skenario, apakah akan dikaitkan dengan dengan probabilitas terjadinya suatu keadaan atau dibuat suatu asumsi bahwa keadaan perekonomian pada masa mendatang masih sama dengan keadaan sebelumnya. Berdasarkan data historis dari masing-masing jenis pinjaman, maka yang pertama diolah adalah mencari rata-rata penerimaan, selanjutnya dicari nilai standard deviasi, varian / variance, dan kemudian mencari koefisien variasi / coefficient of variation. Kemudian berikutnya untuk menentukan perencanaan bisnis masa datang perlu ditentukan tingkat pendapatan yang diharapkan dari tiap jenis jenis pinjaman yang kemudian dikelompokkan per sektor usaha. Langkah selanjutnya disusun suatu portofolio pinjaman dengan beberapa jenis investasi yang berbeda Pemecahan selanjutnya akan diselesaikan dengan menggunakan Program Modern Portfolio Theory & Investment Analysis yang diciptakan oleh Elton & Gruber. Data internal yang digunakan untuk melakukan analisis adalah data pinjaman selama 6 tahun terakhir, yaitu mulai tahun 1994 sampai dengan tahun 1999. Sedangkan data external yang digunakan dicari dari BPS Pusat, Bank Indonesia serta berbagai bahan bacaan literatur lainnya. Berdasarkan analisis yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa total outstanding pinjaman pada tahun 1999 mengalami penurunan. Berdasarkan data past performance, rata rata total pinjaman yang disalurkan oleh Kanca Bank ABC selama 6 tahun terakhir untuk masing-masing sektor usaha adalah sebagai berikut sektor pertanian sebesar 8,22 persen, sektor industri sebesar 39,87 persen, sektor perdagangan sebesar 51,03 persen dan sektor pengangkutan serta jasa masing-masing sebesar 0,75 persen dan 0,13 persen. Dari hasil analisis penerimaan bunga pinjaman yang telah dilakukan diperoleh data bahwa sektor jasa memberikan tingkat penerimaan bunga terbaik, yaitu 29,82 persen. Kemudian disusul oleh sektor angkutan sebesar 29,57 persen dan sektor pertanian sebesar 27,96 persen. Sedangkan sektor perdagangan memberikan kontribusi tingkat penerimaan bunga pinjaman sebesar 22,08 persen dan sektor industri memberikan konstribusi terendah, yaitu sebesar 17,43 persen. Selanjutnya tingkat penerimaan bunga ini akan dikaitkan dengan tingkat resiko masing masing sektor usaha. Tingkat resiko diukur dari tidak tercapainya tingkat penerimaan bunga riil pinjaman dengan tingkat bunga yang diharapkan. Ukuran untuk menyatakan kemungkinan penyimpangan tersebut adalah nilai standard deviasi. Dari analisis terhadap kualitas pinjaman, ternyata sektor industri tergolong yang paling buruk, yaitu dengan total pinjaman bermasalahnya sebesar 26,68 persen. Rendahnya kualitas pinjaman sektor ini sebagai dampak dari krisis ekonomi dengan bergejolaknya nilai tukar rupiah terhadap US Dollar. Hal ini disebabkan hampir sebagian besar bahan baku sektor industri berasal dari barang import, sehingga merosotnya nilai tukar rupiah terhadap US Dollar akan sangat mempengaruhi bisnis tersebut. Sektor perdagangan menempati urutan kedua, yaitu sebesar 14,34 persen dan kemudian sektor pertanian sebesar 1,58 persen. Dari ketiga sektor tersebut, tingkat suku bunga pinjaman sangat berpengaruh sekali dengan tingkat kualitas pinjaman. Semakin meningkat suku bunga pinjamannya, semakin meningkat pula Non Performing Loan (NPL). Realisasi penerimaan bunga yang diharapkan dari total pinjaman past performance pada Kanca Bank ABC adalah sebagai berikut: sektor pertanian 27,96 persen dengan standard deviasi 4,96 persen, sektor industri 17,43 persen dengan standard deviasi 1,33 persen, sektor perdagangan sebesar 22,08 persen dengan standard deviasi 5,13 persen dan sektor angkutan sebesar 29,82 persen dengan standard deviasi 6,15 persen serta sektor jasa sebesar 29,82 persen dengan standard deviasi sebesar 6,150 persen. Sedangkan untuk realisasi portofolionya sebesar 25,37 persen dengan nilai standard deviasi 4,78 persen. Atas performance pinjaman tersebut selanjutnya dilakukan pengolahan untuk membantu pihak manajemen dalam pengambilan keputusan untuk pengembangan bisnis dimasa mendatang. Asumsi yang digunakan adalah bahwa tahun 2000/2001 relatif masih sama dengan tahun 1999/2000, sehingga data selama 6 tahun tersebut masih dapat mewakili, mengingat hingga saat ini keadaan perekonomian masih belum stabil. Dengan menggunakan asumsi ini, maka angka masing-masing sektor usaha maupun portofolio masih tetap digunakan guna mencari portofolio pinjaman yang efisien. Portofolio yang efisien adalah portofolio yang mempunyai expected rate yang sama dengan nilai standard deviasi yang lebih kecil. Skenario yang digunakan untuk menentukan berapa komposisi pembiayaan sektor usaha adalah sebagai berikut: a). Komposisi pembiayaan berdasarkan pada target Rencana Kerja Anggaran tahun 2000/2001 Kanca Bank ABC, dengan peningkatan 20 persen untuk seluruh sektor usaha, b). Alokasi komposisi pinjaman berdasarkan 4 sektor pilihan yang mempunyai tingkat penerimaan terbaik, dengan peningkatan sesuai RKA, c). Komposisi alokasi pinjaman dengan tingkat kenaikan minimum untuk semua sektor sebesar 15 persen dan maksimum sebesar 100 persen, d). Komposisi alokasi pinjaman dengan kenaikan minimum untuk sektor pertanian, perdagangan, angkutan dan jasa sebesar 15 persen dan maksimum sebesar 100 persen, sedangkan khusus sektor industri kenaikan minimum 0 persen dan maksimum 15 persen, e). Komposisi alokasi pinjaman dengan tingkat kenaikan minimum sebesar 0 persen dan maksimum sebesar 25 persen untuk keseluruhan sektor usaha, f). Komposisi alokasi pinjaman dengan tingkat kenaikan minimum sebesar 15 persen dan maksimum sebesar 25 persen untuk keseluruhan sektor usaha. Setelah dilakukan pengolahan, maka hasil yang diperoleh sesuai dengan teori portofolio dimana dengan semakin tingginya tingkat penerimaan bunga, maka akan diimbangi dengan tingginya tingkat resiko. Komposisi portofolio pinjaman yang efisien dengan tingkat penerimaan bunga 25,35 persen dengan resiko yang paling kecil adalah melibatkan seluruh sektor usaha yang ada, yaitu pada dengan komposisi pembiayaan untuk masing-masing sektor usaha sebagai berikut: sektor pertanian 25,00 persen, sektor industri 25,00 persen, sektor perdagangan 10,80 persen, sektor angkutan 14,20 persen dan sektor jasa sebesar 15,00 persen. Apabila tingkat penerimaan bunga yang diharapkan akan ditingkatkan, maka resiko juga akan meningkat, misalnya sebesar 27,00 persen, maka tingkat resiko juga akan meningkat. Berkaitan dengan peningkatan nilai harapan tersebut akan diimbangi dengan bergesarnya proporsi pembiayaan pada sektor industri yang akan berkurang, yaitu dengan komposisi baru menjadi sektor pertanian 25,00 persen, sektor industri 6,96 persen, sektor perdagangan 18,04 persen, sektor angkutan 25,00 persen dan sektor jasa sebesar 25,00 persen. Hal ini dapat terjadi karena sumbangan penerimaan sektor industri pada waktu yang lalu paling rendah jika dibandingkan dengan sektor lainnya. Memperhatikan hasil analisis tersebut, maka diusulkan bahwa pada penyaluran pembiayaan sektor usaha untuk masa mendatang agar lebih mengkonsentrasikan penyaluran pinjaman pada sektor usaha sesuai dengan hasil pengolahan seperti tersebut di atas. Dan sesuai dengan target ekspansi pinjaman pada Kanca Bank ABC pada tahun 2000/2001 sebesar Rp. 16 Milyar, maka diharapkan total ekspansi pinjaman untuk sektor pertanian sebesar Rp. 4 Milyar, sektor industri Rp. 4 Milyar, sektor perdagangan Rp. 1.728 Juta, sektor angkutan sebesar Rp. 2.272 Juta dan untuk sektor jasa Rp. 2.400 juta. Pada kesempatan ini juga perlu diingat bahwa nilai nilai hasil skenario tersebut bukan merupakan harga mati, namun demikian dengan hasil ini pihak manajemen diharapkan dapat lebih memahami dalam pengambilan keputusan untuk pengembangan bisnisnya di masa mendatang.
URI: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/151203
Appears in Collections:MT - Business

Files in This Item:
File SizeFormat 
E5bDMY.pdf
  Restricted Access
4.59 MBAdobe PDFView/Open


Items in DSpace are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.