Please use this identifier to cite or link to this item: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/151193
Title: Strategi Pengembangan Agribisnis Pisang Cavendish Di Daerah Istimewa Yogjakarta
Authors: Maarif, M Syamsul
Wahyudi
Texen, Manuel
Issue Date: 2000
Publisher: IPB University
Abstract: Jenis pisang yang banyak diminati oleh industri pengolahan dan industri hilirnya adalah jenis pisang cavendish. Pisang cavendish mempunyai rasa dan aroma yang enak, sehingga sesuai dengan kebutuhan industri makanan. Daerah-daerah yang potensial untuk pengembangan budidaya pisang cavendish di Indonesia, antara lain adalah Jawa Timur, Lampung, Cilacap (Jawa Tengah), dan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Untuk menghadapi otonomi daerah yang mandiri, DIY telah membentuk Dewan Pengembangan Ekonomi Daerah (DPED), yang meliputi empat Badan, yaitu (1) Badan Pengembangan Industri Pariwisata Yogyakarta (BPIPY); (2) Badan Pengembangan Industri dan Kerajinan Yogyakarta (BPIKY); (3) Badan Pengembangan Perdagangan dan Jasa Keuangan Yogyakarta (BPPJKY); dan (4) Badan Pengembangan Teknologi dan Inovasi Yogyakarta (BPTIY). BPTIY mempunyai misi untuk membantu masyarakat DIY, khususnya dalam upaya pengembangan teknologi dan inovasi untuk membantu masyarakat pedesaan di DIY agar memiliki kekuatan dan kemandirian, sehingga mampu memperkuat DIY dalam menyongsong era otonomi penuh, yang telah digulirkan oleh pemerintah pusat melalui Undang-undang nomor 22 tahun 1999. Untuk merealisasikan misi tersebut, BPTIY telah menetapkan program untuk mengembangkan teknik pengolahan hasil pertanian, sehingga dapat menciptakan nilai tambah dan mempunyai peluang untuk memasuki pasar internasional. Dalam kaitan dengan pelaksanaan program tersebut, maka dilakukan penelitian mengenai strategi pengembangan agribisnis pisang cavendish di DIY. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah (1) Bagaimana kesesuaian teknis dan teknologi budidaya pisang cavendish di DIY? (2) Bagaimana kesiapan budaya masyarakat DIY untuk mengembangkan agribisnis pisang cavendish? (3) Bagaimana strategi pengembangan agribisnis pisang cavendish? (4) Bagaimana pola kemitraan yang dapat diterapkan dalam pengembangan agribisnis pisang cavendish di DIY? Tujuan penelitian ini adalah (1) Mengetahui kesesuaian teknis dan teknologi budidaya pisang cavendish serta proses pengolahannya di DIY; (2) Mengetahui dukungan masyarakat DIY terhadap pengembangan agribisnis pisang cavendish di DIY; (3) Menentukan pola kemitraan yang sesuai dengan pengembangan agribisnis pasta dan tepung pisang cavendish di DIY; serta (4) Merumuskan strategi pengembangan agribisnis dan agribisnis pisang cavendish di DIY. Di lain pihak, ruang lingkup penelitian ini meliputi pengkajian kondisi lahan perkebunan dan dukungan budaya penduduk setempat terhadap pembudidayaan pisang cavendish, aspek kemitraan usaha, dan strategi pengembangan agribisnis pisang cavendish di DIY. Penelitian ini dilaksanakan di DIY selama empat bulan dengan pendekatan survei. Jenis data yang dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder, yang diperoleh dari berbagai sumber, seperti dari investor, pakar, petani pisang, BPS, Ditjen Tanaman Hortikultura, Pemda DIY, dan sumber-sumber lain yang ada kaitannya dengan kegiatan pengembangan agribisnis pisang cavendish. Pengambilan contoh dilakukan secara sengaja (purposive sampling) terhadap pakar, yang dianggap memiki kemampuan, baik teknis maupun non teknis pada agribisnis pisang cavendish, serta pihak-pihak yang terkait dengan pengembangan agribisnis pisang cavendish di DIY. Responden dari petani pisang ditentukan secara sengaja dari empat kabupaten dengan jumlah contoh 15 responden tiap kabupaten. Teknik pengumpulan data adalah wawancara pakar, kuesioner, pengamatan lapangan, dan studi pustaka. Data yang telah dikumpulkan, baik data primer maupun data sekunder, diolah dan dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif, tabulasi, metode Eickenrode, dan analisis SWOT. Dari hasil analisis dimensi sosial budaya masyarakat DIY berdasarkan parameter dimensi kolekifisme versus individualisme, maka budaya gotong-royong memperoleh nilai tertinggi (1,555), disusul oleh loyalitas terhadap kelompok (0,720), mementingkan kepentingan kelompok di atas kepentingan individu (0,612), ikatan sosial dan kekerabatan (0,486), dan terakhir adalah sikap menonjolkan diri sendiri (0,388). Dengan demikian, masyarakat DIY sangat menjunjung tinggi dimensi kolektivitas, sehingga lebih cenderung bekerja secara kolektif dibandingkan dengan bekerja secara individu. Apabila dilihat dari parameter dimensi pengakuan terhadap kekuasaan, status, dan jabatan yang memperoleh nilai tertinggi adalah budaya sopan dan menghormati yang lebih tua (0,940), disusl oleh penerimaan terhadap perbedaan kekuasaan (0,579), patuh terhadap perintah atasan (0,576), dan penghargaan kepada jabatan, status dan kekuasaan (0,546). Dengan demikian, kekuasaan, status, dan jabatan non formal bagi masyarakat DIY lebih berpengaruh ketimbang dengan yang formal. Masyarakat DIY memiliki motivasi kerja yang tinggi (1,044), selalu ingin mencoba yang baru (0,784), memiliki mobilitas yang tinggi (0,716). Namun demikian, sikap penerimaan terhadap hal-hal yang baru relatif rendah (0,672), serta penerimaan terhadap resiko juga rendah (0,588). Jadi, masyarakat DIY sulit menerima ketidakpastian, tetapi memiliki motivasi untuk maju yang tinggi. Masyarakat DIY nampak lebih maskulin ketimbang feminim. Hal tersebut dapat dilihat dari parameter dimensi sosial budaya tersebut tanggung jawab terhadap tugas memperoleh skor tertinggi (1,32) dan sikap mementingkan prestasi dan keberhasilan (0,885). Parameter lainnya hanya meperoleh skor yang rendah, yaitu motivasi untuk memperoleh uang (0,528), sikap ketegasan (0,45), dan sikap dalam mengejar tujuan (0,342). Masyarakat DIY sangat dinamis, yang dibuktikan dari skor parameter kedinamisan masyarakat yang sangat tinggi (1,108) dan orientasi masa depan yang kuat (1,064). Keteguhan dan kerja keras memperoleh skor 0,828. Disusul oleh sikap malu dan menjunjung tinggi hubungan (0,665), serta sikap hemat (0,468). Dari semua parameter kelima dimensi sosial budaya tersebut, maka total skor dari semua parameter dimensi dinamis versus statis merupakan yang tertinggi (4,133). Disusul oleh penolakan terhadap ketidak pastian (3,804), kolektifisme versus individualisme (3,761), maskulin versus feminim (3,525), serta yang terakhir adalah pengakuan terhadap kekuasaan, status dan jabatan (3,379). Total skor tersebut menunjukkan bahwa masyarakat DIY sangat mementingkan kedinamisan masyarakat yang tinggi, menginginkan kepastian, serta kerjasama antar warga dalam berbagai hal. Dalam melakukan pemilihan bentuk kemitraan dalam pengembangan agribisnis pisang cavendish di DIY terdapat 13 butir kriteria keputusan yang digunakan, yaitu (1) Saling Ketergantungan antar partisipan kemitraan; (2) Saling menguntungkan antar partisipan kemitraan; (3) Transparansi informasi di antara para partisipan; (4) Kemitraan yang terbentuk harus formal dan legal; (5) Terdapat alih pengetahuan, ketrampilan, dan keahlian (Manajemen, Teknis, dan Teknologi); (6) Kemitraan berfungsi untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi wich para partisipan; (7) Terjadi pertukaran informasi antar para partisipan kemitraan untuk mendukung integritas; (8) Terdapat keadilan dalam pembagian nilai tambah yang tercipta dalam perasi sistem kemitraan; (9) Para partisipan kemitraan saling memperkuat; (10) Masing-masing partisipan kemitraan memiliki pemahaman terhadap tugas dan tanggung jawabnya, baik secara individu maupun secara bersama; (11) Kemitraan yang terbentuk memiliki kelembagaan yang menghimpun para partisipan berdasarkan aturan dan kesepakatan bersama; (12) Kemitraan yang terbentuk memiliki kelembagaan yang menghimpun para partisipan berdasarkan aturan dan kesepakatan bersama; serta (13) Terdapat sistem pengelolaan yang profesional untuk menggerakkan sumberdaya kemitraan. Kriteria keputusan yang memperoleh bobot tertinggi adalah saling menguntungkan antar para partisipan kemitraan (0,116). Disusul oleh kriteria adanya partisipan kemitraan memiliki pemahaman terhadap tugas dan tanggung jawabnya, baik secara individu maupun secara bersama merupakan kriteria keputusan (0,110), transparansi informasi di antara para partisipan (0,097), kemitraan berfungsi untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi oleh para partisipan (0,090), kemitraan yang terbentuk harus formal dan legal (0,083) dan saling ketergantungan antar partisipan kemitraan (0,082). Berdasarkan analisis metode Eickenrode, bahwa pola kemitraan yang dapat digunakan dalam pengembangan agribisnis pisang cavendish di DIY secara berturut-turut berdasarkan total skor masing-masing adalah pola hubungan dagang dengan total skor 4,32, pola PIR dengan total skor 4,29, serta pola sub kontrak dengan total skor 4,05. Pola vendor dengan total skor 3,75 dan pola keterkaitan tidak langsung dengan total skor 3,83 merupakan dua alternatif pola kemitraan yang terakhir. Analisis kekuatan agribisnis pisang cavendish menempatkan parameter kesesuaian lahan memiliki bobot (0,167) dan nilai skor (0,837) tertinggi. Disusul oleh parameter teknologi budidaya pisang yang relatif sederhana dengan skor 0,630, modal usahatani pisang yang relatif kecil dengan skor 0,560, potensi pasar produk olahan pisang yang sangat besar dengan nilai skor 0,518, kesesuan iklim dan cuaca untuk budidaya pisang cavendish dengan nilai skor 0,409, masyarakat DIY sudah berpengalaman membudidayakan pisang dengan nilai skor 0,354, serta tingkat produktivitas usahatani pisang dengan skor 0,233. Analisis kelemahan agribisnis pisang cavendish menempatkan parameter sistem pemasaran yang belum mampu memberikan jaminan bagi petani (0,766) sebagai parameter kekuatan yang paling berpengaruh dengan bobot 0,153. Disusul oleh parameter kepemilikan modal petani yang kecil dengan skor 0,623, pengetahuan dan aplikasi teknologi budidaya belum intensif (0,468), agroindustri pisang belum berkembang (0,455), tidak adanya kemitraan yang dapat mendukung integritas sistem agribisnis pisang (0,426), tidak terdapatnya jaminan harga bagi petani (0,384), harga pisang yang masih rendah (0,374), belum terintegrasi secara vertikal (0,364), serta pasokan pisang untuk agroindustri belum terjamin (0,338). Total nilai parameter kekuatan adalah 3,949 dan parameter kelemahan adalah 4,34. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa kelemahan agribisnis pisang di DIY sangat besar ketimbang kekuatannya. Dengan demikian, harus terdapat upaya untuk menambah kekuatan dan mengurangi kelemahan yang ada, sehingga pengembangan agribisnis pisang di DIY dapat berjalan dengan baik. Parameter peluang agribisnis pisang cavendish yang memperoleh nilai tertinggi, yaitu adanya pasar yang terbuka (0,949), disusul oleh parameter peluang pengembangan industri yang relatif besar (0,796), berpeluang untuk menyerap tenaga kerja yang cukup besar (0,748), berpeluang untuk meningkatkan pendapatan daerah dan masyarakat (0,714), peluang pembiayaan yang terbuka (0,626), serta peluang dengan adanya otonomi daerah (0,551). Dari sisi ancaman, hanya terdapat dua parameter yang secara signifikan memperoleh skor tinggi, yaitu penanganan pasca panen yang tidak baik (0,889), dan adanya ketidakstabilan harga (0,711). Total skor dari semua parameter peluang (4,527) jauh lebih tinggi dibandingkan dengan total skor semua parameter ancaman (3,931). Dengan demikian, ancaman agribisnis pisang cavendish di DIY tidak terlalu besar. Pemetaan hasil analisis parameter kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman agribisnis pisang cavendish menunjukkan bahwa posisi agribisnis pisang cavendish berada pada strategi konservatif, yakni berupaya meminimalkan kelamahan untuk memanfaatkan peluang yang dimiliki. Implikasi strategi pengembangan agribisnis pisang cavendish adalah (1) Penyuluhan kepada petani mengenai pengembangan sistem agribisnis; (2) Bantuan pengembangan usahataninya; (3) Penampungan hasil produksi dan melakukan pengolahan; (4) Memberikan jaminan pasar; (5) Pembagian daerah sentra produksi sesuai dengan kesesuaian lahan; (6) Penyaluran kredit melalui BRI Unit; (7) Penyuluhan pasca panen, pelatihan dan seminar, serta studi banding; (8) Penyuluhan standar mutu internasional, pelatihan dan pengawasan mutu, serta studi banding; (9) Penyediaan brosur berkala dan data-data yang up to date; serta (10) Pembentukan kemitraan yang berdasarkan sosial budaya setempat dan saling menguntungkan. Kesimpulan yang dapat ditarik dari tesis ini adalah (1) DIY merupakan daerah yang sesuai untuk mengembangkan agribisnis pisang cavendish, termasuk agroindustri tepung dan pasta pisang; (2) Kesiapan budaya masyarakat DIY sangat mendukung pengembangan agribisnis dan agroindustri pisang cavendish tersebut dalam bentuk kemitraan, yaitu masyarakat DIY cenderung mementingkan kerjasama kolekstif, memerlukan jaminan pasar dan harga (cenderung menghindari ketidakpastian), menghormati kekuasaan, status, dan jabatan, serta sangat dinamis; (3) Pola kemitraan yang sesuai dengan masyarakat DIY dalam mengembangkan agribisnis dan agroindustri pisang cavendish secara berturut adalalı pola dagang, PIR, pola sub kontrak, pola vendor, dan pola keterkaitan tidak langsung; (4) Alternatif strategi pengembangan agribisnis pisang cavendish adalah pengembangan agribisnis pisang cavendish dengan pendekatan sistem agribisnis yang terpadu, pengembangannya dilakukan dengan pendekatan wilayah, pengembangan kemampuan SDM, pembinaan mutu dan pengetahuan mutu, pengembangan sistem pembiayaan dengan skim kredit Usaha Kecil dan Menengah, penyebarluasan informasi pasar, serta pengembangan pola kemitraan. Saran yang dapat diberikan adalah (1) Perlu melakukan penyuluhan dan pelatihan mengenai sistem agribisnis, penanganan pasca panen, serta standar mutu pisang cavendish kepada petani pisang di DIY; (2) Perlu mengikutsertakan petani pada studi banding dan seminar agribisnis dalam upaya meningkatkan pengetahuan petani mengenai pengelolaan agribisnis pisang cavendish; (3) Perlu memberikan bantuan teknis usahatani, kredit pembiayaan, serta menyediakan brosur dan informasi yang up to date kepada petani pisang; (4) Perlu mengembangkan agroindustri pisang cavendish untuk memberikan jaminan pasar produk petani, serta membentuk kemitraan yang saling menguntungkan; serta (5) Perlu melakukan studi lanjutan yang lebih dalam, sebagai bahan penyusunan blueprint, serta referensi perumusan kebijakan pengembangan.
URI: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/151193
Appears in Collections:MT - Business

Files in This Item:
File SizeFormat 
E5bMTX.pdf
  Restricted Access
4.68 MBAdobe PDFView/Open


Items in DSpace are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.