Please use this identifier to cite or link to this item: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/151173
Title: Peranan Pengendalian Persediaan Bahan Baku Kecap Untuk Meminimumkan Biaya Produksi Pada Cv. Jaya Raya Abadi Bandar Lampung
Authors: Achmad, Abdul Basith
Kusnadi, Nunung
Ahmaddiah
Issue Date: 2000
Publisher: IPB University
Abstract: Pengawasan persediaan bahan baku (Inventory Control) sangat berpengaruh dalam menjamin kelancaran proses produksi. Karena tujuan perusahaan adalah untuk mendapatkan laba, maka perusahaan harus dapat tumbuh dan berkembang serta memperkuat posisinya pada masa yang akan datang agar memperoleh laba yang berkelanjutan. Untuk mencapai tujuan perusahaan mendapatkan laba yang optimal, maka hendaknya perusahaan juga mengadakan penguasaan terhadap persediaan bahan baku. Mengingat pentingnya pengendalian persediaan dalam upaya menekan biaya- biaya persediaan seminimum mungkin, juga untuk mengetahui apakah pengendalian persediaan telah dilaksanakan secara baik pada perusahaan CV. JAYA RAYA ABADI Bandar Lampung, maka masalah pengendalian persediaan bahan baku dijadikan topik kajian. Faktor-faktor perlu diperhatikan dalam penguasaan bahan baku agar mendapatkan keuntungan yang optimal adalah jumlah pembelian bahan baku yang ekonomis, biaya persediaan minimum yang harus dimiliki oleh perusahaan, jumlah persediaan pengaman, serta waktu pemesanan kembali agar proses produksi dapat berjalan terus. Lingkup bahasan dalam masalah ini dibatasi hanya pada pengawasan pengadaan persediaan bahan baku di perusahaan kecap CV. Jaya Raya Abadi Bandar Lampung dari bulan Januari 1997 sampai dengan September 1999. Bahan Baku yang dikaji dibatasi hanya pada bahan baku (Raw Material) yang pokok saja yaitu kacang kedele dan gula merah karena dalam pengadaannya memerlukan pengawasan yang ketat dan biayanya lebih besar. Geladikarya ini bertujuan mencari alternatif perencanaan produksi yang efisien dilihat dari jumlah pembelian dan waktu pemesanan sehingga menghasilkan laba yang optimal. Geladikarya dilakukan di CV. Jaya Raya Abadi Bandar Lampung dari bulan April satupai bulan Oktober 1999. Dalam penelitian ini, metode yang digunakan adalah metode deskriptif melalui studi kasus. Sumber data yang diperlukan dalam penelitian ini ada dua jenis, yaitu data primer dan data sekunder. Melalui penelitian studi kasus ini, diharapkan diperoleh gambaran nyata yang mendalam dari perusahaan yang menjadi obyek penelitian. Data primer diperoleh dengan melakukan wawancara langsung terhadap CV. Jaya Raya Abadi Bandar Lampung dan pengumpulan data berupa arsip-arsip. Data sekunder yang dikumpulkan meliputi (1) Harga pembelian kacang kedele, (2) Harga pembelian gula merah, (3) Volume pembelian kacang kedele per bulan, (4) Volume pembelian gula merah per bulan, (5) Pemakaian bahan baku kacang kedele per bulan, dan (6) Pemakaian bahan baku gula merah perbulan. Analisis data dilakukan secara kuantitatif maupun kualitatif. Analisis kuantitatif yang digunakan adalah model Economic Order Quantity (EOQ) probabilistik dengan tolok ukur analisis sensitivitas (sensitivity Analysis) dan tingkat layanan (Level Of Service). Analisis kualitatif yang digunakan adalah evaluasi terhadap prosedur pengadaan, administrasi dan pengawasan persediaan. Model EOQ yang digunakan adalah probabilistik, karena pada kenyataannya tidak terdapat situasi yang pasti (deterministik). Ketidakpastian situasi mengakibatkan tingkat permintaan, tingkat pemakaian dan tenggang waktu pemesanan juga menjadi tidak pasti. Dari hasil pembahasan, diketahui bahwa proyeksi penjualan kecap pada tahun 2000 adalah 20.580 lusin botol. Kebutuhan gula merah adalah 189.507 kg dan kacang kedele adalah 9.587 kg. Jumlah pesanan ekonomis untuk gula merah sebesar 15,79 ton dengan pemesanan sebanyak 12 kali dan selang waktu pemesanan 30 hari. Jumlah pesanan ekonomis untuk untuk kacang kedele sebesar 2,12 ton dengan pemesanan sebanyak 5 kali dan selang waktu pemesanan 72 hari. Jumlah pesanan realisasi pada Tahun 1997 dan 1998 untuk gula merah sebesar 30 ton dengan pemesanan sebanyak 5 kali dan selang waktu pemesanan 72 hari. Jumlah pesanan ekonomis untuk untuk kacang kedele tahun 1997 sebesar 1,44 ton dan 1998 sebesar 1,6 ton dengan pemesanan sebanyak 5 kali dan selang waktu pemesanan 72 hari. Total biaya gula merah pada tingkat pesanan ekonomis adalah Rp 3.906.909 sedangkan realisasi adalah Rp 8.301.502, Total biaya kacang kedele pada tingkat pesanan ekonomis adalah Rp 1.451.263 sedangkan realisasinya adalah Rp 2.198.137,- Persediaan pengaman seharusnya, diperoleh sebesar 14 kuintal untuk gula nerah, dan 1,3 kuintal untuk kedele. Sementara itu, persediaan pengaman realisasi adalah 167,8 kuintal untuk gula dan 11,1 kuintal untuk kedele. Rencana operasi bahan baku untuk tahun 2000 untuk gula merah, setiap kali Desan berjumlah 158 kuintal, dengan titik pemesanan kembali sebesar 29 kuintal Untuk kacang kedele, setiap kali pesan berjumlah 21 kuintal, dengan titik pemesanan kembali sebesar 2 kuintal Rasio sensitivitas gula merah sebesar 2,09 yang artinya, gula merah masih menanggung biaya tambahan persediaan 1,09 kali lebih besar dari yang seharusnya. Rasio sensitivitas kacang kedele sebesar 1,51 yang artinya, kacang kedele masih menanggung biaya tambahan persediaan 0,51 kali lebih besar dari yang seharusnya. Biaya marjinal yang harus ditanggung perusahaan karena tidak mengelola persediaan secara optimal untuk gula merah adalah Rp. 4.317.391 dan untuk kacang kedele Rp 740.144,- sehingga total biaya marjinalnya adalah Rp 5.057.535,- Simpulan dari beberapa item di atas, berimplikasi pada pelaksanaan manajemen perusahaan tahun 2000. Jika manajemen perusahaan bahan baku perusahaan tidak diperbaiki, maka akan terjadi pemborosan sebesar Rp 5.057.535.- Melihat kondisi perusahaan selama ini seperti Pasokan atau ketersediaan gula merah dan kacang kedele selalu tersedia, hubungan baik yang selama ini sudah erjalin dengan pemasok, baik pemasok gula merah, maupun pemasok kedele serta Sumberdaya manusia di perusahaan yang tidak ketinggalan, maka sudah sepantasnya perusahaan menerapkan dan mengaplikasikan persediaan dengan metode Economic Order Quantity (EOQ). Hanya saja, yang perlu diperhatikan dalam penerapan dan pengaplikasian metode EOQ ini, jangan terlalu kaku dengan jumlah yang disarankan. Jika keadaan memungkinkan, pesanan boleh dilakukan dengan jumlah 10% diatas jumlah EOQ atau 10% di bawahnya. Hal tersebut dikarenakan biaya persediaan jika pesanan dilakukan 10% diatas jumlah ekonomis hanya naik 0,61 persen, sedangkan jika pesanan dilakukan 10% di bawah jumlah ekonomis, biaya persediaan hanya naik 0,72 persen (di bawah 1%).
URI: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/151173
Appears in Collections:MT - Business

Files in This Item:
File SizeFormat 
E4AMD.pdf
  Restricted Access
20.75 MBAdobe PDFView/Open


Items in DSpace are protected by copyright, with all rights reserved, unless otherwise indicated.